Panduan Test Strategy: Komponen dan Contoh Lengkap

Irhan Hisyam Dwi Nugroho
•
30 May 2025
•
231

Warga Bimbingan, test strategy adalah dasar penting agar proses testing berjalan terarah dan efektif. Tanpanya, pengujian bisa jadi asal-asalan dan kurang maksimal.
MinDi bakal bantu bahas komponen utama dan contoh test strategy yang bisa langsung kamu terapkan. Yuk, simak bareng sampai tuntas!
Apa itu Test Strategy?
Test strategy adalah dokumen tingkat tinggi yang menjelaskan pendekatan umum dalam pengujian perangkat lunak pada suatu proyek.
Dokumen ini berfungsi sebagai panduan utama tim QA untuk menentukan bagaimana proses testing dilakukan, jenis pengujian apa yang digunakan, dan standar apa yang harus diikuti.
Tidak hanya itu, test strategy juga membantu menyelaraskan tujuan pengujian dengan kebutuhan bisnis dan teknis.
Dengan strategi yang jelas sejak awal, pengujian jadi lebih terarah, konsisten, dan efisien.
Baca juga : Panduan Memilih Bootcamp Quality Assurance Terbaik 2025
Tujuan Test Strategy
Sumber: Canva
Warga Bimbingan, test strategy bukan cuma dokumen formal, tapi dasar penting agar proses testing berjalan terarah. Dengan tujuan yang jelas, tim QA bisa bekerja lebih fokus dan efisien. Berikut empat tujuan utamanya:
1. Memberikan Arah yang Jelas dalam Pengujian
Test strategy membantu tim QA memahami ruang lingkup dan pendekatan pengujian yang harus dilakukan.
Dengan arahan yang tepat, setiap langkah testing bisa dijalankan secara sistematis. Ini membuat proses pengujian lebih fokus dan gak membuang waktu untuk hal yang gak relevan.
2. Menjamin Konsistensi Proses Testing
Strategi pengujian membuat semua anggota tim mengikuti metode dan standar yang sama. Hasil pengujian pun jadi lebih stabil dan bisa diandalkan.
Konsistensi ini penting, terutama saat proyek dikerjakan oleh tim yang besar atau lintas divisi.
3. Menyelaraskan Testing dengan Tujuan Bisnis
Test strategy membantu memastikan bahwa pengujian yang dilakukan benar-benar mendukung kebutuhan pengguna dan target bisnis.
Jadi, bukan hanya sekedar mencari bug, tapi juga memastikan fitur yang diuji memberi nilai nyata. Ini membuat testing jadi bagian penting dari strategi produk, bukan sekadar pelengkap.
4. Meningkatkan Efisiensi Tim QA
Dengan rencana yang jelas, tim QA bisa menghindari pengujian yang tumpang tindih atau tidak perlu.
Waktu dan sumber daya pun bisa digunakan secara optimal. Ini sangat membantu terutama saat bekerja di bawah tekanan deadline atau keterbatasan tim.
Baca juga : Panduan Lengkap Roadmap QA Engineer dari Nol Sampai Ahli
Komponen Utama dalam Test Strategy
Warga Bimbingan, biar test strategy kamu gak cuma jadi dokumen formal, penting banget tahu apa aja komponen utamanya. Setiap bagian bantu pengujian jadi lebih terarah dan efisien. Yuk, simak bareng!
1. Scope of Testing
Komponen ini menjelaskan apa saja yang akan diuji dan apa yang tidak termasuk dalam pengujian.
Dengan scope yang jelas, tim QA tahu batasan pekerjaan dan bisa lebih fokus. Ini juga membantu stakeholder memahami ekspektasi dari proses testing.
2. Testing Approach
Di sini dijelaskan metode yang akan digunakan, seperti manual testing, automation, atau kombinasi keduanya.
