dibimbing.id - Apa Itu Metode Design Thinking, Fungsi, Tujuan, Tahapan & Penerapannya

Apa Itu Metode Design Thinking, Fungsi, Tujuan, Tahapan & Penerapannya

Hudita A. R. Lubis

07 June 2023

8272

Image Banner

Inovasi menjadi salah satu kunci kesuksesan dalam dunia bisnis yang terus berkembang pesat. Bagaimana kita dapat menciptakan solusi yang inovatif, relevan, dan berorientasi pada kebutuhan pengguna? Di sinilah metode Design Thinking akan bermanfaat buat kamu.


Metode Design Thinking biasa dimanfaatkan oleh pengusaha dan desainer dalam menghadapi tantangan dan menciptakan solusi yang berdampak. MinDi akan ajak kamu menggali lebih dalam setiap fase metode Design Thinking yang marak digunakan oleh UI/UX Designer.


Apa Itu Metode Design Thinking?


Design Thinking adalah pendekatan berpikir kreatif yang digunakan untuk memecahkan masalah kompleks dan merancang solusi yang inovatif. Pendekatan ini menggabungkan elemen-elemen desain, empati, dan pemahaman mendalam terhadap pengguna untuk menciptakan solusi yang relevan dan efektif.


Konsep Design Thinking sendiri awalnya telah berkembang sejak tahun 1969 saat seorang sosiolog dan psikolog Amerika, Herbert Simon yang menetapkan tujuh langkah kunci pemecah masalah yang menggunakan desain sebagai pendekatan kreatif. 


Baca juga: Belajar UI/UX: Rekomendasi 5 Tools Terbaik Bagi Pemula


Pada tahun 1990-an, perusahaan desain dan konsultasi global bernama IDEO yang dipimpin oleh David Kelley, memperkenalkan pendekatan yang berpusat pada pengguna dan berfokus pada inovasi yang berkelanjutan dalam Design Thinking

Selanjutnya, di  tahun 2003, d.school (Institut Hasso Plattner untuk Desain di Stanford University) didirikan dan mempopulerkan konsep Design Thinking. d.school mengintegrasikan pendekatan multidisiplin, berpusat pada pengguna, dan kemitraan kolaboratif dalam proses desain.

Sejak itu, Design Thinking terus berkembang seiring waktu dengan kontribusi dari berbagai praktisi dan institusi desain. Metode ini telah terbukti efektif dalam memecahkan masalah yang kompleks, merancang pengalaman pengguna yang baik, dan menciptakan inovasi yang berdampak.

Kini hanya ada beberapa kerangka kerja yang digunakan dalam metode Design Thinking, seperti pendekatan lima fase yang terdiri dari Empathize (empati), Define (tentukan), Ideate (berimajinasi), Prototype (prototipe), dan Test (uji coba). 

Baca juga: Bingung Belajar UI/UX? Mulai dari 5 Hal Ini Aja!




Mengapa Metode Design Thinking Penting?



Nilai utama dari design thinking adalah kelebihannya untuk menawarkan proses yang terdefinisi untuk inovasi. Meskipun trial and error adalah cara yang baik untuk menguji dan bereksperimen apa yang berhasil dan apa yang tidak, seringkali metode ini memakan waktu, mahal, dan pada akhirnya tidak efektif. Di sisi lain, mengikuti langkah-langkah konkret dari design thinking adalah cara yang efisien untuk mengembangkan solusi baru yang inovatif.


Di atas proses yang jelas dan terdefinisi yang memungkinkan inovasi strategis, design thinking dapat memiliki hasil yang sangat positif untuk karier Sobat MinDi, baik dalam hal kemajuan maupun gaji.



Fungsi dan Tujuan Metode Design Thinking


  1. Design Thinking membantu dalam memahami pengguna, kebutuhan mereka, dan tantangan yang mereka hadapi. Tujuan utamanya adalah membangun empati terhadap pengguna untuk menghasilkan solusi yang relevan dan bermakna.

  2. Pendekatan Design Thinking mendorong pemikiran kreatif dan generasi ide yang baru dan inovatif. Fokusnya adalah merancang solusi yang gak konvensional dan menghasilkan nilai tambah bagi pengguna.

  3. Metode ini bertujuan untuk menciptakan solusi yang berorientasi pada pengguna, mempertimbangkan kebutuhan, harapan, dan pengalaman pengguna. Tujuan utamanya adalah menciptakan pengalaman pengguna yang positif dan memenuhi kebutuhan pengguna dengan baik.

  4. Design Thinking mempromosikan kerja tim kolaboratif yang melibatkan berbagai karyawan tim pengembangan produk. Tujuannya adalah untuk memanfaatkan keahlian dan perspektif yang berbeda untuk menghasilkan solusi yang holistik dan terbaik.

  5. Metode ini mengutamakan pendekatan eksperimen dan iteratif untuk merancang solusi. Tujuan utamanya adalah menguji ide, mendapatkan umpan balik, dan melakukan perbaikan berkelanjutan melalui siklus iterasi yang cepat.


