dibimbing.id - Penetration Testing: Pengertian, Fungsi, Fase, & Cara Kerja

Penetration Testing: Pengertian, Fungsi, Fase, & Cara Kerja

Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi

•

31 January 2024

•

661

Image Banner

Penestration testing adalah salah satu aspek krusial dalam menjaga keamanan siber. Penester adalah profesional dengan peran penting saat melakukan uji penetrasi.


Pasalnya, penester adalah orang yang bertugas untuk menjaga integritas dan kerahasiaan data. Untuk mempelajari apa itu penestration testing, simak penjelasannya di bawah ini!


Apa Itu Penestration Testing?


Penetration testing atau pen-testing adalah upaya untuk mengevaluasi keamanan sebuah sistem komputer, jaringan, atau aplikasi. Hal ini dilakukan dengan meniru serangan dari pengguna berbahaya.


Tujuan dari penetration testing adalah untuk menemukan dan memperbaiki kerentanan sistem sebelum mereka diserang oleh penyerang sebenarnya.


Umumnya, penestration dilakukan oleh para profesional keamanan siber. Profesional ini seringkali disebut dengan penester atau penetration testers. 


Selama pen-testing, penester akan melakukan beberapa tindakan sebagai berikut:


  • Pengumpulan informasi.

  • Identifikasi titik-titik rentan.

  • Percobaan eksploitasi.

  • Mengekstrak data.

  • Menilai dampak dari kerusakan yang mungkin ditimbulkan.


Tindakan tersebut dilakukan dalam lingkungan terkontrol dan izin penuh dari pemilik sistem. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada kerusakan nyata yang terjadi.


Secara keseluruhan, pen-testing bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kekuatan dan kelemahan dalam sistem keamanan.


Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Infrastruktur Data Center Harus Diperkuat


Peran Penester dalam Keamanan Siber


Seperti yang disebutkan sebelumnya, penester adalah profesional keamanan siber dengan tugas untuk melakukan uji penetrasi. Tugas utama penester adalah mengevaluasi keamanan sistem dengan cara mensimulasikan serangan.


Beberapa keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan seorang penester adalah:


  • Keahlian teknik hacking serta pemahaman tentang jaringan komputer, sistem operasi, dan aplikasi.

  • Kemampuan pemrograman dan scripting untuk mengembangkan atau modifikasi alat uji penetrasi.

  • Pemahaman tentang metodologi pen-testing dan kerangka kerja keamanan siber.


Sementara itu, beberapa tugas dan tanggung jawab dari penester adalah:


  • Melakukan reconnaissance atau pengumpulan informasi tentang target.

  • Mengidentifikasi kerentanan dengan menggunakan alat scanning dan teknik assessment.

  • Mengeksploitasi kerentanan untuk menilai potensi kerusakan yang bisa terjadi.


Fungsi Penestration Testing


Dari penjelasan di atas, penester adalah profesional dengan peran penting dalam menjaga keamanan sistem. Selanjutnya, mari lihat fungsi penestration testing. Berikut adalah beberapa fungsinya:


1. Mengidentifikasi Kerentanan


Fungsi pertama adalah mengidentifikasi kerentanan dalam sistem, aplikasi, dan jaringan. Identifikasi tersebut mencakup: 


  • Pencarian kelemahan dalam konfigurasi.

  • Kesalahan dalam kode.

  • Celah keamanan dalam prosedur operasional.


Melalui pen-testing, infrastruktur sistem yang masih rentan terhadap serangan bisa diidentifikasi.


2. Validasi Kontrol Keamanan


Berikutnya, fungsi pen-testing adalah untuk menguji dan memvalidasi efektivitas kontrol keamanan yang telah diterapkan. Hal ini mencakup penilaian firewalls, sistem deteksi intrusi, enkripsi, dan kontrol akses.


Validasi ini berfungsi untuk memastikan bahwa mereka bekerja sebagaimana mestinya dan mampu melawan upaya serangan.


