User Stories adalah: Fungsi, Cara Menulis, dan Contohnya

Irhan Hisyam Dwi Nugroho
•
19 May 2025
•
269

User Stories adalah salah satu elemen penting dalam pengembangan produk digital, terutama di metode agile.
Konsep ini membantu tim memahami kebutuhan pengguna dengan cara yang sederhana dan terstruktur.
Buat Warga Bimbingan yang baru mulai belajar, MinDi akan bantu jelaskan fungsi user stories, cara menulisnya, serta contoh nyata yang bisa langsung kamu praktikkan. Yuk, kita kupas bareng biar makin paham!
Apa Itu User Stories?
User stories adalah deskripsi singkat tentang kebutuhan atau keinginan pengguna terhadap sebuah fitur, ditulis dari sudut pandang mereka sendiri.
Tujuannya adalah untuk membantu tim pengembang memahami apa yang benar-benar dibutuhkan oleh pengguna, bukan hanya fokus pada teknis atau fitur internal.
Biasanya user stories digunakan dalam metode agile atau Scrum, supaya komunikasi antara tim teknis dan non-teknis jadi lebih jelas dan terarah.
Meskipun terlihat sederhana, user stories punya peran besar dalam memastikan produk yang dikembangkan benar-benar bermanfaat dan relevan dengan kebutuhan pengguna.
Baca juga : Panduan Memilih Bootcamp Quality Assurance Terbaik 2025
Fungsi User Stories
Sumber: Canva
User stories bukan cuma catatan biasa di dalam backlog proyek. Berikut ini beberapa fungsi utama dari user stories yang perlu kamu tahu:
1. Menjembatani Komunikasi Tim
User stories membantu menyamakan pemahaman antara tim teknis, non-teknis, dan stakeholder.
Informasi yang ditulis dari sudut pandang pengguna membuat semua pihak lebih mudah membayangkan apa yang dibutuhkan. Dengan begitu, komunikasi jadi lebih efisien dan minim salah paham.
2. Fokus pada Kebutuhan Pengguna
User stories mengarahkan tim untuk bekerja berdasarkan kebutuhan nyata pengguna, bukan asumsi.
Ini membuat proses pengembangan jadi lebih terarah dan berdampak langsung. Fitur yang dibuat pun lebih relevan dan punya nilai bagi pengguna akhir.
3. Menyederhanakan Perencanaan dan Estimasi
Dengan format yang ringkas dan jelas, user stories memudahkan tim dalam menyusun prioritas kerja.
Cerita yang kecil dan terukur juga lebih gampang untuk diestimasi waktu dan sumber dayanya. Ini sangat membantu dalam menyusun sprint di metode agile.
4. Mendukung Kolaborasi dan Iterasi Cepat
User stories mendorong tim untuk terus berdiskusi dan mengevaluasi kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu.
Ini membuka ruang untuk perbaikan atau penyesuaian tanpa harus memulai dari nol. Hasilnya, produk bisa berkembang secara bertahap dan responsif terhadap perubahan.
Baca juga : Software Quality Assurance Adalah: Arti, Tujuan, dan Proses
Bagaimana Cara Menulis User Stories
User stories adalah cara menyampaikan kebutuhan pengguna yang harus ditulis dengan struktur yang jelas.
Berikut ini empat langkah utama yang bisa kamu ikuti saat menulis user stories agar mudah dipahami dan berguna untuk tim.
1. Tentukan Pengguna
Langkah pertama adalah mengidentifikasi siapa yang akan menggunakan fitur tersebut. Bisa saja pengguna umum, admin, pelanggan setia, atau tipe user lainnya tergantung konteks produk. Dengan tahu siapa penggunanya, kamu bisa menulis cerita yang relevan dan tepat sasaran.
2. Jelaskan Tujuan
Setelah tahu siapa penggunanya, langkah selanjutnya adalah menuliskan apa yang ingin mereka capai.
Tujuan ini menggambarkan kebutuhan atau keinginan si pengguna terhadap fitur yang diminta. Fokus pada apa yang penting bagi mereka, bukan sekadar fungsi teknis.
3. Gunakan Format User Story
Format user story yang umum dan mudah digunakan adalah:
“Sebagai [tipe pengguna], saya ingin [tujuan] sehingga [manfaat].”
Struktur ini membantu menyampaikan cerita secara ringkas tapi bermakna, dan memudahkan tim memahami alasan di balik setiap permintaan.
4. Tambahkan Kriteria Penerimaan
Kriteria penerimaan adalah syarat atau kondisi yang harus dipenuhi agar user story dianggap selesai.
Ini bisa berupa hal-hal yang harus bisa dilakukan oleh pengguna atau batasan teknis yang harus dipenuhi.
