Kekurangan dan Kelebihan Metode Scrum dalam Manajemen Proyek
Muthiatur Rohmah
•
16 May 2024
•
497
Metode scrum merupakan pendekatan manajemen proyek yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas tim, sehingga proyek perusahaan bisa selesai tepat waktu dan sesuai anggaran yang telah ditetapkan.
Sebelum menggunakan metode scrum dalam manajemen proyek, Sobat MinDi harus memahami terlebih dahulu apa saja kekurangan dan kelebihannya.
Kekurangan dan kelebihan metode scrum dapat digunakan untuk mencocokkan metode ini dengan proyek perusahaan, apakah sesuai atau tidak.
Sudah yakin memilih metode scrum untuk proyek Sobat MinDi? Yuk terlebih dahulu, simak kelebihan dan kekurangan metodes scrum secara lengkap pada artikel ini.
Apa itu Metode Scrum?
Sebelum membahas kekurangan dan kelebihannya, pertama-tama kita harus memahami terlebih dahulu apa itu metode scrum melalui beberapa pengertian berikut ini.
Dilansir dari Atlassian, Metode Scrum adalah kerangka kerja manajemen proyek yang termasuk bagian dari metode Agile. Scrum membantu tim mengatur dan mengelola pekerjaan melalui serangkaian nilai, prinsip, dan praktik.
Nama "Scrum" sendiri diambil dari istilah dalam rugby, yang menggambarkan kerjasama tim dalam mempersiapkan pertandingan besar.
Dalam manajemen proyek, Scrum mendorong tim untuk belajar dari pengalaman, mengorganisir diri saat menghadapi masalah, merefleksikan keberhasilan dan kegagalan untuk terus-menerus melakukan perbaikan.
Meskipun Scrum sering digunakan dalam proyek pengembangan perangkat lunak, prinsip dan pelajarannya dapat diterapkan pada semua jenis kerja tim.
Inilah salah satu alasan mengapa metode scrum sangat populer, scrum dianggap sebagai kerangka kerja manajemen proyek yang membantu tim mengatur dan mengelola pekerjaan mereka secara efektif.
Kekurangan Scrum
Layaknya semua metode yang ada, Scrum juga memiliki beberapa kekurangan dalam menghandle manajemen proyek perusahaan. Lantas apa saja kekurangan scrum?
Berikut akan MinDi jelaskan mengenai beberapa kekurangan scrum yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum Sobat MinDi memutuskan menggunakan metode ini.
1. Memerlukan Training yang Extensive
Untuk implementasi Scrum yang efektif, semua anggota tim memerlukan pemahaman mendalam tentang prinsip dan praktiknya. Hal ini berarti anggota tim yang belum familiar dengan Scrum perlu mengikuti pelatihan yang komprehensif.
Proses pelatihan Scrum ini bisa memakan waktu dan biaya, dan memerlukan investasi awal yang cukup tinggi baik dari segi waktu maupun sumber daya.
2. Agak Susah untuk Scaling
Pada tim yang relatif kecil, atau pada proyek yang baru bertumbuh, Metode scrum mungkin kurang efisien dan efektif. Skalabilitas bisa menjadi tantangan karena koordinasi dan komunikasi menjadi lebih kompleks dengan bertambahnya jumlah tim atau ketika proyek menjadi lebih besar.
Solusi seperti Scrum of Scrums diperlukan untuk mengatasi isu ini, namun solusi ini bisa mengurangi kecepatan dan keluwesan metode Scrum dalam proses proyek perusahaan.
3. Memerlukan Anggota Tim yang Berpengalaman
Metode Scrum bergantung pada kemampuan anggota tim untuk mengorganisir diri dan membuat keputusan secara independen. Hal ini berarti dalam menggunakannya, perlu anggota tim yang berpengalaman dan memiliki pemahaman yang kuat tentang Scrum.
Tanpa keahlian dan pengalaman yang cukup, tim proyek mungkin kesulitan untuk memenuhi tujuan proyek secara efektif. Oleh sebab itu, jika sudah yakin menggunakan metode Scrum, pastikan anggota tim paham dan tau cara menggunakannya.
Itulah beberapa kekurangan metode scrum dalam manajemen proyek perusahaan, hal ini dapat Sobat MinDi jadikan bahan pertimbangan dalam memilih metode yang tepat untuk proyek perusahaan.
Kelebihan Metode Scrum
Setelah menyimak kekurangan metode scrum, saatnya Sobat MinDi memahami apa saja kelebihan metode scrum dalam manajemen proyek perusahaan.
Langsung saja, yuk simak beberapa kelebihan metode scrum yang efektif digunakan dalam manajemen proyek perusahaan berikut ini.