3. Pengujian Kepatuhan pada Standar dan Regulasi


Setelah itu, fungsi pen-testing adalah kepatuhan terhadap standar dan regulasi. Pasalnya, banyak organisasi yang harus patuh pada standar keamanan informasi tertentu.


Misalnya, standar seperti ISO 27001, PCI DSS, atau GDPR. Pre-testing membantu verifikasi bahwa organisasi memenuhi persyaratan dan mengurangi risiko dari ketidakpatuhan.


4. Pelatihan dan Kesadaran Keamanan


Terakhir, fungsi penester adalah untuk melakukan pelatihan dan kesadaran keamanan. Dengan simulasi serangan nyata, tim bisa memahami cara kerja serangan siber lebih baik.


Dengan begitu, mereka juga bisa mengerti pentingnya kepatuhan terhadap kebijakan keamanan. Hal tersebut pada akhirnya dapat memperkuat kultur keamanan dan meningkatkan respons terhadap insiden keamanan.


Fase Penestration Testing


Dalam melakukan uji penestrasi, ada beberapa fase yang harus dihadapi oleh penester. Setiap fase berperan penting dalam memastikan bahwa testing dilakukan secara menyeluruh dan efektif. Beberapa fase yang harus dihadapi penester adalah:


1. Reconnaissance


Fase pertama adalah reconnaissance. Fase ini merujuk pada tahapan pengumpulan informasi tentang target untuk membantu merencanakan serangan. Informasi tersebut meliputi data publik tentang sistem, jaringan, dan karyawan perusahaan.


Beberapa metode yang dapat digunakan dalam fase reconnaissance adalah:


  • Passive: Pengumpulan informasi dari sumber publik tanpa berinteraksi langsung dengan target.

  • Active: Melibatkan interaksi langsung dengan sistem target untuk mengumpulkan data.


2. Scanning


Kedua, fasenya adalah scanning. Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik dari fase sebelumnya. Informasi tersebut bisa berupa port terbuka, layanan berjalanan, sistem operasi yang digunakan, dan potensi kerentanan.


Alat yang digunakan bisa termasuk scanner kerentanan, port scanner, dan aplikasi untuk memetakan jaringan.


3. Gaining Access


Fase berikutnya adalah gaining access. Pada tahapan ini, peran penester adalah untuk mengeksploitasi kerentanaan yang ditemukan untuk masuk ke dalam sistem atau jaringan.


Hal ini mencakup penerapan teknik seperti SQL injection, cross-site scripting, buffer overflow, atau penggunaan exploit


Beberapa tujuan dari gaining access adalah meniru aksi yang mungkin dilakukan oleh penyerang nyata. Aksi tersebut bisa berupa pencurian data, manipulasi sistem, atau menanam backdoor.


Baca Juga: Back End Programming: Profesi Penting Dibalik Layar Website


4. Maintaining Access


Fase selanjutnya adalah maintaining access. Setelah akses berhasil didapat sebelumnya, tugas penester adalah untuk mempertahankannya. Hal ini dilakukan dengan menanam software yang memungkinkan mereka untuk kembali masuk sistem lain waktu.


Software yang ditanam bisa berupa trojans atau backdoors. Tujuannya untuk mengetahui apakah penyerang dapat mempertahankan keberadaannya dalam sistem tanpa terdeteksi.


5. Analysis


Terakhir, fasenya adalah analysis. Pada tahap ini, semua informasi dan data yang dikumpulkan selama pen-testing akan dianalisis. Lebih lanjut, laporannya bisa mencakup beberapa hal sebagai berikut:


  • Metode yang digunakan dalam uji penetrasi.

  • Kerentanan yang ditemukan dalam sistem.

  • Data yang berhasil diekstrak.

  • Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan akses.

  • Rekomendasi untuk atasi kerentanan dan tingkatkan keamanan keseluruhan.



