Apa Itu Security Testing? Jenis dan Fungsinya Lengkap

Irhan Hisyam Dwi Nugroho
•
06 June 2025
•
195

Security testing penting banget, Warga Bimbingan, karena serangan siber bisa datang kapan aja tanpa aba-aba. Tanpa pengujian keamanan, data pengguna bisa bocor dan sistem rentan disusupi.
MinDi bakal bantu kamu pahami apa itu security testing, jenis-jenisnya, dan kenapa ini wajib jadi bagian dari proses QA. Yuk, simak bareng sampai tuntas!
Apa itu Security Testing?
Security testing adalah proses pengujian untuk memastikan bahwa sistem, aplikasi, atau jaringan aman dari ancaman seperti peretasan, kebocoran data, dan akses tidak sah.
Tujuannya adalah untuk menemukan celah keamanan sebelum dieksploitasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Pengujian ini mencakup evaluasi terhadap mekanisme otentikasi, otorisasi, enkripsi, serta perlindungan data.
Dengan melakukan security testing secara rutin, pengembang bisa memastikan sistem tetap aman dan andal digunakan oleh pengguna.
Baca juga : Panduan Memilih Bootcamp Quality Assurance Terbaik 2025
Tujuan Security Testing
Sumber: Canva
Warga Bimbingan, security testing itu ibarat kunci buat jaga sistem tetap aman dari serangan. Biar gak jadi celah terbuka, yuk kenali empat tujuan utamanya:
1. Melindungi Data Sensitif
Security testing membantu memastikan data pribadi pengguna, seperti email, password, atau informasi pembayaran, tidak mudah diakses oleh pihak yang tidak berwenang.
Ini penting banget, apalagi untuk aplikasi yang menyimpan data sensitif. Perlindungan data jadi salah satu kunci menjaga kepercayaan pengguna.
2. Mencegah Akses Tidak Sah
Pengujian ini mendeteksi celah yang memungkinkan seseorang masuk ke sistem tanpa izin. Misalnya lewat brute force, SQL injection, atau serangan lain. Dengan menutup akses ilegal sejak awal, kamu bisa mencegah kerugian yang lebih besar.
3. Menilai Ketahanan Sistem terhadap Serangan
Security testing mengukur seberapa kuat sistem kamu saat diserang secara langsung maupun tidak langsung.
Hasilnya bisa jadi bahan evaluasi untuk memperkuat pertahanan sistem. Jadi, kamu bisa tahu apakah aplikasi kamu siap menghadapi ancaman nyata atau belum.
4. Memenuhi Standar Keamanan dan Kepatuhan
Banyak industri mewajibkan pengujian keamanan demi memenuhi regulasi tertentu, seperti ISO 27001 atau GDPR.
Dengan melakukan security testing, kamu menunjukkan bahwa sistemmu sesuai standar yang berlaku. Ini penting, terutama kalau aplikasi kamu digunakan dalam skala besar atau menyangkut data publik.
Baca juga : Panduan Lengkap Roadmap QA Engineer dari Nol Sampai Ahli
Jenis-Jenis Security Testing
Sumber: Canva
Warga Bimbingan, tiap jenis security testing punya fokus dan caranya sendiri. Yuk, kenali lima jenis paling umum yang sering dipakai untuk mengamankan sistem:
1. Vulnerability Scanning
Jenis ini bertujuan untuk memindai sistem secara otomatis guna menemukan celah keamanan.
Tools seperti Nessus atau OpenVAS sering digunakan dalam proses ini. Hasilnya berupa daftar potensi kerentanan yang perlu dianalisis lebih lanjut.
2. Penetration Testing (Pentest)
Pentest mensimulasikan serangan nyata dari hacker untuk melihat seberapa jauh sistem bisa ditembus.
Biasanya dilakukan secara manual oleh tester berpengalaman. Tujuannya bukan cuma menemukan celah, tapi juga menguji dampaknya secara langsung.
3. Security Audit
Audit keamanan menilai apakah sistem dan proses pengujian sesuai dengan standar atau kebijakan yang berlaku.
Prosesnya melibatkan review dokumen, konfigurasi, dan kontrol akses. Cocok untuk organisasi yang butuh jaminan kepatuhan.
4. Risk Assessment
Testing ini fokus pada identifikasi, penilaian, dan prioritas risiko keamanan dalam sistem. Biasanya dilakukan sebelum atau selama tahap awal pengembangan. Hasilnya membantu tim fokus pada bagian yang paling rentan terlebih dahulu.
5. Ethical Hacking