Dengan menerapkan Design Thinking, perusahaan dapat menghasilkan solusi inovatif yang lebih relevan, berdampak, dan lebih baik memenuhi kebutuhan pengguna.


5 Fase Metode Design Thinking


Dibimbing.id - 5 Fase Metode Design Thinking


5 Fase Metode Design Thinking


Metode Design Thinking melibatkan serangkaian fase atau tahapan yang digunakan untuk memahami masalah, menghasilkan ide, dan merancang solusi yang inovatif. Berikut adalah lima fase dalam metode Design Thinking:


  1. Empathize (Empati)


Fase ini berfokus pada pemahaman mendalam terhadap pengguna dan tantangan yang pengguna biasa hadapi. Sesuai makna dari kata ‘empati’ sendiri, fase ini mengharuskan kamu untuk merasakan perasaan pengguna tentang masalah, keadaan atau situasi dengan berempati.


Selama fase ini, kamu sebagai UI/UX Designer harus mengesampingkan asumsi yang berlebihan dan coba mengumpulkan data nyata yang relevan dan dapat ditindaklanjuti oleh Designer. Kamu bisa menggunakan teknik seperti wawancara, observasi, dan ikut mencoba mengalami langsung untuk mengumpulkan perspektif dan mengembangkan empati terhadap pengguna.


  1. Define (Definisi)


Setelah memahami masalah dan pengguna, fase ini melibatkan perumusan pernyataan tugas atau tantangan yang jelas. Fase ini mengharuskan kamu membuat ringkasan desain yang terdefinisi jelas, bisa aja berisi list kebutuhan dan permasalahan yang dialami pengguna untuk dicari ide solusinya.


Dalam proses ini kamu dapat menggunakan beberapa teknik seperti Affinity Diagram atau Points Of View, tergantung dari kebutuhan kamu. Kamu bisa menganalisis data yang dikumpulkan pada tahap Empati untuk mengidentifikasi kebutuhan, tujuan, dan harapan pengguna yang penting.


  1. Ideate (Ideasi)


Fase ini adalah saat tim menghasilkan sebanyak mungkin ide kreatif dan solusi potensial untuk memecahkan masalah yang telah didefinisikan. Fase ini mengharuskan kamu untuk melepaskan segala ide kreatif kamu untuk dijadikan problem-solving yang baik.


Coba manfaatkan analisa S.W.O.T (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats) sebagai tolak ukur penilaian kamu untuk membangun ide yang lebih meyakinkan. Berbagai teknik ideasi seperti brainstorming, mind mapping, atau prototyping digunakan untuk menghasilkan variasi ide yang beragam.


  1. Prototype (Prototipe)


Kemudian, ide-ide yang dihasilkan dalam fase sebelumnya dikonversi menjadi bentuk prototipe yang kasar atau sederhana. Fase ini kamu diharuskan untuk bisa mengimplementasikan ide yang sudah didapat menjadi sebuah produk yang dapat diuji coba.


Pada fase ini ide atau solusi yang diusulkan sebelumnya dapat diperbaiki, didesain ulang atau mungkin ditolak setelah melalui uji coba dan kritik dari tim pengembangan produk. Prototipe dapat berupa model fisik, sketsa, storyboard, atau simulasi digital yang memungkinkan pengujian dan iterasi cepat.


  1. Test (Pengujian)


Fase ini melibatkan pengujian prototipe dengan tim pengembangan produk di perusahaan kamu atau dengan pengguna. Coba lah uji dengan pertanyaan-pertanyaan yang fokus pada pemecahan masalah yang ada seperti “Bagaimana solusi ini dapat mempengaruhi pengalaman pengguna?” dan hindari pertanyaan dengan jawaban monoton seperti ‘ya/tidak’


Nah, feedback yang diperoleh dari pengujian digunakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki solusi yang diusulkan. Jika diperlukan, langkah-langkah sebelumnya dapat diulangi untuk mencapai solusi yang lebih baik.



Pekerjaan Umum yang Membutuhkan Keterampilan Design Thinking


  • Marketing managers

  • Executives

  • ⁠Industrial engineers

  • ⁠Graphic designers

  • ⁠Software developers

  • ⁠General and operations managers

  • Management analysts

  • Personal service managers

  • Architectural and engineering managers

  • Computer and information systems managers



Selain itu, pekerjaan yang memerlukan metode design thinking secara statistik memiliki gaji yang lebih tinggi. Ambil posisi marketing manager sebagai contoh. Gaji tahunan median adalah $107,900. Namun, lowongan pekerjaan marketing manager yang memerlukan keterampilan design thinking memiliki gaji tahunan median sebesar 133,900—peningkatan sebesar 24 persen.


Contoh Penerapan Metode Design Thinking


MinDi coba kasih contoh dengan platform nonton no.1, Netflix. Semoga dengan ini kamu bisa menerapkan metode Design Thinking dengan lebih baik, ya!


