dibimbing.id - Automation Testing adalah: Proses, Manfaat, dan Alat Pengujian

Automation Testing adalah: Proses, Manfaat, dan Alat Pengujian

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

11 April 2025

678

Image Banner

Automation Testing adalah metode pengujian perangkat lunak yang menggunakan alat dan skrip otomatis untuk mengecek fungsi aplikasi. Dengan metode ini, pengujian bisa dilakukan lebih cepat dan akurat.

Menariknya, automation testing sudah menggantikan lebih dari 50% pengujian manual di 46% tim. 

Bahkan, 26% tim menggantikan hingga 50% pengujian manual mereka, sementara 20% tim menggantikan lebih dari 75%. Hanya 14% tim yang tidak melihat pengurangan dalam pengujian manual berkat otomatisasi. Sumber: PractiTest

Penasaran bagaimana Automation Testing bekerja dan apa saja manfaatnya? Yuk, simak artikel ini untuk memahami lebih dalam tentang proses, manfaat, dan alat-alat yang digunakan dalam pengujian otomatis!

Baca juga : Panduan Memilih Bootcamp Quality Assurance Terbaik 2025


Apa Itu Automation Testing?


Automation Testing adalah proses pengujian perangkat lunak yang menggunakan alat dan skrip otomatis untuk menguji fungsionalitas aplikasi, menggantikan pengujian manual yang dilakukan oleh tester

Dengan automation testing, pengujian dapat dilakukan lebih cepat dan efisien, karena skrip otomatis dapat dijalankan berulang kali tanpa memerlukan interaksi manusia. 

Metode ini sangat berguna untuk pengujian berulang, seperti pengujian regresi, yang membutuhkan waktu dan sumber daya besar jika dilakukan secara manual. 

Automation testing juga membantu meningkatkan akurasi, karena mengurangi kemungkinan kesalahan yang disebabkan oleh faktor manusia.

Baca juga : Software Quality Assurance Adalah: Arti, Tujuan, dan Proses


Proses dalam Automation Testing


Sumber: Canva

Setelah mengetahui dasar-dasar Automation Testing, Warga Bimbingan, berikut adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengujian otomatis. Yuk, simak tahapannya!


1. Memilih Alat Pengujian


Langkah pertama dalam automation testing adalah memilih alat pengujian yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi. Alat ini bisa berupa Selenium, JUnit, atau Appium, tergantung pada jenis aplikasi yang diuji. Memilih alat yang tepat sangat penting untuk memastikan proses pengujian berjalan dengan lancar dan efisien.


2. Menentukan Cakupan Pengujian


Setelah memilih alat pengujian, tentukan cakupan pengujian yang ingin dilakukan, seperti pengujian fungsionalitas, performa, atau regresi. 

Menentukan cakupan pengujian yang jelas akan membantu fokus pada area yang paling penting dan memastikan pengujian komprehensif. 

Pengujian yang terlalu luas atau tidak terfokus dapat menghabiskan waktu dan sumber daya secara tidak efisien.


3. Merancang dan Mengembangkan Skrip Pengujian


Langkah berikutnya adalah merancang dan mengembangkan skrip pengujian otomatis yang dapat meniru interaksi pengguna dengan aplikasi. 

Skrip ini ditulis menggunakan bahasa pemrograman seperti Java, Python, atau JavaScript, tergantung pada alat yang digunakan. Skrip yang baik dapat menguji aplikasi secara berulang dan memberikan hasil yang konsisten.


4. Menjalankan Pengujian


Setelah skrip pengujian dikembangkan, langkah selanjutnya adalah menjalankan pengujian. Pada tahap ini, skrip otomatis akan dieksekusi untuk menguji aplikasi dan mengumpulkan data hasil pengujian. 

Pengujian dapat dijalankan pada berbagai platform atau perangkat untuk memastikan kompatibilitas aplikasi di lingkungan yang berbeda.


5. Menganalisis Hasil


Setelah pengujian selesai, hasil yang didapat perlu dianalisis untuk mengidentifikasi masalah atau bug dalam aplikasi. 

Hasil ini biasanya berupa laporan yang menunjukkan apakah pengujian berhasil atau ada kegagalan. Menganalisis hasil secara teliti membantu tim pengembangan untuk memperbaiki bug dan meningkatkan kualitas aplikasi.


6. Pemeliharaan Skrip Pengujian


Pengujian otomatis perlu dipelihara seiring berjalannya waktu dan perubahan pada aplikasi. Skrip pengujian harus diperbarui sesuai dengan perubahan fungsionalitas aplikasi atau penambahan fitur baru. 

Pemeliharaan skrip pengujian yang rutin memastikan pengujian tetap relevan dan efektif dalam memverifikasi kualitas aplikasi.

Baca juga : Software Testing Automation: Manfaat, Cara Kerja, & Tools


Manfaat Automation Testing


Sumber: Canva

Warga Bimbingan, setelah memahami apa itu automation testing adalah, kini MinDi akan mengajak kamu untuk menggali lebih dalam tentang manfaat yang bisa didapatkan dari penggunaan metode pengujian otomatis ini. Yuk, simak manfaatnya berikut ini:


1. Menghemat Waktu dan Sumber Daya


Automation testing memungkinkan pengujian dilakukan lebih cepat dibandingkan dengan pengujian manual. 

Skrip otomatis dapat dijalankan berulang kali tanpa intervensi manusia, mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tes. Hal ini sangat efisien, terutama dalam proyek besar dengan banyak pengujian berulang.


