dibimbing.id - Downtime Adalah: Penyebab, Jenis, dan Cara Mengatasi

Downtime Adalah: Penyebab, Jenis, dan Cara Mengatasi

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

25 April 2025

561

Image Banner

Downtime adalah kondisi ketika layanan digital atau sistem tidak bisa diakses oleh pengguna. Warga Bimbingan, kondisi ini bisa muncul tiba-tiba dan mengganggu aktivitas, baik itu untuk pengguna biasa maupun bisnis online.

Berdasarkan laporan Oxford Economics dan Splunk, downtime menyebabkan kerugian global hingga $400 miliar per tahun untuk 2.000 perusahaan terbesar di dunia. Rata-rata, setiap perusahaan merugi sekitar $200 juta per tahun akibat gangguan digital yang tidak terduga, dan hampir 40% insiden downtime berdampak pada reputasi merek. 

Bahkan, perusahaan rata-rata mengalami 466 jam downtime terkait keamanan siber setiap tahunnya, yang berdampak pada hampir 9% dari total keuntungan bisnis.

MinDi akan bantu Warga Bimbingan memahami lebih dalam tentang penyebab downtime, jenis-jenisnya, dan langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan. Yuk, pelajari bersama agar bisa lebih siap menghadapi tantangan di dunia digital!


Apa Itu Downtime?


Downtime adalah situasi ketika sebuah sistem, layanan digital, atau website tidak bisa diakses atau digunakan untuk sementara waktu oleh pengguna. 

Kondisi ini bisa terjadi karena berbagai alasan, mulai dari gangguan teknis, kesalahan konfigurasi, hingga pemeliharaan rutin yang memang dijadwalkan. 

Dalam dunia bisnis dan teknologi, downtime sering menjadi masalah serius karena dapat menghentikan operasional, menurunkan produktivitas, bahkan menyebabkan kerugian finansial. 

Oleh karena itu, penting bagi setiap organisasi untuk memahami apa itu downtime dan bagaimana cara mengelolanya dengan baik.

Baca juga : Panduan Lengkap Backend Developer Roadmap untuk Pemula 2025


Penyebab Umum Downtime


Sumber: Canva

Biar makin paham, warga bimbingan harus tahu apa saja penyebab downtime yang sering terjadi. Simak penjelasannya berikut ini.


1.Gangguan Server atau Jaringan


Masalah pada server seperti overload, kegagalan perangkat keras, atau putusnya koneksi internet bisa menyebabkan sistem tidak dapat diakses. 

Ini adalah penyebab downtime yang paling umum terjadi, terutama pada layanan yang memiliki trafik tinggi. Tanpa infrastruktur yang stabil, layanan bisa terhenti kapan saja.


2. Pemeliharaan Sistem (Maintenance)


Downtime terjadwal biasanya dilakukan untuk memperbarui sistem, memperbaiki bug, atau meningkatkan performa.

Meski bersifat rutin, jika tidak dikomunikasikan dengan baik kepada pengguna, tetap bisa menimbulkan keluhan. Oleh karena itu, penting melakukan maintenance di luar jam sibuk dan dengan pemberitahuan sebelumnya.


3. Serangan Siber (Cyber Attack)


Serangan seperti DDoS (Distributed Denial of Service) bisa membanjiri server dengan lalu lintas palsu hingga sistem tidak mampu merespons permintaan pengguna yang sah. 

Ini menyebabkan layanan menjadi lambat bahkan tidak bisa diakses sama sekali. Serangan semacam ini bisa berlangsung lama jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.


4. Kesalahan Manusia (Human Error)


Konfigurasi yang salah, penghapusan data yang tidak disengaja, atau kesalahan teknis oleh tim IT dapat memicu downtime

Meskipun tidak disengaja, dampaknya bisa sangat besar dan merugikan. Pelatihan yang baik dan sistem backup dapat membantu meminimalkan risiko ini.

Baca juga : Panduan Memilih Bootcamp Back-End Development Terbaik 2025


Jenis-Jenis Downtime


Sumber: Canva

Warga Bimbingan, tidak semua downtime itu sama. Untuk bisa menanganinya dengan tepat, penting bagi kita untuk memahami jenis-jenis downtime yang umum terjadi berikut ini:


1. Planned Downtime


Planned downtime adalah waktu henti sistem yang sudah dijadwalkan sebelumnya, biasanya untuk pemeliharaan rutin atau pembaruan sistem. 

Karena direncanakan, downtime jenis ini bisa diminimalkan dampaknya dengan pemberitahuan kepada pengguna. Meskipun tetap menghentikan layanan sementara, biasanya tidak menimbulkan kerugian besar.


2. Unplanned Downtime


Unplanned downtime terjadi secara tiba-tiba akibat gangguan teknis, kegagalan sistem, atau serangan siber. 

Jenis ini lebih berisiko karena tidak ada persiapan sebelumnya dan sering menimbulkan kerugian. Penanganan cepat dan sistem pemulihan sangat dibutuhkan untuk mengurangi dampaknya.


3. Partial Downtime


Partial downtime adalah kondisi ketika hanya sebagian layanan atau fitur dalam sistem yang tidak dapat digunakan. 

Misalnya, pengguna bisa mengakses website, tetapi fitur pembayaran tidak berfungsi. Meskipun tidak separah total downtime, kondisi ini tetap bisa memengaruhi pengalaman pengguna dan mengganggu operasional.