Pendekatan ini disesuaikan dengan jenis aplikasi, tingkat risiko, dan timeline proyek. Semakin tepat pendekatan yang dipilih, semakin efisien proses pengujiannya.
3. Test Environment
Test environment mencakup setup teknis seperti server, database, dan konfigurasi perangkat lunak yang dibutuhkan untuk pengujian.
Lingkungan ini harus menyerupai kondisi produksi agar hasil testing relevan. Tanpa environment yang stabil, hasil tes bisa menyesatkan.
4. Tools dan Automation
Komponen ini menjelaskan tools apa saja yang digunakan untuk testing, baik untuk menjalankan tes otomatis maupun mencatat hasilnya.
Pemilihan tools harus disesuaikan dengan kebutuhan proyek dan kemampuan tim. Tools yang tepat bisa mempercepat pengujian dan meningkatkan akurasi.
5. Defect Management
Bagian ini menjelaskan bagaimana bug atau error akan dicatat, diklasifikasikan, dan ditindaklanjuti.
Proses pelaporan harus jelas agar developer bisa segera memperbaiki masalah. Sistem ini juga membantu melacak tren masalah selama proyek berjalan.
6. Test Metrics & Reporting
Komponen ini menentukan metrik apa yang digunakan untuk mengukur keberhasilan testing, seperti jumlah test case, coverage, dan defect rate.
Laporan yang dihasilkan jadi dasar evaluasi untuk pengambilan keputusan. Dengan metrik yang tepat, performa tim QA bisa terus ditingkatkan.
Baca juga : Contoh Bug Report: Arti, Elemen, dan Tips Menulis Efektif
Perbedaan Test Strategy dan Test Plan
Sumber: Canva
Gak sedikit yang masih bingung bedain antara test strategy dan test plan. Keduanya memang penting dalam proses QA, tapi punya fungsi yang berbeda. Nah, biar makin jelas, MinDi kasih rangkuman perbedaannya untuk Warga Bimbingan:
1. Tingkat Dokumen
Test strategy adalah dokumen tingkat tinggi (high-level) yang memberi gambaran umum tentang pendekatan pengujian dalam organisasi.
Sedangkan test plan adalah dokumen lebih teknis dan rinci yang dibuat khusus untuk suatu proyek atau fitur.
Test strategy bersifat global dan jarang berubah. Sementara test plan bisa fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan proyek.
2. Isi dan Fokus
Isi test strategy mencakup pendekatan, metode pengujian, tools yang digunakan, dan kebijakan umum QA.
Fokusnya adalah memberikan arahan menyeluruh tentang cara organisasi melakukan testing.
Di sisi lain, test plan berisi hal-hal detail seperti jadwal, tanggung jawab tim, dan skenario pengujian. Jadi, test plan lebih ke arah eksekusi teknis di lapangan.
3. Penyusun Dokumen
Test strategy biasanya disusun oleh QA Manager atau tim manajemen sebagai panduan lintas proyek.
Mereka menyusun strategi berdasarkan standar organisasi dan kebutuhan bisnis secara umum.
Sebaliknya, test plan disusun oleh QA Lead atau Test Engineer yang langsung terlibat dalam proyek. Ini karena mereka lebih memahami detail teknis dan ruang lingkup pengujian yang dibutuhkan.
4. Kapan Digunakan
Test strategy dibuat di awal sebagai dasar pendekatan QA untuk semua proyek. Ia jadi acuan utama bagi tim QA sepanjang pengembangan.
Sementara itu, test plan disusun saat proyek atau fitur akan diuji secara spesifik. Test plan memandu tim dalam eksekusi pengujian sehari-hari sesuai dengan strategy yang telah ditetapkan.
Baca juga : 7 Perbedaan QA dan QC demi Proses Bisnis yang Efektif
Contoh Sederhana Test Strategy
Sumber: Canva
Warga Bimbingan, setelah tahu struktur test strategy, sekarang saatnya lihat seperti apa bentuk nyatanya dalam berbagai proyek.
