dibimbing.id - Metode FIFO dan LIFO dalam Akuntansi, Kenali Perbedaannya!

Metode FIFO dan LIFO dalam Akuntansi, Kenali Perbedaannya!

Farijihan Putri

20 May 2025

437

Image Banner

Warga Bimbingan lagi belajar akuntansi atau tertarik masuk ke dunia finance? Salah satu hal penting yang wajib kamu pahami adalah metode pencatatan persediaan. Nah, metode FIFO dan LIFO sering banget dipakai buat nyusun laporan keuangan, terutama dalam menghitung nilai persediaan dan harga pokok penjualan (HPP).

Metode FIFO dan LIFO itu nggak cuma sekadar istilah teknis, tapi bisa ngaruh ke besar kecilnya laba perusahaan, bahkan pajak yang harus dibayar. Buat Warga Bimbingan yang baru mulai atau lagi switch career ke finance & accounting, penting banget paham bedanya biar bisa ambil keputusan yang tepat.

Di artikel ini, MinDi bakal jelasin metode FIFO dan LIFO secara simpel, dari pengertian, contoh, sampai perbandingannya. Siap nambah insight dan makin pede di bidang akuntansi? Yuk, lanjut baca sampai habis!

Baca Juga: Rekomendasi Bootcamp Finance Accounting Online Bersertifikat


Apa Itu Metode FIFO?


Metode FIFO (First In, First Out) adalah metode pencatatan persediaan di mana barang yang pertama kali dibeli atau diproduksi akan dianggap sebagai barang yang pertama kali dijual.

Artinya, sisa persediaan di akhir periode dianggap berasal dari pembelian atau produksi terbaru. Metode ini mencerminkan alur logis barang dalam banyak bisnis, terutama yang menjual produk dengan masa kedaluwarsa seperti makanan atau obat-obatan. 

Dalam laporan keuangan, metode FIFO cenderung menunjukkan nilai persediaan yang lebih tinggi saat harga barang naik, karena barang lama yang lebih murah dijual terlebih dulu. Hasilnya, laba kotor perusahaan bisa terlihat lebih besar dibanding metode lainnya.


Apa Itu Metode LIFO?


Metode LIFO (Last In, First Out) adalah metode pencatatan persediaan yang mengasumsikan barang terakhir yang dibeli atau diproduksi adalah barang pertama yang dijual. Jadi, dalam sistem ini, sisa persediaan di akhir periode berasal dari pembelian yang lebih lama.

Metode LIFO sering digunakan perusahaan saat harga barang cenderung naik, karena dapat menekan laba kena pajak. Pasalnya, harga pokok penjualan menjadi lebih tinggi karena memakai biaya terbaru.

Meskipun begitu, LIFO tidak mencerminkan kondisi fisik persediaan dengan akurat dan bahkan sudah tidak diizinkan dalam standar akuntansi internasional (IFRS). Namun, metode ini masih digunakan di beberapa negara seperti Amerika Serikat.

Baca Juga: 100 Istilah dalam Akuntansi, Wajib Diketahui Akuntan Pemula!


7 Perbedaan Metode FIFO dan LIFO


Sumber: Freepik

Yuk Warga Bimbingan, langsung aja simak perbedaan metode FIFO dan LIFO yang akan MinDi jelaskan di bawah ini!


1. Metode yang Digunakan


Metode FIFO mencatat barang yang pertama masuk akan menjadi yang pertama dijual. Sementara itu, metode LIFO justru menganggap barang terbaru yang akan dijual terlebih dahulu. 

Perbedaan pendekatan ini bikin pencatatan akuntansi dan pengaruhnya ke laporan keuangan juga menjadi beda. Pemilihan metode akan memengaruhi bagaimana bisnis mencatat stok dan menghitung laba.


2. Stok Barang yang Dijual


Metode FIFO dan LIFO punya cara berbeda dalam memilih stok mana yang dijual lebih dulu. FIFO menjual stok yang paling awal dibeli, sedangkan LIFO menjual stok terbaru terlebih dahulu. 

Hal ini bisa memengaruhi besar kecilnya harga pokok penjualan yang tercatat. Jadi, pilihan metode bisa berdampak langsung ke margin keuntungan.


3. Harga Pokok Penjualan


Ketika harga barang naik, metode LIFO akan menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih tinggi karena memakai biaya terbaru. Sebaliknya, FIFO justru pakai harga lama yang lebih murah, sehingga menghasilkan laba lebih tinggi. 

Perbedaan ini penting banget dalam perencanaan pajak dan strategi keuangan. Makanya, banyak perusahaan mempertimbangkan kondisi ekonomi sebelum memilih metode.


4. Penilaian Inventaris


FIFO biasanya mencatat nilai inventaris akhir yang lebih mendekati harga pasar saat ini, karena sisa stok berasal dari pembelian terakhir.

Lain cerita kalau pakai LIFO, nilai persediaan akhir cenderung lebih rendah karena pakai harga lama. Nah, ini bisa memengaruhi total aset di laporan keuangan. Transisi metode juga bisa bikin nilai inventaris berubah signifikan.


5. Keuntungan


Dalam kondisi inflasi, metode FIFO dan LIFO punya pengaruh berbeda terhadap laba. FIFO menghasilkan laba lebih tinggi karena harga pokok penjualannya lebih rendah.

