Apa Itu Redesign UI/UX? Manfaat, Tahapan, & Contohnya

Farijihan Putri
•
09 June 2025
•
285

Warga Bimbingan, kamu punya website atau aplikasi yang performanya stagnan? Atau mungkin kamu sedang melirik karier di bidang UI/UX design dan sering mendengar istilah redesign UI/UX, tapi belum sepenuhnya paham signifikansinya?
Banyak perusahaan atau individu yang terjebak pada desain yang sudah ketinggalan zaman. Padahal, tampilan dan pengalaman pengguna yang buruk bisa menjadi penghalang utama bagi kesuksesan digital.
Mengabaikan redesign UI/UX bisa berakibat fatal. Pengguna mungkin kesulitan berinteraksi dengan produk, navigasinya membingungkan, atau tampilannya tidak menarik. Akibatnya, angka konversi bisa menurun, bounce rate melonjak, dan brand terkesan kurang profesional atau tidak relevan.
Bukankah sangat disayangkan jika potensi produk atau layanan tidak maksimal hanya karena desain yang kurang optimal?
Makanya, MinDi akan bantu kamu biar makin paham soal redesign UI/UX. Yuk, langsung aja pahami semuanya di artikel ini!
Baca Juga: 8 Rekomendasi Bootcamp UI/UX Gratis, Cocok untuk Pemula
Apa Itu Redesign UI/UX?
Redesign UI/UX adalah proses perombakan atau pembaruan menyeluruh pada antarmuka pengguna (User Interface) dan pengalaman pengguna (User Experience) dari sebuah produk digital, bisa berupa website, aplikasi mobile, atau software.
Tujuannya bukan cuma bikin tampilan lebih fresh atau modern, tapi yang paling penting adalah meningkatkan fungsionalitas, kemudahan penggunaan, efisiensi, dan kepuasan pengguna secara keseluruhan.
Redesign UI/UX melibatkan analisis mendalam terhadap masalah yang ada, riset pengguna baru, serta penerapan prinsip desain terbaru untuk menciptakan pengalaman yang lebih baik dan relevan dengan kebutuhan pasar saat ini.
Baca Juga: Panduan Memilih Bootcamp UI/UX yang Tepat untuk Karier 2025
Mengapa Perlu Redesign UI/UX?
Kenapa sih perlu repot-repot melakukan perombakan UI/UX design? Padahal, desain lama sudah ada dan berjalan. Nah, inilah 5 alasan krusial mengapa redesign UI/UX itu penting banget.
1. Peningkatan Pengalaman Pengguna (User Experience - UX)
Redesign UI/UX bisa membuat produk lebih gampang dipakai, lebih intuitif, dan pastinya lebih asyik buat pengguna.
Desain yang diperbarui akan meminimalkan pain points atau kesulitan yang sering dialami pengguna. Pengalaman yang mulus, membuat user akan lebih betah berinteraksi dengan produk.
2. Peningkatan Konversi
Desain yang baik dan user friendly dapat mendorong pengguna untuk melakukan tindakan yang kamu inginkan. Hal ini bisa berarti membeli produk, mendaftar ke layanan, atau menggunakan fitur-fitur kunci.
Sebuah redesign yang tepat sasaran mampu menghilangkan hambatan dan memandu pengguna menuju tujuan konversi.
3. Perbaikan Performa
Tidak cuma soal tampilan, redesign juga bisa meningkatkan kecepatan, responsivitas, dan efisiensi produk secara keseluruhan.
Optimasi di balik layar ini akan memberikan pengalaman pengguna yang lebih cepat dan lancar. Performa yang lebih baik secara langsung berkontribusi pada kepuasan pengguna.
4. Peningkatan Keterlibatan Pengguna (User Engagement)
Desain yang menarik secara visual dan fungsional dapat membuat pengguna lebih sering berinteraksi dengan produkmu.
Ketika mereka merasa nyaman dan senang, keterlibatan akan meningkat. Peningkatan engagement ini merupakan indikator penting produk relevan dan bernilai bagi mereka.
5. Adaptasi dengan Perubahan
Dunia digital itu bergerak cepat, Warga Bimbingan! Redesign UI/UX memungkinkan produk untuk terus menyesuaikan diri dengan perubahan teknologi terbaru, tren desain yang sedang hits, dan kebutuhan pengguna yang terus berkembang. Cara ini menjaga produkmu tetap relevan dan kompetitif di pasar.
Apa Saja Tahapan Redesign UI/UX?
Sumber: Freepik
Warga Bimbingan, redesign UI/UX itu bukan proses yang asal ganti tampilan doang, lho! Ada tahapan sistematis yang perlu kamu ikuti biar hasilnya optimal dan beneran memberikan dampak positif. Yuk, pahami tahapannya!