Selama awal masa Netflix membangun usahanya, Netflix sudah mengidentifikasi pesaingnya, Blockbuster. Blockbuster menjual layanan di mana pengguna atau pelanggan bisa pergi ke toko fisik untuk menyewa DVD. Nah, di sini lah permasalahan ditemukan oleh para pengguna, yaitu kendala pengguna dalam mengembalikan DVD yang disewa.


Sejauh ini, Netflix telah menerapkan fase Empathize dan fase Define, sehingga Netflix tau apa yang pengguna rasakan dan apa mendefinisikan tantangannya.


Kemudian, Netflix pun mencari solusi terbaik dari permasalahan yang dirasakan pengguna pesaingnya itu dan digunakan untuk senjata produk layanannya, yaitu dengan mengadakan sistem berlanggan. Sistem berlanggan ini lah inovasi dari Netflix, di mana pengguna mendapat kemudahan untuk bisa langsung menikmati DVD yang dikirim ke rumah.


Pada saat ini, Netflix telah melalui fase Ideate untuk menemukan dan merancang inovasi sebagai solusi kemudian fase Prototype pasti sudah dilakukan sehingga fase Test bisa dilalui dengan baik dan langsung diterapkan kepada pengguna.


Tantangan selanjutnya bagi Netflix adalah revolusi industri, di mana DVD sudah tertinggal dari tren dan gak lagi dipakai. Solusi inovatif yang berikutnya dilakukan oleh Netflix adalah merilis sistem streaming film, yang mana secara gak langsung juga menambah kenyamanan pelanggan yang gak perlu menunggu kaset DVD.


Setelah segala rintangan tersebut, kamu juga pasti sudah tau bagaimana Netflix berusaha terus meng-update tampilan antarmuka aplikasinya dengan niat mewujudkan kenyamanan bagi pengguna. Kerap kali mencari inovasi, membuat prototipe dan melakukan uji coba. 


Nah, masa-masa ini juga menunjukkan bagaimana Netflix terus melakukan metode Design Thinking secara berulang. Semua kebaruan inovasi yang solutif ini bisa terwujud melewati serangkaian metode Design Thinking.


Baca juga: 5 Website Buat Kamu yang Sedang Belajar UI


Sobat MinDi perlu garis bawahi bahwa Design Thinking adalah pendekatan yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks proyek tertentu. Beberapa pendekatan tambahan dapat ditambahkan atau fase-fase dapat diubah agar sesuai dengan kebutuhan tim dan proyek yang sedang kembangkan oleh perusahaan.


Sama dengan Design Thinking yang fleksibel dan bisa jadi solusi inovatif bagi perusahaan untuk mengembangkan ide, Bootcamp UI/UX Designer juga bisa jadi solusi inovatif bagi kamu yang mau selangkah lebih ahli di bidang UI/UX Designer , daftar sekarang di sini dan dapatkan Early Bird Promo sekarang.



FAQ (Frequently Ask Question)



1. Apakah Memerlukan Sertifikasi untuk Mempraktikkan Design Thinking?


Sobat MinDi tidak memerlukan sertifikasi apa pun untuk mempraktikkan design thinking Namun, mempelajari nuansa metodologi dapat membantu kamu:


  • Pilih metode yang tepat dan sesuaikan prosesnya agar sesuai dengan kebutuhan unik proyek kamu.

  • Hindari kesalahan umum saat kamu menerapkan metode ini.

  • Memimpin tim dengan lebih baik dan memfasilitasi lokakarya.

  • Meningkatkan peluang untuk menghasilkan solusi inovatif.



2. Siapa Saja yang Dapat Menggunakan Design Thinking?


Siapa pun dapat menerapkan design thinking untuk memecahkan masalah. Meskipun namanya menyarankan sebaliknya, mereka yang bukan desainer dapat menggunakan metodologi ini dalam skenario yang tidak terkait dengan desain. Metodologi ini membantu kamu memikirkan masalah dari sudut pandang pengguna akhir. Beberapa area di mana kamu dapat menerapkan proses ini:


  • Mengembangkan produk baru dengan peluang kesuksesan yang lebih besar.

  • Mengatasi masalah yang terkait dengan komunitas (seperti pendidikan, kesehatan, dan lingkungan) untuk meningkatkan masyarakat dan standar hidup.

  • Inovasi/meningkatkan produk yang ada untuk mendapatkan keunggulan atas kompetisi.

  • Mencapai efisiensi yang lebih besar dalam operasi dan mengurangi biaya.



Referensi



  1. Design Thinking (DT) - Buka

  2. WHAT IS DESIGN THINKING & WHY IS IT IMPORTANT? - Buka

Share

Author Image

Hudita A. R. Lubis

Hudita merupakan penulis lepas di berbagai topik. Dengan pengalaman lebih dari 2 tahun, ia terkenal dengan tulisannya yang padat dan jelas di topik-topik Project Management dan UI/UX design. Hudita juga merupakan seseorang yang punya rasa ingin tahu yang tinggi dan hobi menulis.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!