dibimbing.id - Strategi Anti Fraud: Jenis, Pilar, dan Contoh Penerapan

Strategi Anti Fraud: Jenis, Pilar, dan Contoh Penerapan

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

14 March 2025

918

Image Banner

Strategi anti fraud kini semakin penting karena kasus penipuan terus meningkat. Menurut PwC, 89% organisasi di Nigeria mengalami kejahatan ekonomi pada 2020, menunjukkan betapa seriusnya ancaman ini.

Fraud bisa terjadi dalam berbagai bentuk, dari pencurian identitas hingga manipulasi data keuangan. Dengan empat pilar strategi pengendalian fraud dan dukungan Business Intelligence (BI), bisnis bisa lebih siap mendeteksi serta mencegah ancaman ini sejak dini.

Di artikel ini, MinDi bakal bahas jenis strategi anti fraud, pilar pengendalian, serta bagaimana BI bisa jadi solusi efektif dalam mencegah penipuan. Yuk, simak sampai habis biar gak kecolongan!


Pengertian Strategi Anti Fraud


Strategi anti fraud adalah serangkaian langkah dan kebijakan yang dirancang untuk mencegah, mendeteksi, dan menanggulangi berbagai bentuk penipuan dalam suatu organisasi. 

Strategi ini mencakup penerapan kontrol internal, pemanfaatan teknologi seperti Business Intelligence (BI), serta pelatihan bagi karyawan agar lebih waspada terhadap potensi kecurangan. 

Dengan pendekatan yang sistematis, perusahaan dapat mengurangi risiko kehilangan aset, menjaga kredibilitas, dan memastikan operasional bisnis tetap berjalan dengan aman. 

Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, strategi anti fraud menjadi elemen krusial untuk melindungi data, transaksi, dan sistem dari ancaman yang terus berkembang.

Baca juga : Business Report: Definisi, Jenis, Contoh, & Cara Membuat


Jenis-Jenis Anti Fraud


Sumber: Canva

Dalam dunia bisnis dan keuangan, fraud atau penipuan dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan skala. Berikut beberapa jenis fraud yang sering terjadi:


1. Financial Statement Fraud


Jenis fraud ini terjadi ketika laporan keuangan dimanipulasi untuk menampilkan kondisi yang lebih baik dari kenyataan. 

Biasanya dilakukan oleh perusahaan untuk menarik investor, meningkatkan nilai saham, atau menghindari pajak yang lebih besar. Akibatnya, stakeholder yang mengandalkan laporan tersebut dapat mengalami kerugian besar.


2. Penyalahgunaan Aset


Fraud ini mencakup pencurian atau penyalahgunaan aset perusahaan, seperti kas, persediaan, atau properti. 

Contohnya adalah penggelapan dana oleh karyawan, pemalsuan invoice, atau penggunaan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi. Meskipun sering dianggap sebagai fraud skala kecil, akumulasi dari tindakan ini dapat menyebabkan kerugian yang signifikan.


3. Korupsi dan Penyalahgunaan Wewenang


Korupsi melibatkan penyalahgunaan jabatan atau kekuasaan untuk keuntungan pribadi. Bentuknya bisa berupa suap, gratifikasi, atau konflik kepentingan dalam proses pengadaan barang dan jasa. 

Fraud jenis ini sering terjadi dalam organisasi besar, terutama yang memiliki hubungan dengan pemerintahan atau sektor publik.


4. Pencurian Identitas


Fraud ini terjadi ketika seseorang mencuri informasi pribadi orang lain untuk melakukan transaksi ilegal, seperti pembobolan rekening bank atau penyalahgunaan kartu kredit. 

Dengan semakin berkembangnya transaksi digital, pencurian identitas menjadi ancaman serius yang perlu ditangani dengan sistem keamanan yang lebih ketat.


