dibimbing.id - Rumus Normalitas: Penjelasan, Cara Uji & Contohnya

Rumus Normalitas: Penjelasan, Cara Uji & Contohnya

Muthiatur Rohmah

•

16 April 2024

•

2676

Image Banner

Normalitas adalah konsep fundamental dalam statistika yang sering kali menjadi asumsi dasar dalam banyak teknik analisis data. 


Dari pengujian hipotesis hingga regresi linier, asumsi bahwa data mengikuti distribusi normal memungkinkan peneliti menggunakan berbagai metode statistik yang kuat dan efisien. 


Namun, apa yang terjadi jika data tidak normal? Di sinilah rumus normalitas menjadi penting.


Memahami rumus normalitas akan membantu dalam memilih uji statistik yang tepat, dan juga penting dalam interpretasi data dan hasil analisis secara lebih akurat dan relevan.


Lalu bagaimana rumus normalitas? Yuk simak penjelasan hingga contoh soalnya pada artikel ini.



Apa itu Rumus Normalitas?



Rumus normalitas adalah serangkaian metode dan tes yang digunakan untuk menentukan apakah sebuah dataset mengikuti distribusi normal, yang juga dikenal sebagai distribusi Gauss atau kurva lonceng. 


Tes normalitas penting karena banyak teknik analisis statistik yang mengasumsikan normalitas data untuk menghasilkan hasil yang valid.


 Contoh tes yang umum digunakan untuk menguji normalitas termasuk tes Shapiro-Wilk, tes Kolmogorov-Smirnov, tes Anderson-Darling, dan tes Lilliefors. 


Masing-masing tes ini memiliki pendekatan yang berbeda dalam menghitung seberapa jauh distribusi sampel menyimpang dari distribusi normal teoritis. 


Misalnya, tes Shapiro-Wilk mengukur kemiripan antara distribusi data dengan distribusi normal melalui nilai statistik yang dihasilkan, di mana nilai mendekati 1 menunjukkan distribusi yang normal. 


Menggunakan rumus normalitas membantu peneliti dalam mengevaluasi kecukupan sampel dan keandalan analisis yang dilakukan, serta dalam memilih metode statistik yang paling tepat untuk data.



Apa Saja Rumus Normalitas Data?



Menguji normalitas data merupakan langkah penting dalam analisis statistik, terutama ketika teknik yang digunakan memerlukan asumsi distribusi normal data.


Berikut adalah beberapa tes yang umum digunakan untuk menguji normalitas data:


1. Tes Shapiro-Wilk


Tes ini sangat populer untuk sampel berukuran kecil hingga sedang (kurang dari 50 sampel). Rumus normalitas ini menghitung statistik (W) berdasarkan koefisien korelasi antara data dan nilai-nilai yang diurutkan dari distribusi normal. Nilai (W) yang mendekati 1 menunjukkan bahwa data memiliki distribusi yang normal.



2. Tes Kolmogorov-Smirnov (K-S)


Tes K-S membandingkan distribusi kumulatif empiris dari data dengan distribusi kumulatif yang diharapkan dari distribusi normal.


Tes ini tidak hanya terbatas pada pengujian normalitas dan dapat digunakan untuk menguji jenis distribusi lain.



3. Tes Anderson-Darling


Tes anderson darling merupakan modifikasi dari tes K-S, dengan penambahan bobot yang membuatnya lebih sensitif terhadap kesesuaian di ekor distribusi (tail). 


Tes ini sangat baik untuk mengidentifikasi kegagalan distribusi dari normalitas pada ekor distribusi.



4. Tes Lilliefors


Tes Lilliefors merupakan variasi dari tes Kolmogorov-Smirnov, dengan perbedaan bahwa tes Lilliefors memperhitungkan fakta bahwa mean dan varians diestimasi dari data daripada diketahui secara a priori.



5. Tes D’Agostino-Pearson (Omnibus K2)


Tes ini menggunakan kombinasi skewness dan kurtosis data untuk menilai deviasi dari normalitas. 


Tes ini memberikan ukuran statistik ( K2) yang jika tinggi, menunjukkan bahwa data kemungkinan tidak berasal dari distribusi normal.



6. Q-Q Plot (Quantile-Quantile Plot)


Q-Q Plot Bukan sebuah tes statistik formal, tetapi lebih kepada metode grafis untuk mengevaluasi apakah dua distribusi memiliki pola yang sama. Plot Q-Q dari data yang normal akan mengikuti garis lurus.


Berbagai macam tes tersebut berguna untuk menggunakan lebih dari satu metode untuk menguji normalitas, agar hasilnya lebih dapat diandalkan.


Baca Juga: 5 Cara Merumuskan Hipotesis Penelitian : Panduan & Contohnya




Bagaimana Cara Uji Normalitas Data?



Menguji normalitas data adalah proses statistik yang dilakukan untuk menentukan apakah dataset mengikuti distribusi normal.


Proses ini penting dalam banyak analisis statistik karena banyak metode yang memerlukan asumsi normalitas data. 


Berikut adalah beberapa cara menguji normalitas data yang penting dan wajib dipahami.


1. Visualisasi Data


Visualisasi data adalah cara paling intuitif untuk memulai analisis normalitas. Ini dapat memberi gambaran cepat apakah data berpotensi normal atau tidak.


  • Histogram: Plot histogram dari data Anda. Distribusi normal akan mirip dengan kurva lonceng.

  • Q-Q Plot (Quantile-Quantile Plot): Plot ini membandingkan kuantil dari data dengan kuantil dari distribusi normal teoritis. Jika data normal, maka titik-titik pada plot harus mengikuti garis lurus.



