dibimbing.id - Supply Chain Risk Management: Definisi, Contoh & Strategi

Supply Chain Risk Management: Definisi, Contoh & Strategi

Farijihan Putri

27 June 2025

292

Image Banner

Supply chain risk management adalah hal penting yang wajib dipahami, apalagi buat kamu yang terjun ke bidang logistik, procurement, atau bisnis retail.

Masalahnya, semakin kompleks rantai pasok suatu perusahaan, semakin tinggi pula risiko yang bisa muncul. Mulai dari keterlambatan supplier sampai gangguan geopolitik. Kalau nggak ditangani, bisa bikin proses produksi terganggu, bahkan rugi besar.

Di artikel ini, MinDi akan bahas apa itu supply chain risk management, jenis-jenis risikonya, sampai strategi mengelolanya. Cocok banget buat kamu yang baru nyemplung di dunia rantai pasok atau lagi cari bekal sebelum switch karier ke bidang ini.

Baca Juga: Supply Chain Management: Tujuan, Jenis, Tahapan, & Contohnya


Apa Itu Supply Chain Risk Management?


Supply Chain Risk Management (SCRM) adalah proses mengidentifikasi, menilai, dan memitigasi potensi gangguan atau ancaman yang bisa terjadi di sepanjang rantai pasokan.

Kalau punya skill ini, kamu bisa mencari tahu apa saja yang bisa bikin alur bahan baku, produksi, sampai pengiriman barang menjadi tersendat atau bahkan berhenti total. 

Risiko-risiko ini bisa beragam, mulai dari bencana alam, masalah pemasok, gangguan transportasi, sampai ketidakstabilan politik. Tujuan utamanya untuk menjaga agar rantai pasokan tetap berjalan lancar, efisien, dan tetap bisa memenuhi permintaan pelanggan meskipun ada kendala.

Kenapa SCRM ini penting banget? Manfaatnya banyak! Dengan mengelola risiko rantai pasokan, perusahaan bisa meminimalkan kerugian finansial akibat penundaan, kekurangan stok, atau masalah kualitas produk.

Selain itu, SCRM juga membantu meningkatkan ketahanan (resilience) rantai pasokan. Artinya, perusahaan lebih siap menghadapi krisis dan bisa pulih lebih cepat.

Pada akhirnya, hal ini berkontribusi pada peningkatan kepuasan pelanggan karena produk tetap tersedia, reputasi brand terjaga, dan perusahaan bisa mempertahankan keunggulan kompetitif di pasar yang makin kompleks.

Baca Juga: Perbedaan Logistik dan Supply Chain dalam Bisnis, Apa Saja?


Jenis-Jenis Risiko dalam Supply Chain


Selain tau pengertian dan manfaatnya, kamu juga wajib banget nih buat ngerti jenis-jenis risiko dalam supply chain. Yuk, simak penjelasan MinDi!


1. Risiko Internal


Faktor risiko ini berasal dari dalam perusahaan atau supply chain itu sendiri. Karena sifatnya internal, risiko-risiko ini sebenarnya bisa lebih mudah diprediksi dan dikendalikan.


a. Risiko Operasional

Misalnya mesin produksi rusak di tengah proses, kesalahan manusia (human error), atau SOP yang tidak efektif. Jika kamu biarkan, hal-hal ini bisa menyebabkan keterlambatan pengiriman dan pemborosan sumber daya.


b. Risiko Keuangan

Contohnya seperti fluktuasi biaya produksi yang tiba-tiba melonjak, anggaran yang tidak efisien, atau keterlambatan pembayaran dari klien maupun ke vendor. Risiko keuangan ini bisa mengganggu arus kas dan menghambat proses supply chain secara keseluruhan.


c. Risiko Teknologi

Biasanya muncul dari kegagalan sistem IT internal, seperti software inventory yang crash atau integrasi data antar divisi yang tidak sinkron. Risiko ini semakin relevan di era digital, apalagi jika sistem perusahaan belum terotomatisasi. Alhasil, proses supply chain tidak efisien bahkan berhenti sementara.