Jenis Penetration Testing


Secara umum, penetration testing dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan cakupan dan metode yang digunakan. Beberapa jenis utama penetration testing adalah:


1. Black Box


Pertama adalah black box testing. Dalam kategori ini, penester tidak memiliki informasi awal tentang infrastruktur atau sistem internal organisasi yang diuji.


Fokus utama dari black box testing adalah meniru serangan dari penyerang eksternal yang tidak mengetahui sistem. Untuk melakukan black box testing, penester mengandalkan teknik publik dan pengumpulan informasi.


Secara keseluruhan, tujuan jenis ini adalah untuk menilai seberapa baik sistem menahan serangan eksternal tanpa pengetahuan internal.


2. White Box


Berikutnya adalah white box testing. Kategori ini memberikan penester akses penuh dan informasi tentang infrastruktur yang diuji. Informasi tersebut mencakup skema database, kode sumber, diagram alir data, dan lainnya.


Hal ini memberikan kesempatan bagi penester untuk melakukan pemeriksaan mendalam terhadap semua aspek sistem. Hal ini mencakup kode aplikasi dan infrastruktur jaringan.


Lebih lanjut, white box testing efektif dalam menemukan kerentanan yang mungkin tidak terdeteksi melalui black box. Misalnya, isu-isu terkait dengan kode internal atau proses bisnis.


Baca Juga: Pengertian Data Governance: Data Engineer Wajib Tahu!


3. Grey Box


Terakhir adalah grey box testing yang merupakan kombinasi dari black box dan white box. Pada kategori ini, penester memiliki beberapa informasi tentang sistem, tetapi tidak sebanyak dalam white box testing.


Fungsi testing adalah memberikan keseimbangan antara efisiensi dan kedalaman evaluasi keamanan. Lebih lanjut, grey box testing sering kali digunakan untuk evaluasi aplikasi web dan API.


Cara Kerja Penestration Testing


Dari penjelasan sebelumnya, penestration testing bekerja dengan meniru serangan siber terhadap sistem hingga aplikasi. Cara kerja atau proses penestration testing adalah sebagai berikut:


  • Perencanaan dan mendefinisikan ruang lingkup.

  • Pengumpulan informasi tentang target.

  • Penester melakukan scanning untuk menemukan kerentanan spesifik.

  • Informasi kerentanan dieksploitasi oleh penester.

  • Penester menilai seberapa jauh mereka bisa menembus sistem dan mengakses data.

  • Laporan detail yang mencakup semua hal dalam uji penestrasi dibuat.




Itulah uraian mengenai penestration testing dari pengertian hingga cara kerjanya. Selain itu, pembahasan juga menunjukkan peran penting penester adalah melakukan berbagai upaya untuk deteksi kerentanan dan menentukan cara mengatasinya.


Pekerjaan penester ini tidak terbatas pada keamanan siber saja. Seorang penester juga bisa mengeksplorasi bidang IT lainnya seperti web development


Berbicara tentang web development, MinDi ingin rekomendasikan kamu Bootcamp Frontend Web Development Dibimbing. Bootcamp ini adalah program pembelajaran pengembangan web yang cocok untuk pemula atau career-switcher.


Lewat program ini, kamu bisa belajar A-Z web development dari profesional dan dengan silabus yang beginner-friendly. Di sini, kamu bakal dibimbing sampai jadi! Kamu bakal dapetin banyak hal juga di program ini!


Mulai dari pembelajaran dengan materi terupdate hingga praktik dengan real-case project. Menarik bukan? Yuk, daftarkan dirimu dan mulai karir yang lebih baik dengan Dibimbing.id!



Share

Author Image

Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi

Khadijah adalah SEO Content Writer di Dibimbing dengan pengalaman menulis konten selama kurang lebih setahun. Sebagai lulusan Bahasa dan Sastra Inggris yang berminat tinggi di digital marketing, Khadijah aktif berbagi pandangan tentang industri ini. Berbagai topik yang dieksplorasinya mencakup digital marketing, project management, data science, web development, dan career preparation.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!