dibimbing.id - 7 Perbedaan DoS dan DDoS Beserta Cara Mengatasinya

7 Perbedaan DoS dan DDoS Beserta Cara Mengatasinya

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

•

11 February 2025

•

308

Image Banner

Perbedaan DoS dan DDoS terletak pada skala dan sumber serangan, tetapi keduanya bisa membuat sistem down dan merugikan bisnis. Warga Bimbingan, kalau website atau server tiba-tiba lemot atau mati, bisa jadi itu akibat serangan siber ini!

Meskipun sama-sama menyerang dengan membanjiri trafik, DoS dan DDoS punya karakteristik yang berbeda dalam cara kerja dan tingkat bahayanya. 

Biar lebih paham dan bisa melindungi sistem dari ancaman ini, MinDi bakal bahas 7 perbedaan utama DoS dan DDoS serta cara mengatasinya. Yuk, simak!

Baca juga : 13 Cyber Security Tools Terbaik untuk Keamanan Data


Apa Itu DoS dan DDoS?


DoS (Denial of Service) dan DDoS (Distributed Denial of Service) adalah serangan siber yang bertujuan untuk membuat server, website, atau jaringan menjadi tidak dapat diakses dengan membanjiri permintaan atau trafik. 

DoS dilakukan dari satu sumber, sedangkan DDoS berasal dari banyak perangkat (botnet), sehingga lebih sulit dihentikan. 

Serangan ini dapat menyebabkan sistem menjadi lambat, crash, atau bahkan offline, yang berdampak besar pada bisnis dan layanan digital. 

Karena itu, memahami cara kerja DoS dan DDoS serta bagaimana mengatasinya sangat penting untuk melindungi infrastruktur digital dari gangguan dan potensi kerugian.

Baca juga : 10 Contoh Deep Web dan Tips Aman Saat Mengaksesnya


Perbedaan DoS dan DDoS


Sumber: Canva

Meskipun sama-sama bertujuan mengganggu layanan sistem, DoS dan DDoS memiliki perbedaan mendasar dalam cara kerja, tingkat ancaman, serta metode pencegahannya. Berikut adalah 7 perbedaan DoS dan DDoS yang perlu kamu ketahui:


1. Jumlah Sumber Serangan


DoS (Denial of Service) dilakukan dari satu sumber atau satu perangkat yang mengirimkan trafik berlebihan ke target. Serangan ini relatif lebih mudah dideteksi dan diblokir karena asal serangan berasal dari satu titik.

DDoS (Distributed Denial of Service) melibatkan banyak sumber sekaligus, seringkali berupa jaringan botnet yang dikendalikan oleh penyerang. Karena datang dari berbagai IP dan lokasi yang berbeda, serangan DDoS jauh lebih sulit untuk diidentifikasi dan dihentikan.


2. Skala dan Dampak Serangan


Serangan DoS biasanya memiliki skala yang lebih kecil karena hanya mengandalkan satu perangkat atau jaringan. Meskipun bisa membuat server lambat atau bahkan down, pemulihannya relatif lebih cepat jika serangan berhasil dihentikan.

Sebaliknya, DDoS memiliki skala yang jauh lebih besar, karena bisa melibatkan ribuan hingga jutaan perangkat dalam satu waktu. Dampaknya bisa membuat layanan tidak tersedia selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari, tergantung dari seberapa besar serangannya.

Baca juga : IT Auditor Adalah: Tugas, Keahlian, Proses Audit, dan Gaji


3. Kecepatan dan Intensitas Serangan


Serangan DoS lebih lambat karena jumlah trafik yang dikirimkan terbatas pada kemampuan satu perangkat atau jaringan. Meskipun masih berbahaya, efeknya bisa ditangani lebih cepat jika sistem memiliki perlindungan yang baik.

Sementara itu, DDoS lebih cepat dan intens karena melibatkan banyak perangkat sekaligus, sehingga lonjakan trafik yang terjadi sangat masif dalam waktu singkat. Hal ini menyebabkan sistem target lebih cepat kewalahan dan lebih sulit dipulihkan.


4. Cara Deteksi dan Pencegahan


Serangan DoS lebih mudah dideteksi, karena lalu lintas mencurigakan hanya berasal dari satu sumber. Administrator jaringan dapat memblokir IP penyerang dan meningkatkan kapasitas server untuk menangani lonjakan trafik.

Sebaliknya, DDoS sulit dideteksi karena serangan berasal dari banyak sumber yang tersebar. Pencegahannya membutuhkan sistem keamanan canggih seperti firewall khusus, traffic filtering, dan layanan proteksi DDoS dari penyedia keamanan seperti Cloudflare atau AWS Shield.


5. Biaya dan Sumber Daya yang Dibutuhkan


Untuk melakukan serangan DoS, penyerang hanya membutuhkan satu perangkat dengan koneksi internet yang cukup kuat. Serangan ini bisa dilakukan oleh individu dengan keterampilan hacking dasar.

Sedangkan untuk DDoS, penyerang membutuhkan botnet, yaitu jaringan perangkat yang telah terinfeksi malware dan dikendalikan dari jarak jauh. Membangun botnet membutuhkan sumber daya yang lebih besar, sehingga serangan DDoS lebih sering dilakukan oleh kelompok hacker yang lebih terorganisir.