Biar makin kebayang, MinDi buatkan contoh sederhana test strategy dari konteks yang berbeda.
1. Aplikasi E-Commerce
Contoh ini diambil dari proyek pengujian aplikasi belanja online. Fokus utama pengujian adalah memastikan alur belanja berjalan lancar dari login hingga pembayaran, tanpa mengikutsertakan fitur admin di tahap ini.
Proyek Pengujian Aplikasi Belanja Online Scope of Testing: Pengujian dilakukan pada fitur login, checkout, dan pembayaran. Fitur admin panel tidak termasuk dalam scope saat ini. Testing Approach: Kombinasi manual dan automated testing. Automation digunakan untuk regresi pada halaman checkout dan pembayaran. Test Environment: Pengujian dilakukan di staging environment yang mereplikasi kondisi produksi. Database dummy digunakan dengan data pengguna simulasi. Tools: Selenium untuk automated UI testing, JIRA untuk pencatatan bug, dan Postman untuk API testing. Defect Management: Semua bug dicatat di JIRA dengan prioritas dan status yang jelas, lalu ditugaskan ke developer terkait. Metrics & Reporting: Laporan mencakup jumlah test case, test pass rate, defect count, dan waktu penyelesaian bug. |
2. Aplikasi Pemesanan Tiket Online
Dalam contoh ini, pengujian difokuskan pada proses inti pemesanan tiket mulai dari pencarian hingga pembayaran.
Fitur lain seperti pengaturan akun dan loyalty program belum termasuk dalam cakupan pengujian saat ini.
Proyek Pengujian Aplikasi Pemesanan Tiket Online Scope of Testing: Pengujian difokuskan pada fitur pencarian tiket, pemesanan, dan pembayaran. Fitur manajemen akun tidak termasuk dalam scope saat ini. Testing Approach: Kombinasi manual dan automation testing. Automation difokuskan pada regresi di proses pemesanan dan pembayaran. Test Environment: Pengujian dilakukan di staging environment yang meniru kondisi sistem produksi. Data simulasi digunakan untuk menguji skenario pemesanan realistik. Tools: Selenium untuk UI testing, JIRA untuk pelacakan bug, dan Postman untuk pengujian endpoint API pemesanan. Defect Management: Semua bug dicatat di JIRA, diklasifikasikan berdasarkan tingkat prioritas, dan ditugaskan ke developer terkait. Metrics & Reporting: Laporan mencakup test case execution rate, jumlah bug per fitur utama, dan waktu rata-rata penyelesaian bug. |
Baca juga : 10 Contoh KPI Quality Assurance untuk Ukur Performa QA
Ingin Jadi Quality Assurance Engineer Profesional?
Setelah mempelajari panduan test strategy lengkap—mulai dari pengertian, komponen, sampai contohnya—sekarang saatnya Warga Bimbingan mempraktikkan ilmunya ke level berikutnya!
Yuk, ikuti Bootcamp Quality Assurance di dibimbing.id! Di sini, kamu akan belajar tentang proses pengujian perangkat lunak, menyusun test strategy, menjalankan automation testing, serta menggunakan tools seperti JIRA, Postman, dan Selenium.
Belajar langsung dari mentor berpengalaman dengan kurikulum aplikatif dan berbasis proyek nyata, yang akan membantumu menguasai QA dari teori sampai praktik.
Dengan lebih dari 840+ hiring partner dan tingkat keberhasilan alumni mencapai 95%, peluangmu untuk berkarier di dunia IT sebagai QA Engineer semakin terbuka lebar!
Jadi, tunggu apa lagi? Daftar sekarang di sini dan mulai perjalananmu jadi Quality Assurance Engineer profesional yang siap kerja! #BimbingSampeJadi
Referensi
Tags

Irhan Hisyam Dwi Nugroho
Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.