Serverless Architecture: Arti, Manfaat, Cara Kerja & Contoh

Farijihan Putri
•
15 October 2024
•
526

Serverless architecture, kedengeran keren kan? Tapi pernah gak sih Warga Bimbingan pusing mikirin gimana caranya manage server biar aplikasi kamu tetap jalan lancar?
Bayangin deh kamu bisa fokus nulis kode tanpa harus mikirin urusan server yang ribet. Nah, itulah yang dijanjikan oleh serverless architecture!
Buat kamu yang baru terjun ke dunia data engineering atau lagi belajar, serverless ini bisa menjadi game-changer karena memungkinkan kamu deploy aplikasi tanpa harus repot urusan infrastruktur.
Tapi gimana sih cara kerjanya, dan kenapa ini penting buat karir kamu? Yuk, bahas lebih lanjut bareng MinDi di artikel ini!
Apa Itu Serverless Architecture?
Serverless architecture adalah metode pengembangan aplikasi di mana kamu tidak perlu lagi repot mengurus server.
Sistem ini memungkinkan kamu hanya fokus pada kode dan fungsi aplikasi, sementara penyedia layanan cloud (seperti AWS, Google Cloud, atau Azure) yang mengurus infrastruktur server di belakang layar.
Gak perlu lagi ribet mikirin hal-hal teknis seperti pengaturan server, scaling, atau maintenance. Dengan serverless, kamu tinggal tulis kode, deploy, dan biarkan cloud yang menangani sisanya.
Nah, kenapa ini seru buat kamu yang baru belajar data engineering atau pemula? Yups, serverless bikin hidupmu lebih mudah!
Kamu bisa fokus pada pengembangan aplikasi dan memaksimalkan kinerjanya, tanpa harus buang waktu dan tenaga buat mikirin server.
Plus, sistem ini juga lebih efisien secara biaya karena kamu hanya bayar sesuai dengan jumlah sumber daya yang digunakan.
Gak ada lagi tuh, bayar server yang nganggur ketika aplikasi sedang gak aktif. Hemat dan praktis, kan?
Apa Perbedaan Serverless Architecture vs Microservices?
Serverless architecture dan microservices sering bikin bingung karena keduanya sama-sama mempermudah pengembangan aplikasi. Tapi sebenarnya, ada perbedaan besar di antara keduanya.
Serverless architecture berfokus pada penghilangan tanggung jawab mengelola server. Kamu hanya perlu deploy fungsi atau aplikasi kecil tanpa harus pusing soal server, scaling, atau maintenance.
Sementara itu, microservices adalah pendekatan pengembangan di mana aplikasi besar dipecah menjadi layanan-layanan kecil yang independen.
Meski demikian, masing-masing layanan ini tetap membutuhkan server untuk menjalankannya.
Bedanya, serverless membuat kamu bebas dari urusan server dan kamu hanya membayar sesuai dengan penggunaan fungsi tertentu.
Di sisi lain, microservices membutuhkan server yang tetap beroperasi untuk menjalankan masing-masing layanannya secara terpisah.
Bayangin microservices seperti beberapa toko kecil yang berdiri sendiri tapi masih perlu sewa tempat (server), sedangkan serverless seperti layanan online yang nggak perlu bangunan fisik (server) sama sekali.
Dari penjelasan ini, bisa Warga Bimbingan simpulkan kalo serverless lebih simpel dalam hal pengelolaan infrastruktur, sedangkan microservices lebih cocok untuk aplikasi yang butuh kontrol lebih besar antar komponennya.
5 Manfaat Menggunakan Serverless Architecture
Sumber: Freepik
Warga Bimbingan udah paham apa itu serverless architecture, pasti penasaran juga dong apa aja manfaatnya?
Serverless bukan cuma soal gak perlu mikirin server, tapi juga bisa bikin proses pengembangan aplikasi menjadi lebih efektif dan efisien.
Yuk, bahas 5 manfaat utama yang bisa kamu dapatkan dari serverless architecture!
1. Hemat Biaya untuk Infrastruktur Server
Dengan serverless, kamu hanya bayar untuk sumber daya yang benar-benar digunakan.
Gak ada lagi biaya server yang nganggur saat aplikasi kamu gak dipakai. Hasilnya? Pengeluaran untuk infrastruktur jauh lebih hemat dan efisien!
2. Deployment Lebih Sederhana
Kamu gak perlu setup server, sehingga proses deployment menjadi jauh lebih cepat dan simpel.
Kamu cukup fokus pada kode dan tinggal deploy ke cloud tanpa ribet. Nah, ini bikin pengembangan aplikasi bisa lebih lancar tanpa hambatan teknis.
3. Lebih Fokus pada UX
Dengan infrastruktur server yang di-handle oleh penyedia cloud, kamu bisa lebih fokus mengoptimalkan user experience (UX).
Tanpa harus pusing urusan server, waktu dan tenaga bisa dialihkan untuk membuat aplikasi yang lebih user friendly. Intinya, pengguna puas, kamu pun senang.
4. Meningkatkan Skalabilitas
Serverless architecture secara otomatis menskalakan aplikasi sesuai kebutuhan.
