dibimbing.id - Static Testing adalah: Definisi, Manfaat, dan Alat Pengujian

Static Testing adalah: Definisi, Manfaat, dan Alat Pengujian

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

15 April 2025

387

Image Banner

Static testing adalah metode pengujian perangkat lunak yang dilakukan tanpa mengeksekusi kode. Warga Bimbingan, ini memungkinkan tim QA menemukan bug lebih awal sebelum aplikasi dijalankan.

Prosesnya melibatkan pemeriksaan kode sumber atau dokumentasi, baik secara manual maupun menggunakan alat otomatis. Static testing membantu mengidentifikasi masalah dengan cepat dan menghemat waktu serta biaya pengembangan.

MinDi akan membahas lebih lanjut manfaat, cara kerja, alat yang digunakan, serta metode. Yuk, simak terus!


Apa Itu Static Testing?


Static testing adalah proses pengujian perangkat lunak yang dilakukan tanpa mengeksekusi kode program. 

Dalam metode ini, penguji memeriksa kode sumber, dokumentasi, atau desain sistem untuk menemukan kesalahan atau potensi masalah. 

Static testing bertujuan untuk mendeteksi bug lebih awal dalam pengembangan, sehingga dapat mengurangi biaya perbaikan di masa depan. 

Proses ini biasanya dilakukan pada tahap awal pengembangan perangkat lunak, baik secara manual atau menggunakan alat otomatis untuk menganalisis kode secara mendalam.

Baca juga : Panduan Memilih Bootcamp Quality Assurance Terbaik 2025


Cara Kerja Static Testing


Sumber: Canva

Cara kerja static testing melibatkan pemeriksaan kode sumber atau dokumentasi tanpa mengeksekusi aplikasi. 

Pengujian ini dapat dilakukan secara manual, di mana penguji meninjau kode untuk mencari potensi masalah, atau menggunakan alat otomatis yang dapat memindai kode dan menghasilkan laporan. 

Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi kesalahan logika, kesalahan sintaks, dan masalah desain lebih awal, sebelum aplikasi dijalankan dalam lingkungan nyata.

Berikut adalah langkah-langkah umum dalam cara kerja static testing:

  1. Meninjau kode sumber atau dokumentasi secara manual
  2. Menggunakan alat otomatis untuk menganalisis kode dan mencari masalah
  3. Mengidentifikasi kesalahan logika, kesalahan sintaks, dan ketidaksesuaian desain
  4. Melakukan perbaikan pada kode berdasarkan temuan pengujian sebelum melanjutkan ke tahap pengujian selanjutnya.

Baca juga : Panduan Lengkap Roadmap QA Engineer dari Nol Sampai Ahli


Manfaat Static Testing


Sumber: Canva

Warga Bimbingan, sekarang MinDi akan menjelaskan manfaat yang bisa kamu dapatkan dengan menerapkan static testing dalam pengembangan perangkat lunak. Yuk, kita cari tahu!


1. Mendeteksi Bug Lebih Awal


Static testing membantu menemukan bug sejak awal siklus pengembangan, sebelum aplikasi dijalankan. 

Dengan menemukan kesalahan lebih cepat, tim pengembangan bisa menghemat waktu dan biaya perbaikan. Semakin cepat masalah ditemukan, semakin mudah dan murah untuk memperbaikinya.


2. Meningkatkan Kualitas Kode


Proses ini mendorong pengembang untuk menulis kode yang lebih bersih dan bebas dari kesalahan. 

Dengan melakukan tinjauan kode secara rutin, kualitas perangkat lunak secara keseluruhan meningkat. Static testing memastikan bahwa kode yang dikirimkan memiliki kualitas tinggi dan siap untuk pengujian lebih lanjut.


3. Mengurangi Biaya Pengujian


Karena masalah dapat ditemukan lebih awal, biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan lebih sedikit dibandingkan jika bug ditemukan di tahap akhir. 