4. Total Downtime


Total downtime adalah saat seluruh sistem atau layanan tidak dapat diakses sama sekali oleh pengguna. 

Ini biasanya terjadi akibat kerusakan besar, seperti kegagalan server utama atau serangan skala besar. Dampaknya sangat signifikan dan bisa menyebabkan kerugian bisnis yang besar dalam waktu singkat.

Baca juga : Panduan Golang Array: Konsep, Implementasi & Contoh Script


Dampak Downtime terhadap Bisnis


Sumber: Canva

Warga Bimbingan, downtime nggak cuma soal sistem yang error, tapi juga bisa berdampak besar ke bisnis. Ini dia beberapa dampaknya yang perlu diwaspadai:


1. Kehilangan Pendapatan


Setiap menit layanan tidak aktif berarti potensi pendapatan yang hilang, terutama untuk bisnis online

Konsumen yang tidak bisa bertransaksi cenderung beralih ke kompetitor. Semakin lama downtime terjadi, semakin besar kerugian finansial yang ditanggung.


2. Kerusakan Reputasi Merek


Downtime yang sering atau terjadi di saat penting dapat merusak kepercayaan pelanggan terhadap merek. 

Reputasi yang sudah dibangun bertahun-tahun bisa menurun hanya karena satu insiden besar. Hal ini membuat konsumen ragu untuk kembali menggunakan layanan di kemudian hari.


3. Gangguan Operasional Internal


Downtime tidak hanya berdampak ke luar, tapi juga mengganggu proses kerja internal seperti komunikasi tim, pengolahan data, dan akses ke sistem penting. 

Hal ini bisa menurunkan produktivitas karyawan. Jika berlangsung lama, proses bisnis bisa tertunda atau bahkan terhenti.


4. Risiko Keamanan Data


Dalam beberapa kasus, downtime disebabkan oleh serangan siber yang bisa membahayakan keamanan data

Sistem yang tidak stabil lebih rentan terhadap kebocoran atau pencurian informasi. Hal ini dapat memicu konsekuensi hukum dan kehilangan kepercayaan publik.

Baca juga : 15 Website Belajar Coding Gratis Terbaik 2025 untuk Pemula


Cara Mengurangi atau Mencegah Downtime


Sumber: Canva

Mencegah lebih baik daripada memulihkan, kan? Ini dia cara yang bisa Warga Bimbingan lakukan biar downtime nggak jadi masalah besar.


1. Gunakan Infrastruktur yang Andal


Menggunakan server atau layanan hosting yang berkualitas tinggi adalah langkah awal yang penting. 

Pilih penyedia yang memiliki uptime tinggi, sistem cadangan otomatis, dan dukungan teknis 24/7. Infrastruktur yang kuat mampu menangani lonjakan trafik dan mencegah gangguan teknis mendadak. Semakin stabil fondasi teknologinya, semakin kecil risiko downtime yang terjadi.


2. Monitoring Sistem Secara Real-Time


Pantau performa sistem dan jaringan secara terus-menerus agar potensi gangguan bisa terdeteksi sejak dini. 

Dengan monitoring real-time, tim IT bisa langsung merespons sebelum masalah berkembang menjadi downtime

Alat monitoring juga membantu mengidentifikasi pola atau celah yang perlu diperbaiki. Ini merupakan langkah proaktif untuk menjaga kestabilan layanan.


3. Lakukan Backup dan Disaster Recovery Plan


Selalu lakukan backup data secara berkala dan siapkan rencana pemulihan jika terjadi insiden besar. 

Dengan backup, data penting bisa segera dipulihkan tanpa gangguan berarti pada layanan. Rencana pemulihan (disaster recovery) akan mempercepat proses pemulihan sistem dan meminimalkan dampak bisnis. 

Ini adalah langkah penting untuk menjaga kontinuitas operasional dalam situasi tak terduga.

Baca juga : Apa Itu Golang Clean Code Architecture dan Manfaatnya


Tertarik Menjadi Back-End Developer Profesional?


Downtime adalah tantangan umum dalam dunia back-end development. Kini saatnya Warga Bimbingan membekali diri dengan skill teknis untuk membangun sistem yang tangguh dan minim gangguan!

Yuk, ikuti Bootcamp Back-End Developer dengan Golang di dibimbing.id! Di sini, kamu akan belajar membangun server, mengelola database, membuat API, hingga mengoptimalkan performa aplikasi menggunakan bahasa pemrograman Golang yang efisien dan scalable.

Kamu akan dibimbing langsung oleh mentor profesional dengan kurikulum berbasis praktik dan proyek nyata yang sesuai kebutuhan industri. Cocok untuk pemula maupun kamu yang ingin meningkatkan skill back-end secara serius.

Dengan dukungan lebih dari 840+ hiring partner dan tingkat keberhasilan alumni hingga 96%, peluang kariermu di bidang back-end development semakin terbuka lebar.

Jadi, tunggu apa lagi? Daftar sekarang di sini, dan mulai perjalananmu menjadi Back-End Developer profesional bersama Golang! #BimbingSampeJadi


Referensi


  1. What is Downtime? [Buka]
  2. What is uptime and downtime in computing? [Buka]

Tags

Share

Author Image

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.

Hi!👋
Kalau kamu butuh bantuan,
hubungi kami via WhatsApp ya!