Ketika jumlah pengguna meningkat, kapasitas sistem akan menyesuaikan tanpa perlu tindakan manual. Jadi, kamu gak perlu khawatir aplikasi kamu tiba-tiba lambat saat traffic meningkat.
5. Mempercepat Proses Pengembangan
Semua urusan server diurus cloud, makanya tim pengembang bisa fokus sepenuhnya pada fitur dan inovasi aplikasi.
Kondisi ni mempercepat siklus pengembangan, dari ide hingga produk jadi. Kalo udah begini, aplikasi kamu bisa diluncurkan lebih cepat ke pasar tanpa kompromi.
Baca Juga: Mengenal Arsitektur Data: Arti, Komponen, Jenis, & Contoh
Cara Kerja Serverless Architecture
Server itu ibarat jembatan yang memungkinkan pengguna terhubung dengan aplikasi dan mengakses fitur-fiturnya. Tapi, kebayang nggak sih betapa repotnya ngurus server?
Warga Bimbingan harus jagain hardware, update software dan keamanannya, belum lagi bikin backup kalau sewaktu-waktu ada masalah. Nah, serverless architecture datang menyelamatkan!
Dengan pakai ini, kamu bisa lempar semua tugas ribet itu ke penyedia layanan cloud, dan fokus kamu cuma satu: bikin aplikasi yang keren!
Salah satu jenis serverless architecture yang sering dipakai adalah Function as a Service (FaaS).
Gimana kerjanya? Developer cukup nulis kode sebagai fungsi-fungsi kecil yang aktif ketika ada event, misalnya ada email masuk atau request HTTP.
Setelah kode diuji dan siap, tinggal deploy aja deh ke cloud. Pas fungsi itu dipanggil, cloud provider yang urus eksekusinya, baik di server yang udah jalan atau mereka bikin server baru kalau perlu.
AWS Lambda adalah platform FaaS pertama yang booming sejak 2014, tapi sekarang Google dan Microsoft juga punya versi mereka sendiri, seperti Google Cloud Functions (GCF) dan Azure Functions.
5 Contoh Penggunaan Serverless Architecture
Sumber: Freepik
Setelah paham cara kerja serverless architecture, Warga Bimbingan pasti penasaran gimana contoh nyata penggunaannya, kan?
Teknologi ini udah banyak dipakai di berbagai skenario, mulai dari pengembangan aplikasi hingga manajemen data besar. Yuk, lihat beberapa contohnya biar lebih kebayang!
1. Web and Mobile Backends
Dengan serverless, kamu bisa bikin backend aplikasi web atau mobile tanpa perlu repot ngurus server.
Aplikasi kamu bisa menangani permintaan dari pengguna secara otomatis dan efisien. Jadi, fokus kamu cuma di fitur-fitur keren untuk pengguna, sementara cloud yang urus infrastrukturnya.
2. Stream Processing
Bayangin kamu punya data yang terus mengalir seperti aliran air. Nah, serverless bisa memproses data itu secara real-time.
Misalnya, data dari sensor IoT yang langsung dianalisis tanpa hambatan. Cloud yang urus semua skalabilitas dan performanya, kamu tinggal nikmati hasilnya.
3. Security Checks
Kamu bisa bikin sistem otomatis untuk memantau keamanan aplikasi dengan serverless.
Setiap kali ada file baru diunggah atau ada aktivitas mencurigakan, sistem langsung ngecek dan kasih notifikasi. Tanpa perlu setup server rumit, keamanan tetap terjaga 24/7.
4. ETL Pipelines
Serverless juga bisa bantu dalam proses Extract, Transform, Load (ETL) data. Kamu bisa otomatis ambil data, mengubah formatnya, lalu memasukkannya ke dalam database yang sesuai.
Semuanya berjalan otomatis, kamu tinggal lihat datanya rapi di tempat yang kamu inginkan.
5. Event Processing
Setiap kali ada event penting, seperti pengguna baru daftar atau ada transaksi, serverless bisa langsung bertindak.
Fungsi akan dijalankan otomatis untuk memproses event tersebut tanpa delay. Nah, ini bikin sistem kamu lebih responsif dan cepat tanggap tanpa harus standby di server.
Baca Juga: Backend Engineer: Tugas, Skill, & Gaji Fantastis!
Sudah Siap Pakai Serverless Architecture?
Setelah tahu lebih dalam soal serverless architecture, sudah siapkah Warga Bimbingan menerapkannya di proyek atau pekerjaanmu?
Jika kamu ingin belajar lebih lanjut tentang bagaimana mengelola data di era cloud, Bootcamp Data Engineering dibimbing.id adalah solusinya!
Di bootcamp ini, kamu akan belajar langsung dari mentor berpengalaman, dengan silabus terlengkap dan pastinya ada praktek nyata untuk memperkaya portfolio kamu.
Plus, kamu bisa mengulang kelas gratis sampai benar-benar paham dan jangan lupa, 94% alumni sudah berhasil mendapatkan pekerjaan! dibimbing.id juga bekerja sama dengan 700+ hiring partner yang siap membantu dalam penyaluran kerja.
Kalau ada pertanyaan kayak, "Gimana cara mulai karir di bidang data?" atau "Apa keuntungan pakai serverless untuk proyekku?", konsultasi gratis di sini. Dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi karier yang kamu impikan!
Referensi
Tags