5. Penipuan Digital


Seiring dengan kemajuan teknologi, cyber fraud semakin marak terjadi, termasuk phishing, hacking, dan malware yang digunakan untuk mencuri data sensitif. 

Pelaku cyber fraud sering menargetkan bisnis yang memiliki sistem keamanan lemah untuk mengambil keuntungan dari kelemahan tersebut.

Baca juga : 10 BI Tools Terbaik untuk Visualisasi dan Analisis Data


4 Pilar Strategi Pengendalian Fraud


Sumber: Canva

Strategi anti fraud yang efektif didasarkan pada empat pilar utama yang bekerja secara berkesinambungan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani penipuan. Berikut penjelasan masing-masing pilar berdasarkan Penerapan POJK 12 Tahun 2024:


1. Pencegahan 


Pencegahan adalah langkah pertama dalam strategi pengendalian fraud yang bertujuan untuk mengurangi peluang terjadinya kecurangan. 

Perusahaan dapat menerapkan kebijakan keamanan yang ketat, seperti pembatasan akses ke data sensitif, verifikasi identitas berlapis, serta pelatihan karyawan tentang tanda-tanda fraud. Dengan sistem yang kuat dan kesadaran karyawan yang tinggi, peluang fraud dapat ditekan sejak awal.


2. Deteksi 


Jika fraud tetap terjadi meskipun ada upaya pencegahan, strategi deteksi berperan dalam mengidentifikasi dan menemukan anomali dalam sistem. 

Penggunaan teknologi seperti Business Intelligence (BI), analitik data, dan pemantauan transaksi secara real-time dapat membantu mendeteksi aktivitas mencurigakan. Semakin cepat sebuah anomali ditemukan, semakin kecil risiko dan dampak fraud terhadap bisnis.


3. Investigasi, Pelaporan, dan Sanksi 


Setelah suatu aktivitas fraud terdeteksi, perusahaan harus memiliki mekanisme investigasi yang jelas untuk mengumpulkan bukti dan menentukan langkah selanjutnya. 

Proses ini mencakup wawancara dengan pihak terkait, analisis data keuangan, serta koordinasi dengan pihak berwenang jika diperlukan. Selain itu, perusahaan harus menerapkan sanksi tegas bagi pelaku sebagai bentuk pencegahan di masa depan.


4. Pemantauan, Evaluasi, dan Tindak Lanjut 


Strategi anti fraud tidak berhenti pada investigasi dan sanksi, tetapi juga harus diikuti dengan pemantauan dan evaluasi berkala. 

Perusahaan perlu meninjau kembali efektivitas kebijakan anti fraud, memperbaiki celah keamanan, serta menyesuaikan strategi dengan tren kejahatan terbaru. 

Dengan evaluasi yang berkelanjutan, organisasi dapat terus meningkatkan ketahanan terhadap fraud dan mencegah kasus serupa terulang.

Baca juga : Business Intelligence System Adalah: Pengertian dan Fungsi


Penerapan Contoh Strategi Anti Fraud


Sumber: Canva

Dalam dunia bisnis, strategi anti fraud harus diterapkan dengan pendekatan yang nyata. Berikut adalah dua contoh penerapan strategi anti fraud yang telah diterapkan di berbagai sektor:


1. Penggunaan Business Intelligence (BI) untuk Deteksi Penipuan di Perbankan


Perbankan merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap fraud, terutama dalam bentuk transaksi mencurigakan dan pencucian uang. 

Dengan menerapkan Business Intelligence (BI), bank dapat menganalisis data transaksi secara real-time untuk mengidentifikasi pola yang tidak biasa. 

Pemantauan otomatis ini memungkinkan sistem untuk memberikan peringatan dini ketika terdeteksi anomali, sehingga bank dapat segera mengambil langkah pencegahan sebelum terjadi kerugian besar.


2. Implementasi Sistem Verifikasi Multi-Faktor dalam E-Commerce


E-commerce sering menjadi target fraud, baik dari sisi pembayaran, pencurian identitas, maupun manipulasi transaksi. 