Dengan mengurangi bug di tahap awal, tim QA dapat menghemat biaya pengujian dan pengembangan. Hal ini menjadikan static testing sebagai investasi yang efisien dalam pengembangan perangkat lunak.


4. Memperbaiki Dokumentasi dan Desain


Static testing tidak hanya berfokus pada kode, tetapi juga pada dokumentasi dan desain sistem. 

Dengan memeriksa dokumentasi dan desain sistem, tim dapat memastikan bahwa semua aspek dari proyek tersebut sesuai dengan standar yang diperlukan. 

Hal ini membantu meningkatkan keselarasan antara tim pengembangan dan tim lainnya yang terlibat dalam proyek.

Baca juga : 10 Contoh KPI Quality Assurance untuk Ukur Performa QA


Alat untuk Static Testing


Sumber: Canva

Setelah membahas manfaatnya, MinDi akan berbagi alat-alat penting untuk melakukan static testing dengan efisien. Berikut alat-alatnya!


1. SonarQube


SonarQube adalah alat open-source yang digunakan untuk memeriksa kualitas kode secara otomatis. 

Alat ini dapat mengidentifikasi berbagai masalah dalam kode, seperti bug, kerentanannya, dan kode yang tidak efisien. SonarQube juga mendukung banyak bahasa pemrograman dan memberikan laporan yang mudah dipahami.


2. Checkmarx


Checkmarx adalah alat yang berfokus pada keamanan aplikasi dengan melakukan static application security testing (SAST). 

Alat ini menganalisis kode sumber untuk mendeteksi potensi kerentanannya, membantu tim QA dan pengembang mengidentifikasi masalah keamanan sejak awal. Checkmarx juga dapat memindai kode dalam berbagai bahasa pemrograman.


3. PMD


PMD adalah alat open-source yang digunakan untuk memeriksa kualitas kode Java. PMD membantu menemukan potensi masalah dalam kode, seperti duplikasi kode, kesalahan sintaks, dan ketidaksesuaian dengan standar pengkodean. 

Alat ini memungkinkan pengembang untuk menjaga kode mereka tetap bersih dan berkualitas.

Baca juga : 7 Perbedaan QA dan QC demi Proses Bisnis yang Efektif


Metode Static Testing 


Sumber: Canva

Setelah membahas alat static testing, Warga Bimbingan, mari kita lihat beberapa metode pengujian kode yang dilakukan tanpa menjalankan aplikasi beserta contoh static testing.


1. Code Review


Code review adalah metode di mana pengembang lain memeriksa kode yang telah ditulis untuk mencari potensi masalah. 

Metode ini bergantung pada kolaborasi antar tim untuk menemukan kesalahan, bug, atau kode yang tidak efisien. 

Dengan code review, pengembang bisa belajar dari umpan balik rekan sejawat dan meningkatkan kualitas kode secara keseluruhan.

Contoh: 

Pengembang A mengulas kode yang ditulis oleh Pengembang B untuk memastikan kode tersebut memenuhi standar yang ditetapkan.


2. Walkthrough


Walkthrough adalah proses di mana pengembang atau tim QA mendiskusikan kode atau desain sistem untuk memahami alur kerja dan mencari potensi masalah. 

Selama walkthrough, penguji akan mengidentifikasi area yang mungkin tidak memenuhi spesifikasi atau standar. Ini adalah cara yang sangat efektif untuk melibatkan seluruh tim dalam memahami kode dan mencari kesalahan.

Contoh: 

Tim pengembang melakukan walkthrough kode aplikasi baru untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam logika aplikasi.


3. Inspection


Inspection adalah metode formal di mana sekelompok penguji memeriksa kode atau dokumentasi untuk mencari kesalahan dengan pendekatan yang lebih terstruktur. 

Proses ini melibatkan peran aktif dari berbagai pihak, termasuk pengembang, QA, dan pemangku kepentingan lainnya. 

Inspection seringkali digunakan untuk proyek besar atau sistem yang kompleks, di mana kesalahan kecil bisa berakibat besar.

