Story Point Adalah: Arti, Fungsi, dan Cara Menghitungnya

Irhan Hisyam Dwi Nugroho
•
07 April 2025
•
291

Story point adalah alat dalam metodologi Agile untuk mengukur usaha yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas atau fitur. Ini membantu tim merencanakan pekerjaan dengan lebih efektif.
MinDi akan menjelaskan arti story point, fungsinya dalam perencanaan sprint, dan cara menghitungnya agar tim bisa bekerja lebih efisien dan akurat.
Yuk, simak terus untuk memahami bagaimana story point dapat meningkatkan produktivitas tim dalam pengembangan perangkat lunak!
Baca juga : Panduan Memilih Bootcamp Product Management Terbaik 2025
Apa Itu Story Point?
Story point adalah unit pengukuran yang digunakan dalam metodologi Agile untuk memperkirakan seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah tugas atau fitur dalam pengembangan perangkat lunak.
Story point tidak mengukur waktu secara langsung, melainkan kompleksitas, ukuran, dan potensi hambatan yang mungkin dihadapi selama pengerjaan.
Dengan menggunakan story point, tim dapat lebih mudah merencanakan pekerjaan dan mengelola beban kerja selama sprint.
Hal ini juga membantu tim untuk memiliki pemahaman bersama tentang upaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Baca juga : Stakeholder Mapping: Pengertian, Manfaat, Panduan & Contohnya
Fungsi Story Point
Sumber: Canva
Setelah memahami story point adalah, mari kita bahas beberapa fungsi utama story point dalam proyek Agile. Berikut adalah fungsi-fungsi penting dari penggunaan story point:
1. Memperkirakan Upaya yang Dibutuhkan
Story point digunakan untuk memperkirakan seberapa besar usaha yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas atau fitur.
Ini memungkinkan tim untuk merencanakan pekerjaan dengan lebih baik dan menghindari estimasi yang tidak realistis.
2. Mengukur Kecepatan Tim
Dengan menggunakan story point, tim dapat menghitung kecepatan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan selama sprint sebelumnya.
Ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kapasitas tim dan membantu merencanakan sprint berikutnya.
3. Membantu Prioritasi Tugas
Story point membantu tim dalam memprioritaskan tugas berdasarkan tingkat kompleksitasnya.
Tugas dengan story point lebih tinggi menunjukkan pekerjaan yang lebih rumit dan memerlukan lebih banyak waktu, sehingga prioritas dapat disesuaikan.
4. Meningkatkan Kolaborasi Tim
Dengan menggunakan story point, tim dapat memiliki pemahaman bersama tentang tingkat kesulitan setiap tugas.
Hal ini mendorong kolaborasi yang lebih baik dalam tim, karena semua orang memiliki pandangan yang sama tentang upaya yang diperlukan.
Baca juga : 10 Cara Menjadi Product Designer: Panduan Lengkap untuk Karier
Mengapa Story Point Digunakan?
Sumber: Canva
Warga Bimbingan, setelah tahu fungsi story point adalah, mari kita lihat mengapa story point sangat berguna dalam proyek Agile. Berikut adalah tiga alasan kenapa story point digunakan:
1. Mempertimbangkan Kompleksitas dan Hambatan
Story point membantu tim memperhitungkan kompleksitas dan hambatan yang mungkin muncul saat pengerjaan.
Ini membuat estimasi lebih realistis dan memungkinkan tim merencanakan dengan lebih matang. Jadi, tim bisa lebih siap menghadapi tantangan yang ada.
2. Membantu Tim Memahami Kemampuan Mereka
Dengan story point, tim bisa lebih memahami kapasitas mereka dalam menyelesaikan pekerjaan.
Melalui analisis sprint sebelumnya, tim tahu seberapa banyak tugas yang bisa mereka selesaikan. Ini membuat perencanaan sprint jadi lebih realistis dan tidak terlalu membebani tim.
3. Merencanakan Sprint dengan Lebih Efektif
Story point membuat tim bisa merencanakan sprint lebih akurat. Tim tahu berapa banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan berdasarkan estimasi yang jelas, sehingga mereka bisa menetapkan tujuan yang lebih terukur. Ini membuat sprint berjalan lebih lancar dan sesuai rencana.
Bagaimana Story Point Diperkirakan?
Sumber: Canva