1. Adaptif dan Fleksibel
Metode scrum sangat adaptif dan fleksibel terhadap perubahan. Dalam Scrum, tim bekerja dalam siklus pendek yang disebut sprint, yang biasanya berlangsung selama 2-4 minggu. Hal ini memungkinkan tim untuk mengevaluasi kemajuan dan melakukan penyesuaian yang diperlukan secara berkala.
Metodologi scrum mendukung perubahan cepat dan berkesinambungan, sehingga tim dapat merespons dengan cepat, feedback dari pelanggan atau perubahan dalam kebutuhan proyek.
2. Biaya Rendah
Metode scrum dapat membantu menurunkan biaya proyek karena mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Dengan fokus pada prioritas utama dan mengurangi pekerjaan yang tidak perlu, tim dapat lebih efisien dalam penggunaan sumber daya.
Metode scrum mendorong pemeriksaan dan adaptasi terus-menerus, sehingga kesalahan dan masalah dapat diidentifikasi dan diperbaiki lebih awal, yang mengurangi biaya perbaikan di kemudian hari.
3. Meningkatkan Produktivitas
Metode Scrum meningkatkan produktivitas tim dengan beberapa cara, sebagai berikut:
Pertama, dengan membagi pekerjaan menjadi sprint, anggota tim memiliki deadline yang jelas dan teratur, mendorong fokus dan efisiensi.
Kedua, rutinitas daily stand-up meetings (juga dikenal sebagai daily scrums) membantu memastikan bahwa semua anggota tim up-to-date dengan apa yang telah dilakukan, apa yang akan dilakukan, dan apa saja hambatan yang dihadapi.
Ketiga, karena Scrum mendorong tanggung jawab bersama atas hasil pekerjaan, anggota tim cenderung lebih termotivasi dan berkomitmen untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan beberapa kelebihan tersebut, Metode Scrum menjadi pilihan yang efektif bagi tim dalam skala tinggi yang beroperasi dalam lingkungan yang dinamis dan serba cepat.
Perbandingan Scrum vs Kanban
1. Struktur Waktu vs Kontinuitas
Metode scrum menggunakan siklus pengembangan yang tetap, dikenal sebagai sprint, yang biasanya berlangsung 2-4 minggu. Setiap sprint dimulai dengan perencanaan sprint dan diakhiri dengan review sprint dan retrospektif.
Sedangkan kanban tidak memiliki struktur waktu tetap atau sprint. Alur kerja bersifat terus-menerus, dengan tugas yang dipindahkan melalui berbagai tahapan (seperti "To Do", "Doing", "Done") sesuai dengan kemajuan.
2. Peran dan Tanggung Jawab
Metode scrum memiliki peran yang jelas dan terdefinisi, seperti Scrum Master, Product Owner, dan Development Team. Peran ini sangat penting dalam pelaksanaan metodologi Scrum.
Metode kanban tidak memiliki peran yang tetap atau formal. Seseorang yang memiliki keahlian dalam Kanban mungkin ada dalam beberapa tim, sebab bukan bagian dari kerangka kerja asli Kanban.
Tim yang menggunakan kanban akan lebih fokus pada kolaborasi dan manajemen alur kerja.
3. Papan Visualisasi
Pada metode scrum, papan visualisasi menggunakan papan Scrum yang umumnya di reset di awal setiap sprint untuk mencerminkan tugas-tugas yang perlu diselesaikan dalam sprint tersebut.
Sedangkan kanban menggunakan papan Kanban untuk memvisualisasikan seluruh alur kerja. Papan ini menunjukkan semua tugas dalam berbagai tahapan proses, dan tidak direset secara berkala tapi diperbarui secara terus menerus.
4. Pengukuran dan Adaptasi
Metode scrum akan fokus pada penyelesaian setiap sprint dan mencapai tujuan yang ditetapkan. Sprint retrospektif digunakan untuk mempelajari dan menyesuaikan proses untuk sprint berikutnya.
Sementara metode kanban akan fokus pada peningkatan aliran kerja dan pengurangan waktu siklus melalui analisis berkelanjutan. Kanban mendorong peningkatan kecil yang terus-menerus tanpa menunggu penyelesaian sprint.
Kedua metodologi ini memiliki kekuatan mereka masing-masing dan dapat dipilih berdasarkan kebutuhan tim dan sifat proyek.
Scrum cocok untuk proyek dengan kebutuhan yang berubah cepat dan memerlukan struktur yang lebih formal, sementara Kanban cocok untuk proyek yang memerlukan fleksibilitas lebih dalam pengelolaan tugas dan prioritas yang berubah-ubah.
Untuk memaksimalkan pemahaman Sobat MinDi, yuk simak perbandingan metode scrum dan kanban melalui tabel berikut.
Baca Juga: Cara Menggunakan Trello untuk Manajemen Proyek
Perbandingan Scrum vs Agile
Metode scrum merupakan bagian atau keluarga dari metode agile dalam manajemen proyek, selanjutnya yuk simak perbandingan metode scrum vs agile berikut ini, manakah yang lebih baik?