2. Risiko Eksternal


Berbeda dengan risiko internal, faktor risiko eksternal datang dari luar perusahaan dan lebih sulit dikontrol. Perusahaan harus punya strategi mitigasi yang fleksibel dan siap menghadapi ketidakpastian.


a. Risiko Pasar dan Permintaan

Misalnya perubahan tren konsumen yang mendadak, lonjakan permintaan yang tak terduga, atau fluktuasi harga bahan baku yang tidak stabil. Hal-hal seperti ini bisa bikin perencanaan produksi kacau kalau tidak diantisipasi. Salah satu solusinya menggunakan data pasar untuk membuat prediksi permintaan lebih akurat.


b. Risiko Geopolitik dan Lingkungan

Contohnya konflik politik antarnegara, bencana alam seperti banjir atau gempa, serta perubahan regulasi seperti larangan ekspor-impor baru. Faktor-faktor ini bisa memutus jalur distribusi atau meningkatkan biaya logistik secara tiba-tiba.


c. Risiko Vendor/Supplier

Termasuk di dalamnya adalah keterlambatan pengiriman, kualitas barang yang di bawah standar, hingga risiko pemasok mengalami kebangkrutan. Masalah dari vendor ini bisa menimbulkan efek domino ke seluruh proses supply chain.


d. Cybersecurity dan Data Breach

Apalagi kalau sistem supply chain perusahaan sudah terkoneksi dengan banyak pihak ketiga. Ancaman kebocoran data, serangan malware, hingga peretasan bisa mengganggu operasional dan merusak kepercayaan mitra.

Baca Juga: Simak Proses Bisnis Supply Chain Management, Tahapan & Contoh


5 Contoh Nyata Supply Chain Risk


Sumber: Pexels

Berikut contoh nyata risiko dalam supply chain yang sering terjadi di berbagai industri. Kalo udah paham contohnya, kamu bisa lihat pentingnya strategi pencegahan dan mitigasi yang matang.


1. Keterlambatan Pengiriman dari Supplier


Keterlambatan pengiriman bahan baku bisa mengganggu seluruh proses produksi. Salah satu contoh nyatanya adalah saat banyak pabrik otomotif terpaksa berhenti operasi karena kekurangan chip semikonduktor.

Sebagai langkah antisipasi, perusahaan bisa menjalin kerja sama dengan beberapa supplier sekaligus agar tidak bergantung pada satu sumber.


2. Perubahan Regulasi Impor secara Tiba-Tiba


Perubahan kebijakan ekspor-impor dari pemerintah negara tertentu bisa menghambat arus barang lintas negara.

Contohnya saat India tiba-tiba menghentikan ekspor beras, banyak distributor makanan di Asia Tenggara mengalami kekurangan stok. Oleh karena itu, memahami supply chain risk management adalah langkah penting untuk mengantisipasi risiko kebijakan eksternal seperti ini.


3. Serangan Siber pada Sistem Logistik


Gangguan pada sistem IT bisa menyebabkan data pesanan hilang, pelacakan barang terganggu, hingga kebocoran informasi pelanggan.

Salah satu contohnya terjadi pada perusahaan logistik global Maersk yang pernah lumpuh total karena serangan ransomware. Untuk mencegah dampak besar, perusahaan perlu menerapkan sistem keamanan digital berlapis dan melakukan audit rutin.


4. Bencana Alam yang Memutus Jalur Distribusi


Banjir besar, gempa bumi, atau badai salju bisa memutus jalur transportasi barang. Misalnya, saat banjir di Thailand tahun 2011 mengakibatkan banyak pabrik elektronik terendam, yang kemudian berdampak global pada pasokan hard drive. Salah satu strategi mitigasi adalah menyimpan stok cadangan di beberapa lokasi geografis berbeda.