Contoh: 

Tim QA menginspeksi dokumentasi sistem untuk memastikan bahwa semua proses bisnis dijelaskan dengan benar.


4. Static Analysis


Static analysis menggunakan alat otomatis untuk memindai kode sumber dan mendeteksi masalah seperti bug, kesalahan sintaks, dan potensi kerentanannya. 

Alat ini dapat menganalisis kode dalam berbagai bahasa pemrograman dan menghasilkan laporan yang mudah dipahami. Static analysis membantu pengembang mengidentifikasi masalah sejak awal tanpa harus menjalankan aplikasi.

Contoh: 

Menggunakan alat seperti SonarQube untuk menganalisis kode sumber Java dan menemukan kerentanannya.

Baca juga : Contoh Bug Report: Arti, Elemen, dan Tips Menulis Efektif


Perbedaan Static Testing vs Dynamic Testing


Sumber: Canva

Setelah membahas static testing, MinDi akan jelaskan perbedaan dengan dynamic testing agar kamu bisa memilih metode yang tepat.


1. Cara Kerja


Static testing dilakukan tanpa mengeksekusi kode program, artinya penguji memeriksa kode sumber atau dokumentasi secara manual atau dengan alat otomatis. 

Di sisi lain, dynamic testing melibatkan eksekusi aplikasi untuk memverifikasi apakah aplikasi berfungsi sesuai yang diinginkan. Static testing lebih fokus pada kualitas kode dan desain, sementara dynamic testing menguji aplikasi dalam kondisi nyata.


2. Tujuan Pengujian


Tujuan utama dari static testing adalah untuk menemukan kesalahan dalam kode lebih awal, seperti bug atau kesalahan logika yang bisa menghambat pengembangan. 

Sebaliknya, dynamic testing berfokus pada pengujian fungsionalitas aplikasi dengan menjalankan aplikasi dan memastikan fitur berfungsi dengan baik. 

Static testing lebih kepada pencegahan, sementara dynamic testing memastikan aplikasi bekerja sesuai ekspektasi saat dijalankan.


3. Waktu Pengujian


Static testing biasanya dilakukan di awal siklus pengembangan perangkat lunak, saat kode masih dalam tahap pengembangan atau review. 

Ini memungkinkan tim QA untuk menemukan masalah sebelum aplikasi dijalankan. Dynamic testing, di sisi lain, dilakukan setelah aplikasi selesai dikembangkan dan siap dijalankan untuk memastikan bahwa aplikasi berfungsi dengan baik di lingkungan yang nyata.


4. Akses ke Kode


Static testing dilakukan dengan memeriksa kode sumber atau dokumentasi tanpa menjalankan aplikasi, sehingga penguji tidak perlu melihat bagaimana aplikasi bekerja secara langsung. 

Dalam dynamic testing, penguji memiliki akses langsung ke aplikasi yang sedang dijalankan dan melakukan pengujian berdasarkan interaksi langsung dengan aplikasi. 

Static testing lebih berfokus pada struktur kode, sedangkan dynamic testing berfokus pada fungsionalitas aplikasi secara keseluruhan.


Yuk, Ikuti Bootcamp Quality Assurance!


Setelah memahami berbagai metode pengujian seperti static testing, kini saatnya kamu memperdalam keterampilan Quality Assurance

Di Bootcamp Quality Assurance di dibimbing.id, kamu akan belajar langsung dari mentor berpengalaman, menguasai teknik pengujian manual dan otomatisasi, serta mempersiapkan diri untuk karier di dunia QA.

Dengan lebih dari 840+ hiring partner dan tingkat keberhasilan alumni 95%, peluang kariermu semakin terbuka lebar!

Jadi, tunggu apa lagi? Daftar sekarang di sini dan mulai perjalananmu menjadi seorang profesional Quality Assurance! #BimbingSampeJadi!


Referensi


  1. What is Static Testing? [Buka]

Share

Author Image

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.

Hi!👋
Kalau kamu butuh bantuan,
hubungi kami via WhatsApp ya!