Setelah memahami apa itu story point adalah dan mengapa story point digunakan, sekarang saatnya kita bahas bagaimana cara tim memperkirakan story point dalam proyek Agile. Berikut adalah tiga cara umum yang digunakan tim untuk memperkirakan story point:
1. Menggunakan Deret Fibonacci
Salah satu metode yang paling populer adalah menggunakan deret Fibonacci untuk memperkirakan story point.
Tim akan memilih angka dalam deret ini (misalnya 1, 2, 3, 5, 8, 13, dst.) untuk menggambarkan ukuran dan kompleksitas tugas.
Angka-angka ini memberikan indikasi kasar tentang seberapa besar usaha yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah tugas, dengan pertimbangan bahwa tugas yang lebih besar memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi.
2. Pertimbangan Kecepatan dan Pengalaman Tim
Tim dapat memperkirakan story point berdasarkan kecepatan mereka di sprint sebelumnya. Dengan melihat berapa banyak pekerjaan yang berhasil diselesaikan, tim dapat lebih memahami kapasitas mereka dan memperkirakan berapa banyak pekerjaan yang dapat mereka selesaikan dalam sprint mendatang.
Pengalaman tim dalam menyelesaikan tugas serupa juga menjadi faktor penting dalam estimasi ini.
3. Product Backlog Grooming (Estimasi Kasar)
Sebelum perencanaan sprint, tim biasanya melakukan product backlog grooming, di mana mereka melakukan estimasi kasar terhadap item-item backlog.
Ini memberi tim gambaran umum tentang seberapa besar pekerjaan yang akan datang, meskipun estimasi ini sering kali lebih tentatif dan bisa disesuaikan seiring berjalannya waktu.
Proses ini membantu tim mempersiapkan diri untuk perencanaan sprint yang lebih terperinci.
Baca juga : 7 Cara Menjadi Product Manager Sukses! Cek Panduannya Lengkap!
Contoh Penggunaaan Story Point dalam Sprint
Sumber: Canva
Warga Bimbingan, sekarang kita akan melihat bagaimana story point adalah digunakan dalam sprint untuk merencanakan dan mengelola pekerjaan tim. Berikut adalah beberapa contoh penggunaannya:
1. Menentukan Kapasitas Tim dalam Sprint
Setelah memperkirakan story point untuk setiap tugas, tim dapat menghitung kapasitas sprint mereka.
Ini membantu menentukan berapa banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam sprint, menghindari beban berlebih, dan menetapkan tujuan yang realistis.
2. Memprioritaskan Tugas Berdasarkan Story Point
Story point memudahkan tim dalam memprioritaskan tugas berdasarkan kompleksitas dan usaha yang diperlukan.
Tugas dengan story point lebih tinggi memerlukan lebih banyak waktu, sehingga dapat diprioritaskan atau diselesaikan lebih awal jika lebih mendesak.
3. Mengelola Risiko dan Ketidakpastian
Story point membantu tim mengidentifikasi tugas dengan tingkat risiko dan ketidakpastian yang lebih tinggi.
Tugas yang lebih kompleks biasanya memerlukan alokasi lebih banyak waktu atau sumber daya untuk meminimalkan risiko.
4. Menilai Kinerja Tim Setelah Sprint
Setelah sprint selesai, tim dapat mengevaluasi jumlah story point yang telah diselesaikan dan menyesuaikan estimasi mereka untuk sprint berikutnya. Hal ini memberikan wawasan tentang kinerja tim dan efektivitas perencanaan.
Baca juga : Apa itu Smart Goals? Definisi, Manfaat, Panduan & Contohnya
Yuk, Ikuti Bootcamp Product Management di Dibimbing.id!
Setelah mempelajari story point adalah dan bagaimana cara menggunakannya dalam perencanaan sprint, saatnya untuk memperdalam keterampilan dalam Product Management!
Di Bootcamp Product Management Dibimbing.id, kamu akan belajar bagaimana merencanakan dan mengelola proyek dengan lebih efisien, termasuk penggunaan teknik Agile dan story point.
Bergabunglah dengan lebih dari 65.000+ Digital Learners, belajar langsung dari 338+ Mentor Profesional, dan dapatkan akses materi seumur hidup! Dengan 840+ Hiring Partners dan tingkat keberhasilan alumni 96%, peluang kariermu semakin terbuka lebar.
Daftar sekarang di sini dan mulai perjalananmu untuk menjadi Product Manager profesional! #BimbingSampeJadi
Referensi
- Story points and estimation [Buka]
Tags

Irhan Hisyam Dwi Nugroho
Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.