2. Meningkatkan Akurasi dan Konsistensi


Dengan automation testing, risiko kesalahan manusia dapat dikurangi, sehingga pengujian menjadi lebih akurat dan konsisten. 

Skrip otomatis mengeliminasi potensi kelalaian atau ketidaktepatan yang bisa terjadi dalam pengujian manual. Ini membantu tim QA memastikan hasil pengujian yang lebih handal.


3. Cakupan Pengujian yang Lebih Luas


Pengujian otomatis memungkinkan pengujian dalam skala besar, menguji berbagai fitur dan kombinasi input secara simultan. 

Automation testing dapat mencakup lebih banyak skenario daripada pengujian manual dalam waktu yang lebih singkat. Ini membantu tim QA mengidentifikasi masalah yang mungkin terlewatkan dalam pengujian manual.


4. Pengujian yang Lebih Cepat pada Siklus Pengembangan


Automation testing sangat mendukung pengujian berulang yang diperlukan dalam setiap siklus pengembangan perangkat lunak. 

Ini memungkinkan tim QA untuk melakukan pengujian lebih sering dan lebih cepat, sehingga produk dapat diperbaiki lebih awal dalam proses pengembangan. Proses ini juga mendukung penerapan Continuous Integration dan Continuous Delivery (CI/CD).

Baca juga : Sertifikat QA: Jenis, Manfaat, dan Cara Mendapatkannya


Alat yang Digunakan dalam Automation Testing


Sumber: Canva

Warga Bimbingan, setelah memahami automation testing adalah, MinDi akan memperkenalkan 3 alat utama yang digunakan dalam pengujian otomatis. Berikut alat-alatnya:


1. Selenium


Selenium adalah salah satu alat paling populer dalam automation testing, digunakan untuk menguji aplikasi web. 

Alat ini mendukung berbagai bahasa pemrograman seperti Java, Python, dan C#, serta dapat digunakan dengan berbagai browser. 

Selenium memungkinkan pengujian otomatis yang efisien dan sangat fleksibel, membuatnya menjadi pilihan utama di industri perangkat lunak.


2. JUnit


JUnit adalah framework pengujian yang digunakan untuk aplikasi berbasis Java. Alat ini mempermudah pengujian unit dengan menyediakan fungsi untuk membuat dan menjalankan tes secara otomatis. 

JUnit membantu pengembang memastikan bahwa kode mereka bekerja dengan benar, serta mendukung integrasi dengan alat lain seperti Maven dan Jenkins untuk pengujian yang lebih komprehensif.


3. Appium


Appium adalah alat automation testing untuk aplikasi mobile, baik yang berbasis Android maupun iOS

Alat ini mendukung berbagai bahasa pemrograman dan memungkinkan pengujian aplikasi mobile menggunakan skrip otomatis. 

Dengan Appium, kamu dapat menguji aplikasi mobile di berbagai perangkat dan emulator, menjadikannya alat yang sangat berguna bagi pengujian aplikasi mobile.

Baca juga : Apa Itu QA Tester? Jenis, Skill, dan Cara Memulai Karier


Perbedaan dengan Manual Testing


Sumber: Canva

Warga Bimbingan, berikut ini adalah perbedaan utama antara automation testing dan manual testing yang perlu kamu ketahui:


1. Cara Kerja


Dengan automation testing, pengujian dilakukan menggunakan skrip otomatis yang menjalankan tes tanpa intervensi manusia. 

Sebaliknya, manual testing mengandalkan tester yang berinteraksi langsung dengan aplikasi untuk menemukan bug atau masalah. Ini membuat automation testing lebih cepat dan dapat dilakukan berulang kali tanpa kelelahan.


2. Efisiensi


Automation testing lebih efisien karena dapat melakukan tes berulang kali dalam waktu singkat, terutama untuk pengujian regresi. 

Di sisi lain, manual testing lebih memakan waktu karena setiap tes harus dilakukan dari awal, yang bisa menghambat alur pengembangan aplikasi.


3. Biaya


Meski manual testing cenderung lebih murah pada awalnya, dalam jangka panjang, automation testing bisa lebih hemat biaya. 

Hal ini karena automation testing mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja berulang untuk melakukan pengujian yang sama, terutama dalam proyek besar atau dengan siklus pengembangan panjang.


Pelajari Quality Assurance untuk Karier yang Sukses!


Setelah mempelajari dasar-dasar QA dan Automation Testing, kini saatnya memanfaatkan pengetahuan ini untuk menguji aplikasi secara lebih efektif dan efisien!

Yuk, ikuti Bootcamp Quality Assurance di dibimbing.id! Di sini, kamu akan mempelajari teknik-teknik pengujian terbaik, dari pengujian manual hingga otomatisasi, dengan menggunakan alat terbaru di industri.

Belajar langsung dari mentor berpengalaman dengan kurikulum aplikatif dan praktis yang membantumu memahami cara menguji perangkat lunak dengan profesional.

Dengan lebih dari 840+ hiring partner dan tingkat keberhasilan alumni 95%, peluang kariermu di dunia QA semakin terbuka lebar!

Jadi, tunggu apa lagi? Daftar sekarang di sini dan mulai perjalananmu menjadi seorang Quality Assurance profesional! #BimbingSampeJadi!


Referensi


  1. What is Automated Testing and How Does it Work? [Buka]

Share

Author Image

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.

Hi!👋
Kalau kamu butuh bantuan,
hubungi kami via WhatsApp ya!