1. Definisi dan Ruang Lingkup
Agile merupakan metode manajemen proyek yang berfokus pada peningkatan iteratif, pengembangan perangkat lunak yang responsif terhadap perubahan, dan pengiriman nilai kepada pelanggan secara berkesinambungan. Agile mencakup berbagai metodologi seperti Kanban, Lean, Extreme Programming (XP), dan Scrum.
Sedangkan metode scrum adalah salah satu implementasi spesifik dari prinsip-prinsip Agile. Scrum sangat terstruktur dengan iterasi yang didefinisikan (sprint) dan memiliki peran yang jelas serta ritual yang dijadwalkan seperti sprint planning, daily stand-up, sprint review, dan sprint retrospective.
2. Peran dan Tanggung Jawab
Metode agile tidak mendefinisikan peran tertentu secara spesifik, fleksibilitas dalam peran dapat bervariasi tergantung pada metodologi Agile yang digunakan.
Sementara metode scrum memiliki peran yang terdefinisi dengan jelas, termasuk Scrum Master, Product Owner, dan Development Team. Peran ini mendukung implementasi dari Scrum yang merupakan komponen kunci dalam kerangka kerjanya.
3. Struktur dan Rutinitas
Metode Agile menekankan pada adaptasi dan fleksibilitas, tidak semua metodologi Agile mengharuskan struktur yang ketat atau rutinitas yang sering. Beberapa, seperti Kanban, lebih berfokus pada aliran kerja yang terus menerus.
Metode scrum memiliki struktur yang ketat dengan sprint yang berdurasi tetap dan serangkaian pertemuan terjadwal yang memastikan seluruh tim tetap dalam lintasan yang benar.
Metode scrum mendorong tinjauan berkala terhadap pekerjaan yang telah dilakukan untuk memastikan pengiriman yang cepat dan responsif terhadap perubahan.
4. Pengukuran dan Evaluasi
Metode agile mengukur keberhasilan berbeda-beda tergantung pada metodologi yang digunakan. Fokus umumnya pada pengiriman nilai terus-menerus dan kepuasan pelanggan.
Sedangkan metode scrum fokus pada pengiriman produk yang berfungsi pada akhir setiap sprint, serta penilaian terus menerus mengenai pekerjaan tim dan hal apa saja yang perlu diperbaiki.
Kedua metode ini saling terkait, scrum menawarkan kerangka kerja yang lebih terdefinisi dalam menerapkan prinsip-prinsip Agile, sementara Agile didefinisikan lebih luas dan dapat diadaptasi dengan berbagai cara yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Belum paham mengenai perbandingan scrum dan agile? Yuk simak visualisasi perbandingannya melalui tabel berikut ini.
Perbandingan Scrum vs Waterfall
Pembahasan terakhir, yuk simak perbandingan metode scrum vs waterfall, manakah yang lebih baik dalam manajemen proyek perusahaan?
1. Pendekatan Terhadap Manajemen Proyek
Metode scrum mengambil pendekatan iteratif dan inkremental, di mana proyek dibagi menjadi siklus pendek yang disebut sprint. Tim Scrum bekerja dalam sprint yang biasanya berdurasi 2-4 minggu untuk menciptakan kerangka produk yang bisa langsung berfungsi.
Sementara waterfall Menggunakan pendekatan linear dan sekuensial, dimana proyek ditangani dalam satu aliran linear yang berurutan.
Prosesnya dibagi menjadi fase yang berbeda seperti perencanaan, desain, implementasi, pengujian, dan pemeliharaan, dengan setiap fase harus diselesaikan sebelum fase berikutnya dapat dimulai.
2. Fleksibilitas dalam Perubahan
Metode scrum sangat fleksibel terhadap perubahan. Tim dapat mengadaptasi dan menyesuaikan kebutuhan serta solusi selama proyek berlangsung, berdasarkan feedback dan hasil retrospektif.
Sementara metode waterfall relatif kaku dan tidak fleksibel setelah proyek dimulai. Perubahan di tengah proyek bisa sulit diimplementasikan karena semua fase direncanakan secara detail di awal dan dijalankan secara berurutan.
3. Peran dan Tanggung Jawab
Metode scrum memiliki peran yang jelas dan terdefinisi seperti Scrum Master, Product Owner, dan Development Team. Setiap peran memiliki tanggung jawab spesifik yang mendukung kerja tim.
Waterfall tidak memiliki peran formal seperti Scrum. Tim biasanya dipimpin oleh seorang manajer proyek, dengan anggota tim yang memiliki tanggung jawab khusus berdasarkan fase proyek.