Tapi, LIFO justru bisa menekan pajak karena laba yang tercatat lebih kecil. Pilihannya tergantung strategi perusahaan dalam mengelola beban pajak dan performa laporan keuangan.


6. Kekurangan


LIFO bisa bikin laporan keuangan kurang menggambarkan kondisi riil karena nilai persediaan akhir pakai harga lama. Sebaliknya, FIFO bisa menyebabkan beban pajak lebih tinggi saat harga barang naik karena laba terlihat lebih besar.

Masing-masing metode punya sisi minus yang perlu dipertimbangkan secara matang. Maka dari itu, perusahaan harus menyesuaikan metode yang dipakai dengan tujuan dan strategi bisnis.


7. Standar Akuntansi


Metode FIFO diakui secara luas, termasuk dalam standar akuntansi internasional (IFRS). Sayangnya, metode FIFO dan LIFO tidak diakui bersamaan di semua negara. 

LIFO masih boleh digunakan di Amerika Serikat, tapi dilarang dalam IFRS. Jadi, perusahaan global biasanya lebih memilih FIFO supaya sesuai regulasi internasional.

Baca Juga: Pahami COGS dalam Akuntansi, Rumus, & Cara Menghitungnya


Contoh Penghitungan FIFO dan LIFO


Setelah tahu perbedaan metode FIFO dan LIFO, sekarang saatnya Warga Bimbingan lihat langsung contoh penghitungan sederhana dari kedua metode ini.

Lewat contoh berikut, Warga Bimbingan bisa lebih paham gimana pencatatan harga pokok penjualan dan nilai persediaan akhir bisa berbeda, meskipun barang yang dijual jumlahnya sama. Yuk, simak biar makin kebayang penerapannya di dunia nyata!

Misalnya kamu punya data pembelian barang sebagai berikut:

Tanggal

Jumlah Unit

Harga per Unit

1 April

100 unit

Rp10.000

5 April

100 unit

Rp12.000

Pada 10 April, kamu menjual 150 unit barang.


1. Penghitungan dengan Metode FIFO


Metode FIFO mengasumsikan barang yang masuk pertama akan dijual lebih dulu.

Penghitungan HPP (Harga Pokok Penjualan):

  1. 100 unit pertama dari pembelian 1 April: 100 x Rp10.000 = Rp1.000.000
  2. 50 unit dari pembelian 5 April: 50 x Rp12.000 = Rp600.000

Total HPP = Rp1.000.000 + Rp600.000 = Rp1.600.000

Nilai persediaan akhir (sisa 50 unit dari 5 April) = 50 x Rp12.000 = Rp600.000


2. Penghitungan dengan Metode LIFO


Metode LIFO mengasumsikan barang yang masuk terakhir akan dijual lebih dulu.

Penghitungan HPP:

  1. 100 unit dari pembelian 5 April: 100 x Rp12.000 = Rp1.200.000
  2. 50 unit dari pembelian 1 April: 50 x Rp10.000 = Rp500.000

Total HPP = Rp1.200.000 + Rp500.000 = Rp1.700.000

Nilai persediaan akhir (sisa 50 unit dari 1 April) = 50 x Rp10.000 = Rp500.000

Kesimpulan Sederhana

  1. FIFO → HPP lebih rendah, laba lebih tinggi
  2. LIFO → HPP lebih tinggi, laba lebih rendah
  3. Perbedaan ini bisa berpengaruh ke laporan keuangan dan strategi perpajakan

Baca Juga: Cara Efektif Belajar Finance dan Accounting, Panduan Lengkap


FIFO vs LIFO: Mana yang Harus Dipilih?


Setelah tahu perbedaan dan contoh penghitungan metode FIFO dan LIFO, Warga Bimbingan mungkin punya pertanyaan: mana yang sebaiknya dipilih? Jawabannya tergantung pada tujuan keuangan dan kondisi bisnisnya. 

Kalau pengin laporan laba terlihat lebih tinggi, FIFO bisa menjadi pilihan karena HPP-nya lebih rendah saat harga naik. Tapi kalau kamu mau efisiensi pajak di saat inflasi, LIFO biasanya lebih menguntungkan karena HPP-nya lebih tinggi sehingga laba kena pajak lebih kecil.

Jadi, penting banget buat evaluasi situasi bisnis kamu dulu sebelum menentukan mana yang paling cocok antara metode FIFO dan LIFO.

Baca Juga: 16 Pertanyaan Interview Admin Finance dan Jawabannya


Siap Kuasai Ilmu Akuntansi Lebih Dalam?


Sekarang Warga Bimbingan udah paham dasar metode FIFO dan LIFO beserta perbedaannya, tinggal waktunya buat terus upgrade skill kamu!

Yuk, ikutan Bootcamp Finance & Accounting dibimbing.id bareng mentor berpengalaman, silabusnya lengkap, langsung praktik buat bangun portofolio, dan gratis mengulang kelas. Udah terbukti, 96% alumni berhasil kerja karena dibantu penyaluran ke 840+ hiring partner.

Masih bingung “Kalau aku belum punya background akuntansi bisa ikut gak?” atau “Materinya lebih ke teori atau praktik langsung?”, konsultasi gratis di sini. dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi!

Tags

Share

Author Image

Farijihan Putri

Farijihan is a passionate Content Writer with 3 years of experience in crafting compelling content, optimizing for SEO, and developing creative strategies for various brands and industries.

Hi!👋
Kalau kamu butuh bantuan,
hubungi kami via WhatsApp ya!