1. Research the Brand & Users
Tahap pertama adalah riset mendalam tentang merek. Nah yang paling penting, riset tentang penggunamu. Kamu perlu memahami siapa user-mu, apa yang mereka butuhkan, masalah apa yang mereka alami, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan produkmu saat ini.
User research bisa kamu lakukan lewat wawancara, survei, diskusi kelompok, atau analisis data penggunaan produk. Memahami kekuatan, kelemahan, serta posisi brand di pasar juga krusial di fase ini.
2. Investigating, Comprehending, & Implementing
Setelah riset, kamu akan mulai menginvestigasi data yang terkumpul. Kamu akan menganalisis kebutuhan pengguna, fitur apa yang paling sering dipakai atau justru dihindari, dan apa saja yang menjadi keluhan utama.
Dari semua data ini, tim desain akan mengolahnya untuk membuat kerangka kerja atau framework awal untuk proses redesign. Kerangka ini akan menjadi panduan dasar sebelum masuk ke tahap desain visual.
3. The Redesigning Method
Di tahap ini, kamu mulai kotor-kotoran dengan desain. Prosesnya bisa dimulai dengan empathy mapping, yaitu menempatkan diri sebagai pengguna untuk memahami secara mendalam perasaan dan kebutuhan mereka.
Selanjutnya, kamu perlu menyoroti masalah-masalah utama yang dihadapi pengguna dan fokus mencari ide-ide baru sebagai solusi. Jika ide sudah ditemukan, kamu bisa mulai mengimplementasikannya dalam bentuk sketsa, wireframe, hingga mockup awal.
4. Test the Utility of Your Redesign
Sebelum meluncurkan desain baru, pengujian itu wajib banget, Warga Bimbingan! Melakukan pre-testing sangat penting karena biaya untuk memperbaiki masalah setelah produk diluncurkan bisa jauh lebih mahal.
Pengujian ini bertujuan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan desainmu. Data yang diuji bisa dari statistik penjualan, tujuan bisnis, keterlibatan pelanggan, atau feedback dari tim internal.
5. Implementasi Desain dan Evaluasi Hasil
Setelah pengujian, desainmu akan diimplementasikan ke dalam produk, baik itu website atau aplikasi. Proses implementasi ini berjalan beriringan dengan evaluasi. Tim desain akan terus memantau apakah semua modul berfungsi dengan baik dan saling berkoordinasi.
Evaluasi adalah proses berkelanjutan di mana tim menilai kegunaan, aksesibilitas, dan alur desain yang baru. Saran perbaikan akan terus dikumpulkan dari feedback eksternal (pengguna) untuk menyempurnakan desain, bahkan untuk kesalahan terkecil sekalipun.
Baca Juga: Cara Membuat UI/UX di Figma dengan Mudah dan Praktis!
Redesign UI/UX Study Case
Biar kamu makin tau kalau redesign UI/UX beneran diterapkan untuk memperbaiki produk digital yang sudah ada, MinDi kasih tau contohnya.
Salah satu contoh kasus menarik adalah redesign UI/UX Aplikasi Info BMKG. Aplikasi Info BMKG, meskipun sudah menyediakan informasi cuaca, iklim, dan gempa, banyak menerima keluhan dari penggunanya terkait tampilan antarmuka dan akurasi informasi.
Tujuannya redesign ini adalah menciptakan desain yang lebih mudah digunakan, punya navigasi yang jelas, dan informasi yang akurat. Dengan menggunakan metode Design Thinking, perombakan ini berhasil menghasilkan perbaikan signifikan, terutama pada konsistensi desain dan kejelasan informasi.
Hasil pengujian System Usability Scale (SUS) menunjukkan nilai 77,5, yang berarti desain baru diterima baik oleh pengguna. Hal ini membuktikan, redesign UI/UX bisa menjadi solusi efektif untuk meningkatkan kualitas dan kemudahan penggunaan aplikasi.
Baca Juga: 5 Contoh Prototype dalam UI/UX Design & Tips Membuat
Siap Menguasai Redesign UI/UX?
Sekarang sudah semakin paham kan apa itu redesign UI/UX? Kalau Warga Bimbingan tertarik menguasai ilmu UI/UX design, inilah saatnya gabung Bootcamp UI/UX Design dibimbing.id!
Kamu akan dibimbing mentor berpengalaman, silabus terlengkap, praktik nyata buat portofolio, dan gratis mengulang kelas. Kerennya, 96% alumni sudah dapat kerja dan ada dukungan 840+ hiring partner yang siap menyalurkan kerja.
Warga Bimbingan punya pertanyaan seperti, “Apakah materi bootcamp ini mencakup studi kasus redesign UI/UX untuk aplikasi mobile dan website?”, konsultasi gratis di sini! Yuk, seriusin kariermu di bidang UI/UX design bareng dibimbing.id yang pasti #BimbingSampeJadi!
Referensi
Tags