Kriteria ini penting untuk memastikan semua orang punya ekspektasi yang sama terhadap hasil akhirnya.
Baca juga : Software Testing Automation: Manfaat, Cara Kerja, & Tools
User Story Template dan Contoh
Sumber: Canva
User stories biasanya ditulis dalam kalimat singkat yang menggambarkan kebutuhan pengguna secara jelas dan sederhana.
Format ini umum digunakan di metode agile karena membantu tim fokus pada siapa pengguna, apa yang mereka butuhkan, dan kenapa itu penting.
Template user story yang paling umum:
“Sebagai [persona], saya ingin [tujuan], sehingga [manfaat].”
Contoh user stories:
- Sebagai pelanggan toko online, saya ingin menyimpan produk ke daftar favorit, sehingga saya bisa menemukannya kembali dengan mudah.
- Sebagai admin sistem, saya ingin mendapat notifikasi saat data pengguna berubah, sehingga saya bisa segera melakukan pengecekan.
- Sebagai peserta kursus online, saya ingin melihat progress belajar saya, sehingga saya tahu materi mana yang sudah dan belum saya selesaikan.
- Sebagai pengguna aplikasi transportasi, saya ingin melihat estimasi waktu kedatangan driver, sehingga saya bisa bersiap lebih tepat waktu.
Baca juga : Sertifikat QA: Jenis, Manfaat, dan Cara Mendapatkannya
Tips Menulis User Stories
Sumber: Canva
User stories adalah alat penting dalam pengembangan produk, tapi harus ditulis dengan tepat agar efektif.
Berikut ini beberapa tips yang bisa kamu terapkan agar user story yang kamu buat benar-benar jelas dan bermanfaat.
1. Fokus pada Pengguna, Bukan Fitur
User stories sebaiknya ditulis dari sudut pandang pengguna, bukan dari sisi teknis atau tim internal.
Hindari menulis sesuatu seperti “sistem harus bisa menyimpan data,” dan gantilah dengan “sebagai pengguna, saya ingin menyimpan data…” agar lebih berorientasi pada pengalaman nyata.
Cara ini membantu tim memahami konteks pengguna dan memprioritaskan nilai manfaatnya.
2. Gunakan Bahasa yang Sederhana dan Jelas
Pastikan semua orang di tim, baik teknis maupun non-teknis, bisa memahami isi user story tanpa harus bertanya ulang.
Hindari istilah rumit atau jargon yang hanya dimengerti sebagian orang. Kalimat yang singkat, langsung, dan tidak ambigu akan jauh lebih efektif untuk dipahami dan ditindaklanjuti.
3. Pastikan Ceritanya Bisa Dikerjakan
User story yang baik harus bisa di-breakdown dan dikerjakan dalam satu sprint (atau siklus kerja pendek).
Hindari menulis cerita yang terlalu luas, seperti “Saya ingin sistem ini lebih bagus,” karena terlalu umum dan sulit diukur.
Buatlah cerita yang konkret, spesifik, dan cukup kecil untuk ditangani dalam waktu terbatas.
4. Tambahkan Kriteria Penerimaan (Acceptance Criteria)
Kriteria ini menjelaskan syarat apa saja yang harus dipenuhi agar user story bisa dianggap selesai.
Misalnya: tombol harus muncul, data harus tersimpan, atau halaman bisa diakses dalam kondisi tertentu.
Dengan adanya kriteria ini, tim pengembang dan penguji punya acuan yang sama soal apa yang dimaksud dengan “selesai” atau “berhasil”.
Baca juga : Apa Itu QA Tester? Jenis, Skill, dan Cara Memulai Karier
Ingin Jadi Quality Assurance (QA) Professional?
Setelah memahami bahwa user stories adalah cara efektif untuk menggambarkan kebutuhan pengguna, sekarang saatnya kamu mendalami peran penting lainnya dalam pengembangan produk digital: Quality Assurance.
Yuk, ikuti Bootcamp Quality Assurance di dibimbing.id! Di sini, kamu akan belajar langsung dari mentor berpengalaman dengan kurikulum praktis yang dirancang untuk membekali kamu dengan skill QA yang dibutuhkan industri — mulai dari dasar-dasar testing, automation, hingga memahami alur kerja agile dan user stories.
Dengan lebih dari 840+ hiring partner dan tingkat keberhasilan alumni mencapai 95%, peluang kariermu sebagai QA Engineer semakin terbuka lebar di dunia IT.
Jadi, tunggu apa lagi? Hubungi di sini dan daftar sekarang di dibimbing.id untuk memulai perjalananmu sebagai Quality Assurance Professional. #BimbingSampeJadi
Referensi
Tags

Irhan Hisyam Dwi Nugroho
Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.