2. Uji Statistik


Setelah melakukan visualisasi awal, langkah selanjutnya adalah menggunakan uji statistik formal untuk menguji normalitas. Ada beberapa tes yang dapat digunakan:


  • Tes Shapiro-Wilk: Sangat baik untuk sampel kecil (n < 50). Tes ini mengukur seberapa baik data cocok dengan distribusi normal. Jika p-value dari tes lebih kecil dari tingkat signifikansi (umumnya 0.05), maka data tidak normal.

  • Tes Kolmogorov-Smirnov: Tes ini membandingkan distribusi kumulatif data dengan distribusi kumulatif yang diharapkan dari distribusi normal. Tes ini lebih sesuai untuk sampel yang lebih besar.

  • Tes Anderson-Darling: Serupa dengan Kolmogorov-Smirnov tetapi memberikan lebih banyak bobot pada ekor distribusi, membuatnya lebih sensitif terhadap outlier.

  • Tes Lilliefors: Variasi dari Kolmogorov-Smirnov yang lebih sesuai jika parameter distribusi normal (mean dan varians) estimasi dari data.



3. Interpretasi Hasil


Setelah melakukan uji statistik, interpretasikan hasilnya berdasarkan nilai p-value:

  • p-value < 0.05: Biasanya menunjukkan bahwa data tidak normal.

  • p-value >= 0.05: Menunjukkan tidak ada bukti yang cukup untuk mengatakan data tidak normal.



4. Pertimbangkan Ukuran Sampel


Ukuran sampel juga mempengaruhi keputusan:

  • Tes seperti Shapiro-Wilk lebih sensitif pada sampel kecil.

  • Tes seperti Kolmogorov-Smirnov atau Anderson-Darling mungkin lebih tepat untuk sampel yang lebih besar.


Pengujian normalitas harus dilihat sebagai bagian dari analisis eksplorasi data dan bukan sebagai prosedur yang terpisah. 


Hal ini penting untuk memahami distribusi data sebelum melanjutkan dengan analisis lebih lanjut yang mengasumsikan normalitas.



Contoh Uji Normalitas Data



Sudah paham mengenai rumus normalitas data? Untuk meningkatkan pemahamanmu, yuk simak contoh uji normalitas data berikut ini.


Seorang peneliti ingin mengetahui apakah tingkat kepuasan kerja karyawan di sebuah perusahaan teknologi mengikuti distribusi normal. Peneliti tersebut mengumpulkan data kepuasan kerja dari 50 karyawan menggunakan survei yang dinilai dari skala 1 hingga 10.


  • Langkah 1: Mengumpulkan Data

Peneliti mengumpulkan skor kepuasan dari 50 karyawan. Data tersebut adalah sebagai berikut (diasumsikan untuk contoh ini):


[6, 7, 8, 5, 9, 7, 6, 8, 7, 7, 6, 7, 8, 6, 7, 7, 8, 7, 7, 9, 5, 6, 7, 8, 7, 6, 8, 7, 6, 8, 5, 7, 6, 9, 7, 8, 7, 6, 7, 7, 8, 7, 5, 6, 7, 8, 7, 7, 9, 7]


  • Langkah 2: Visualisasi Data

Peneliti membuat histogram untuk melihat distribusi data secara visual:


  • Langkah 3: Uji Shapiro-Wilk

Peneliti menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk menguji normalitas data kepuasan kerja:


  • Hasil:

Misalkan hasil dari uji Shapiro-Wilk adalah statistik = 0.957, p-value = 0.042. Ini berarti bahwa nilai p (0.042) lebih kecil dari 0.05, sehingga peneliti menolak hipotesis nol yang menyatakan bahwa data memiliki distribusi normal.


Dari hasil uji Shapiro-Wilk, peneliti menyimpulkan bahwa tingkat kepuasan kerja karyawan tidak mengikuti distribusi normal. 


Rumus normalitas penting digunakan untuk memutuskan metode analisis statistik selanjutnya yang mungkin memerlukan asumsi distribusi data yang berbeda.


Sobat MinDi, itulah beberapa pembahasan mengenai rumus normalitas data yang penting dan perlu dipahami untuk mengelola data dan mengambil keputusan akhir yang berbasis data.


Baca Juga: Hipotesis Statistik: Definisi, Langkah Pengujian & Contohnya



Ingin belajar lebih lanjut tentang analisis data perusahaan? Tertarik switch career di bidang data analyst perusahaan?


Sebagai langkah awal, yuk ikuti bootcamp data science dibimbing.id, sebuah pelatihan intensif dengan pembelajaran inovatif dan terbaik.


Bootcamp dibimbing.id didampingi oleh mentor berpengalaman dan profesional di bidangnya. Kami siap mengantarkan Sobat MinDi menjadi data analyst sukses.


Gimana? tertarik mendaftar bootcamp? Yuk segera daftarkan diri kamu di sini! Jangan khawatir ngaggur setelah lulus bootcamp, karena dibimbing.id menyediakan job connect ke ratusan perusahaan ternama buat kamu!


Apapun tujuan karirmu, dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi karir impianmu.

Share

Author Image

Muthiatur Rohmah

Muthia adalah seorang Content Writer dengan kurang lebih satu tahun pengalaman. Muthia seorang lulusan Sastra Indonesia yang hobi menonton dan menulis. Sebagai SEO Content Writer Dibimbing, Ia telah menulis berbagai konten yang berkaitan dengan Human Resources, Business Intelligence, Web Development, Product Management dan Digital Marketing.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!