4. Pengujian dan Peninjauan
Pengujian dan peninjauan metode scrum dilakukan secara teratur di akhir setiap sprint, sehingga tim dapat mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan lebih awal serta beradaptasi dengan perubahan kebutuhan.
Sementara waterfall, pengujian umumnya dilakukan setelah fase pengembangan selesai. Karena itu, masalah atau kebutuhan perubahan biasanya baru terdeteksi setelah banyak pekerjaan telah selesai, yang dapat menyebabkan revisi dan memakan waktu.
Secara umum, Scrum menawarkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi yang lebih tinggi, membuatnya ideal untuk proyek yang kompleks dan dengan kebutuhan yang dapat berubah.
Sementara itu, Waterfall lebih cocok untuk proyek-proyek dengan kebutuhan yang jelas dan stabil, di mana semua kebutuhan dapat ditentukan di awal.
Agar lebih paham, yuk simak perbandingan metode scrum dan waterfall melalui tabel berikut ini.
Baca Juga: Pengertian Assigned dalam Manajemen Proyek
Gunakan Metode Scrum yang Efektif dalam Manajemen Proyek Kompleks
Sobat MinDi, itulah beberapa pembahasan mengenai kelebihan dan kekurangan metode scrum hingga perbandingannya dengan beberapa metode manajemen proyek lainnya.
Memahami kekurangan dan kelebihan metode scrum merupakan hal yang penting, terlebih jika Sobat MinDi seorang project manager yang sedang mencari metode yang cocok untuk management project perusahaan.
Ingin belajar metode scrum lebih lanjut? Tertarik switch career sebagai project manager profesional? Bingung harus mulai dari mana?
Yuk ikuti bootcamp product and project management dibimbing.id. Bootcamp terbaik dengan pembelajaran inovatif dan intensif. Bootcamp ini didampingi oleh para mentor profesional dan berpengalaman di bidangnya, yang bakal bantu kamu jadi project manager yang sukses.
Belum memiliki pengalaman di bidang product dan project management sama sekali? Tenang saja, dibimbing.id siap bimbing kamu mulai dari nol, dengan kurikulum terlengkap, update serta beginner friendly.
Sebanyak 94% alumni bootcamp dibimbing.id telah berhasil mendapatkan kerja sesuai bidang mereka. Nah, jangan khawatir nganggur setelah lulus bootcamp ya, dibimbing.id juga menyediakan job connect ke 570+ hiring partner khusus buat Sobat MinDi.
Tunggu apalagi? buruan konsultasi di sini, apapun tujuan karirmu dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi karir impianmu.
FAQ Metode Scrum
Bagaimana struktur siklus proyek dalam Scrum?
Dalam Scrum, proyek dibagi menjadi siklus yang disebut "sprint". Sprint adalah periode terbatas (biasanya 2-4 minggu) di mana tim berusaha untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan yang telah direncanakan sebelumnya.
Siapa saja yang terlibat dalam tim Scrum?
Tim Scrum biasanya terdiri dari Scrum Master, Product Owner, dan Development Team. Scrum Master bertugas memastikan Scrum diterapkan dengan benar, Product Owner bertanggung jawab atas visi produk dan Development Team bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan.
Apa itu Product Backlog dan Sprint Backlog?
Product Backlog adalah daftar lengkap dari apa yang harus dikembangkan dalam proyek. Sprint Backlog adalah himpunan item dari Product Backlog yang dipilih untuk dikerjakan selama sprint yang sedang berlangsung.
Bagaimana cara tim Scrum menangani perubahan?
Scrum sangat adaptif terhadap perubahan. Perubahan dalam prioritas atau persyaratan dapat diperkenalkan di awal setiap sprint, sehingga memungkinkan tim untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan yang berkembang tanpa mengganggu alur kerja.
Apa itu Daily Scrum?
Daily Scrum adalah pertemuan singkat yang diadakan setiap hari di mana anggota tim melaporkan apa yang telah mereka kerjakan sehari sebelumnya, apa yang akan mereka kerjakan hari itu, dan apakah ada hambatan yang menghambat mereka.
Apa itu Sprint Review dan Sprint Retrospective?
Sprint Review adalah pertemuan di akhir sprint di mana tim mempresentasikan apa yang telah mereka capai selama sprint. Sprint Retrospective adalah pertemuan di mana tim merefleksikan sprint yang baru saja selesai untuk mengidentifikasi apa yang berjalan baik dan apa yang bisa diperbaiki di sprint berikutnya.
Reference:
Tags
Muthiatur Rohmah
Muthia adalah seorang Content Writer dengan kurang lebih satu tahun pengalaman. Muthia seorang lulusan Sastra Indonesia yang hobi menonton dan menulis. Sebagai SEO Content Writer Dibimbing, Ia telah menulis berbagai konten yang berkaitan dengan Human Resources, Business Intelligence, Web Development, Product Management dan Digital Marketing.