5. Permintaan Pasar Melonjak Secara Tiba-Tiba


Ledakan permintaan tanpa prediksi yang tepat bisa membuat perusahaan kewalahan dalam produksi dan pengiriman. Seperti yang terjadi saat awal pandemi, permintaan masker dan hand sanitizer melonjak tajam sementara produksi belum siap.

Hal tersebut menunjukkan supply chain risk management adalah sistem penting untuk menyesuaikan kapasitas dengan dinamika pasar secara cepat.


5 Strategi Supply Chain Risk Management yang Efektif


Selanjutnya, yuk kepoin strategi supply chain risk management yang efektif dan bisa kamu terapkan untuk mengurangi risiko serta menjaga kelancaran rantai pasok.


1. Diversifikasi Supplier


Mengandalkan satu pemasok saja bisa sangat berisiko, apalagi jika supplier tersebut berada di wilayah rawan gangguan. Dengan memiliki beberapa sumber suplai dari lokasi berbeda, perusahaan bisa tetap beroperasi walau salah satu jalur pasok terganggu.


2. Membangun Cadangan Stok Strategis


Menyimpan stok barang cadangan untuk produk penting dapat menjadi penyangga saat terjadi keterlambatan pengiriman. Strategi ini juga membantu menghindari kekosongan stok ketika permintaan pasar melonjak tiba-tiba.


3. Digitalisasi dan Pemantauan Real-Time


Gunakan teknologi seperti IoT, ERP, atau software supply chain management untuk memantau pergerakan barang dan kondisi logistik secara real-time. Dengan begitu, perusahaan bisa segera bertindak jika muncul gangguan atau penyimpangan dalam rantai pasok.


4. Analisis Risiko dan Simulasi Skenario


Lakukan analisis risiko secara rutin dan buat skenario “what if” agar perusahaan siap menghadapi berbagai kemungkinan, mulai dari bencana alam sampai perubahan regulasi. Simulasi ini membantu tim membuat rencana darurat yang bisa langsung dieksekusi saat risiko benar-benar terjadi.


5. Kolaborasi yang Kuat dengan Stakeholder


Bangun hubungan yang transparan dan kuat dengan supplier, distributor, dan pihak logistik. Komunikasi yang terbuka mempercepat pengambilan keputusan dan pemecahan masalah saat risiko muncul di lapangan.

Baca Juga: Jenis Pengadaan Barang dan Jasa, serta Strategi Terbaik


Upgrade Skill Manajemen Supply Chain di Bootcamp dibimbing.id!


Sekarang kamu udah paham, supply chain risk management adalah hal krusial buat menjaga kelangsungan bisnis di tengah ketidakpastian. Nah, kalau kamu pengen makin paham dan siap terjun ke dunia supply chain secara profesional, yuk ikutan Bootcamp dibimbing.id bareng 338+ mentor berpengalaman!

Materinya super lengkap, mulai dari data science/data analyst, UI/UX design, human resources, AI & Machine Learning, digital marketing, hingga english class. Semua disusun dengan silabus terstruktur, praktek nyata buat portofolio, gratis mengulang kelas, dan udah terbukti bantu 3400+ career shifter. Ada juga 840+ hiring partner buat bantu penyaluran kerja!

Kamu punya pertanyaan, “Bisa belajar dari nol walau belum punya pengalaman?” atau “Ada materi buat pemula yang mau pindah karier?”, konsultasi gratis aja di sini. dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi.


Referensi


  1. What is supply chain risk management (SCRM)? [Buka]
  2. Supply Chain Risk Management: Definition, Examples, and Strategies [Buka]
  3. supply chain risk management (SCRM) [Buka]

Tags

Share

Author Image

Farijihan Putri

Farijihan is a passionate Content Writer with 3 years of experience in crafting compelling content, optimizing for SEO, and developing creative strategies for various brands and industries.

Hi!👋
Kalau kamu butuh bantuan,
hubungi kami via WhatsApp ya!