Ethical hacker atau white hat mencoba menyerang sistem, tapi dengan izin resmi dari pemiliknya.
Tujuannya untuk menemukan celah sebelum hacker sungguhan melakukannya. Ini kombinasi dari teknik pentest dan kreativitas ala hacker.
Baca juga : 10 Contoh KPI Quality Assurance untuk Ukur Performa QA
Bagaimana Cara Kerja Security Testing?
Proses security testing dimulai dengan mengidentifikasi bagian sistem yang rawan, seperti login, database, dan transaksi. Setelah itu, dipilih metode dan tools yang sesuai untuk menguji keamanannya.
Pengujian dijalankan dengan mensimulasikan berbagai serangan, baik otomatis maupun manual. Tools seperti OWASP ZAP atau Burp Suite sering digunakan untuk mengecek celah keamanan secara detail.
Setelah selesai, hasil tes dianalisis dan dicatat. Jika ditemukan celah, tim developer akan memperbaikinya, lalu pengujian diulang untuk memastikan sistem sudah aman.
Baca juga : 7 Perbedaan QA dan QC demi Proses Bisnis yang Efektif
Contoh Security Testing dan Tools
Sumber: Canva
Warga Bimbingan, biar makin paham praktiknya, MinDi bawain contoh security testing lengkap dengan tools yang sering dipakai. Yuk, simak contohnya berikut ini:
1. OWASP ZAP
OWASP Zed Attack Proxy (ZAP) adalah tool open-source untuk menemukan celah keamanan pada aplikasi web.
Tool ini bisa digunakan untuk scanning otomatis maupun pengujian manual terhadap input pengguna, form, dan URL. Cocok banget buat pemula maupun profesional di dunia security testing.
2. Burp Suite
Burp Suite adalah tool populer untuk menguji keamanan aplikasi web, terutama dalam analisis traffic HTTP/S antara client dan server.
Tool ini banyak digunakan untuk mendeteksi serangan seperti XSS, SQL injection, dan session hijacking. Versi gratisnya cukup kuat, tapi versi pro-nya lebih lengkap untuk kebutuhan profesional.
3. Metasploit
Metasploit digunakan untuk penetration testing dengan mensimulasikan serangan nyata ke sistem atau jaringan.
Dengan tool ini, tester bisa menguji seberapa kuat sistem bertahan terhadap eksploitasi. Metasploit juga sering digunakan oleh ethical hacker untuk pelatihan dan pengujian internal.
4. SQLMap
SQLMap adalah tool otomatis yang digunakan khusus untuk mendeteksi dan mengeksploitasi SQL injection pada database.
Tool ini sangat efektif dalam menemukan celah keamanan yang sering diabaikan di sisi backend. Penggunaannya simpel, tapi kemampuannya cukup dalam untuk berbagai skenario pengujian.
5. Nessus
Nessus adalah salah satu vulnerability scanner paling populer di dunia. Tool ini mampu memindai ribuan celah keamanan di berbagai sistem, termasuk server, jaringan, perangkat lunak, dan konfigurasi sistem operasi.
Nessus sangat cocok digunakan untuk audit keamanan skala besar karena cepat, akurat, dan mendukung berbagai jenis laporan detail yang membantu tim keamanan mengambil tindakan tepat.
Baca juga : Contoh Bug Report: Arti, Elemen, dan Tips Menulis Efektif
Ingin Jadi Quality Assurance Engineer Profesional?
Setelah mempelajari pengertian, jenis, dan fungsi dari security testing, sekarang saatnya Warga Bimbingan mempraktikkan ilmunya di dunia nyata!
Yuk, ikuti Bootcamp Quality Assurance di dibimbing.id! Di sini, kamu akan belajar langsung dari mentor berpengalaman tentang teknik pengujian keamanan, automation testing, bug tracking, hingga tools populer seperti JIRA, Selenium, dan OWASP ZAP.
Kurikulum disusun aplikatif dan praktis, dirancang untuk bantu kamu jadi QA Engineer yang gak cuma ngerti teori, tapi juga siap kerja di industri teknologi.
Dengan lebih dari 840+ hiring partner dan tingkat keberhasilan alumni mencapai 95%, peluang kariermu di bidang QA makin terbuka lebar!
Jadi, tunggu apa lagi? Daftar sekarang di sini dan mulai perjalananmu menjadi Quality Assurance Engineer yang handal dan profesional! #BimbingSampeJadi
Referensi
Tags

Irhan Hisyam Dwi Nugroho
Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.