6. Tujuan Serangan


Serangan DoS biasanya digunakan untuk mengganggu layanan tertentu secara sementara, misalnya untuk protes atau sekadar iseng. Banyak serangan DoS dilakukan oleh individu atau kelompok kecil yang ingin menguji kerentanan suatu sistem.

Sebaliknya, DDoS lebih sering digunakan sebagai serangan yang terorganisir, misalnya untuk merugikan bisnis pesaing, memeras perusahaan, atau bahkan sebagai bagian dari strategi perang siber. Karena dampaknya lebih luas, DDoS lebih sering digunakan untuk tujuan yang lebih serius.


7. Tingkat Kesulitan Pemulihan


Pemulihan dari serangan DoS lebih mudah, karena administrator hanya perlu memblokir alamat IP penyerang atau menambah kapasitas server untuk menangani lonjakan trafik. Jika sumber serangan sudah dihentikan, sistem bisa kembali normal dengan cepat.

Namun, pemulihan dari serangan DDoS jauh lebih sulit, karena melibatkan banyak sumber serangan yang tersebar. Perusahaan atau layanan yang terkena serangan harus menggunakan strategi mitigasi yang lebih kompleks, seperti rerouting trafik atau bekerja sama dengan penyedia layanan keamanan siber.

Baca juga : Deep Web vs Dark Web: Perbedaan, Contoh, dan Risikonya


Cara Mengatasi Serangan DoS dan DDoS


Sumber: Canva

Serangan DoS dan DDoS bisa sangat merugikan jika tidak ditangani dengan baik, terutama bagi bisnis yang mengandalkan layanan online. Berikut adalah 4 cara mengatasi serangan DoS dan DDoS yang perlu kamu terapkan:


1. Gunakan Firewall dan Sistem Deteksi Serangan (IDS/IPS)


Firewall dan Intrusion Detection/Prevention System (IDS/IPS) dapat membantu menyaring lalu lintas mencurigakan sebelum mencapai server. 

Sistem ini bisa mendeteksi pola serangan dan memblokir permintaan berlebihan yang mencurigakan secara otomatis. Dengan menggunakan firewall yang dikonfigurasi dengan baik, kamu bisa meminimalkan risiko serangan DoS dan DDoS sejak awal.


2. Terapkan Rate Limiting dan Load Balancing


Rate limiting berfungsi untuk membatasi jumlah permintaan dari satu IP dalam periode tertentu, sehingga bisa mencegah lonjakan trafik yang mencurigakan. 

Sementara itu, load balancing membagi trafik ke beberapa server, sehingga sistem tidak kewalahan menangani permintaan yang terlalu besar. Dengan kombinasi kedua metode ini, kamu bisa mengurangi dampak serangan sebelum sistem mengalami overload.


3. Gunakan Layanan Proteksi DDoS dari Penyedia Keamanan


Beberapa penyedia layanan keamanan, seperti Cloudflare, AWS Shield, dan Akamai, menawarkan perlindungan khusus terhadap serangan DoS dan DDoS. 

Layanan ini bekerja dengan cara menyaring lalu lintas berbahaya dan hanya mengizinkan trafik sah untuk masuk ke sistem. Menggunakan solusi ini sangat disarankan untuk bisnis yang ingin memastikan keamanan jangka panjang terhadap ancaman siber.


4. Monitoring dan Respons Cepat terhadap Serangan


Melakukan monitoring lalu lintas jaringan secara berkala dapat membantu mendeteksi potensi serangan sejak dini. 

Dengan memanfaatkan tools analitik dan log traffic, kamu bisa mengidentifikasi pola yang tidak biasa dan segera mengambil tindakan sebelum dampaknya lebih besar. Selain itu, memiliki tim IT yang siap merespons serangan dengan cepat juga penting untuk memastikan sistem tetap berjalan dengan baik.

Baca juga : Surface Web: Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Contohnya


Lindungi Sistem dari Serangan Siber! Pelajari Cyber Security Sekarang!


Setelah memahami 7 Perbedaan DoS dan DDoS dan Cara Mengatasinya, kini saatnya kamu memperdalam keahlian di bidang Cyber Security untuk melindungi sistem dari serangan siber yang semakin canggih! Dengan keterampilan ini, kamu bisa menjadi Cyber Security Analyst, Network Security Engineer, atau Ethical Hacker yang dibutuhkan banyak perusahaan.

Yuk, ikuti Bootcamp Cyber Security di dibimbing.id! Di sini, kamu akan belajar cara mendeteksi, mencegah, dan mengatasi serangan siber, termasuk DoS, DDoS, malware, dan teknik hacking lainnya.

Belajar langsung dari mentor profesional dengan kurikulum praktis dan aplikatif, mulai dari penetration testing, network security, digital forensics, hingga ethical hacking. Dengan metode hands-on, kamu akan memiliki kemampuan untuk mengamankan sistem dari berbagai ancaman siber.

Dengan lebih dari 840+ hiring partner dan tingkat keberhasilan alumni 96%, peluang kariermu di dunia Cyber Security semakin terbuka lebar!

Jadi, tunggu apa lagi? Daftar sekarang di sini dan mulai perjalananmu menjadi seorang Cyber Security Specialist yang siap menghadapi ancaman digital! #BimbingSampeJadi!


Referensi


  1. What is a distributed denial-of-service (DDoS) attack? [Buka]

Share

Author Image

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!