Untuk mengurangi risiko ini, banyak platform e-commerce menerapkan sistem verifikasi multi-faktor yang mengharuskan pengguna melewati lebih dari satu lapisan keamanan saat login atau melakukan transaksi. 

Dengan metode seperti OTP (One-Time Password) dan autentikasi biometrik, risiko akun diretas atau transaksi palsu dapat diminimalisir, meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap layanan yang diberikan.

Jika kamu ingin mendalami bagaimana Business Intelligence dapat membantu dalam pencegahan fraud, yuk gabung di Bootcamp Business Intelligence di dibimbing.id dan pelajari strategi deteksi penipuan secara lebih mendalam!

Baca juga : 12 Rekomendasi Business Intelligence Certification Terbaik


Manfaat Business Intelligence dalam Strategi Anti Fraud


Sumber: Canva

Business Intelligence (BI) menjadi alat penting dalam strategi anti fraud, membantu perusahaan menganalisis dan mendeteksi penipuan lebih cepat. Berikut beberapa manfaatnya:


1. Meningkatkan Visibilitas Data


BI memungkinkan perusahaan mengakses dan mengolah data dari berbagai sumber untuk mengidentifikasi pola mencurigakan. Dengan visibilitas yang lebih baik, aktivitas fraud lebih mudah terdeteksi sejak dini. Hal ini membantu perusahaan mengambil tindakan sebelum terjadi kerugian besar.


2. Pemantauan Real-Time untuk Deteksi Fraud


Sistem BI memantau data secara real-time dan memberi notifikasi saat ada aktivitas mencurigakan. Perusahaan dapat segera menindaklanjuti transaksi tidak biasa atau upaya login yang berisiko. Dengan respons cepat, risiko fraud bisa diminimalkan.


3. Analisis Prediktif untuk Mencegah Penipuan


BI menggunakan machine learning untuk mengenali pola fraud dari data historis. Sistem ini dapat memperingatkan potensi ancaman sebelum benar-benar terjadi. Dengan prediksi yang akurat, perusahaan dapat memperkuat sistem keamanan mereka.


4. Mempermudah Investigasi dan Pelaporan


BI menyusun laporan data yang terstruktur untuk membantu investigasi kasus fraud. Dengan data yang akurat, perusahaan lebih mudah mengidentifikasi penyebab penipuan. Dokumentasi yang baik juga mempercepat proses pengambilan keputusan.

Baca juga : 15 Penerapan Business Intelligence Pada Perusahaan yang Efektif


Mulai Karier di Business Intelligence dengan Strategi Anti Fraud!


Dalam dunia bisnis yang makin kompleks, strategi anti fraud jadi kunci untuk melindungi perusahaan dari ancaman keuangan. Lewat Bootcamp Business Intelligence di Dibimbing.id, kamu akan belajar mendeteksi, menganalisis, dan mencegah fraud dengan teknologi data terkini.

Kenapa harus di Dibimbing.id? Karena di sini kamu akan didampingi 338+ mentor profesional, mendapatkan akses materi seumur hidup, dan punya peluang kerja di 840+ hiring partners

Selain itu, 96% alumni berhasil mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan bootcamp, serta kesempatan networking dengan 65.000+ digital learners untuk memperluas koneksi profesionalmu.

Saatnya upgrade skill dan jadi bagian dari profesional yang memahami peran Business Intelligence dalam strategi anti fraud. Yuk segera daftar sekarang di sini dan #BimbingSampaiJadi dengan bootcamp terbaik!


Referensi


  1. Common types of fraud and their punishment in law [Buka]
  2. Tingkat kejahatan ekonomi global tetap tinggi seiring meningkatnya penipuan oleh pelanggan [Buka]
Author Image

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.

Hi!👋
Kalau kamu butuh bantuan,
hubungi kami via WhatsApp ya!