dibimbing.id - Mengenal Apa itu KPI dalam Manajemen Produk hingga Contohnya

Mengenal Apa itu KPI dalam Manajemen Produk hingga Contohnya

Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi

•

26 April 2024

•

11397

Image Banner

Key Performance Indicator (KPI) adalah alat penting dalam manajemen bisnis yang digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi sejauh mana suatu perusahaan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 


KPI memberikan panduan objektif dalam melacak performa bisnis dan membantu dalam pengambilan keputusan strategis. 


KPI pun jadi semakin penting bagi perusahaan untuk memonitor pencapaian, mengidentifikasi peluang perbaikan, dan menjaga keunggulan kompetitif. 


Dengan memahami konsep dan manfaat KPI, pembaca akan memiliki wawasan yang lebih baik tentang bagaimana menerapkan dan mengelola KPI secara efektif dalam upaya meningkatkan kinerja bisnis mereka.


Di tulisan ini kamu bisa temukan bagaimana KPI berguna bagi manajemen produk, perbedaan KPI dengan metrics, pentingnya KPI, tips mengembangkan KPI, apa saja kategori dan jenis KPI, dan lainnya, lengkap deh MinDi buatin untukmu!




Apa Itu KPI dalam Manajemen Produk?






Sumber :Freepik


KPI (Key Performance Indicator) adalah metrik atau indikator utama yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dan kinerja produk atau inisiatif produk tertentu. 


KPI digunakan untuk memantau pencapaian tujuan bisnis dan mengevaluasi sejauh mana produk atau inisiatif tersebut berhasil dalam mencapai hasil yang diharapkan.


Seiring dengan perkembangan industri dan peningkatan kompleksitas pasar, perusahaan menyadari bahwa mereka perlu lebih fokus pada hasil dan pencapaian tujuan bisnis mereka. 


Nah, KPI muncul sebagai alat penting dalam mengukur kinerja produk dan mengarahkan pengambilan keputusan yang berbasis data.


Dalam konteks manajemen produk, KPI digunakan untuk mengukur kesuksesan produk dari berbagai perspektif, seperti penerimaan pasar, pertumbuhan pengguna, retensi pelanggan, pendapatan, profitabilitas, dan lain sebagainya.


KPI membantu kamu memahami apakah produk mereka memenuhi harapan pelanggan, mencapai tujuan bisnis, dan apakah ada area yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan.


Seiring berjalannya waktu, praktik penggunaan KPI dalam manajemen produk terus berkembang. Metrik yang dianggap sebagai KPI yang efektif juga dapat berubah seiring dengan perkembangan industri dan perubahan kebutuhan pasar. 


Dengan begitu, tim produk perusahaan terus menyesuaikan KPI mereka untuk mencerminkan tujuan strategis dan fokus bisnis mereka.


Terus, kalau gitu apa bedanya KPI dengan Metrics ya??



Baca juga:   Rumus, Contoh dan Cara Menghitung Net Present Value (NPV)





Perbedaan KPI dengan Metrics




Sumber: Freepik


KPI (Key Performance Indicator) dan Metrics adalah dua istilah yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja dan evaluasi bisnis. Meskipun terkait erat, ada perbedaan penting antara keduanya.


Menurut datapad, KPI lebih efektif untuk memonitor performace suatu tujuan spesifik. Sementara itu, metrik lebih efektif juka dipakai untuk menilai performace semua area bisnismu. 


Hmm, masih bingung sama perbedaan metrics dan KPI? Nah, MinDi bakal kasi penjelasan lebih lengkap berdasarkan tujuan, penggunaan, dan contohnya. Yuk, simak penjelasan di bawah ini!



1. Tujuan


Perbedaan KPI dan Metrics bisa nampak dari tujuan mereka. Berikut uraiannya:


  • KPI: Tujuan utama dari KPI adalah untuk mengukur seberapa efektif organisasi dalam mencapai tujuan bisnis utama.

  • Metrik: Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi, produktivitas, dan kinerja secara umum, termasuk operasional dan taktikal. 



2. Penggunaan


Berikutnya, perbedaannya bisa dilihat dari cara penggunaannya. Berikut penjelasan detailnya:


  • KPI: KPI biasanya digunakan oleh manajemen puncak untuk mengambil keputusan strategis dan memonitor kinerja terhadap tujuan utama. KPI sering dijadikan dasar dalam penilaian kinerja dan penentuan prioritas.

  • Metrik: Metrik dapat digunakan oleh berbagai tingkat dalam organisasi untuk memonitor dan meningkatkan efisiensi operasional sehari-hari. Misalnya, waktu respon pelanggan, jumlah produk yang diproduksi, tingkat kepuasan pelanggan, dll.



3. Contoh


Perbedaan terakhir bisa dilihat dari contohnya. Berikut penjelasan lengkapnya:


  • KPI: Mencakup persentase pertumbuhan pendapatan, margin keuntungan, indeks kepuasan pelanggan, dan retensi pelanggan.

  • Metrik: Mencakup jumlah pengunjung website, panggilan pelanggan yang diterima, rata-rata waktu pelayanan, angka kesalahan dalam produksi.


Baca juga:   Update Terkini Gaji Product Management Tahun 2023



Apa Pentingnya Fungsi KPI dalam Manajemen Produk?



Sumber: Freepik


KPI (Key Performance Indicator) dalam product management memiliki beberapa kepentingan yang mendasar. Berikut adalah 5 alasan mengapa KPI penting dalam manajemen produk:



1. KPI Membantu Mengukur Keberhasilan Produk


KPI membantu dalam mengukur keberhasilan produk atau inisiatif produk dengan menghubungkan pencapaian tujuan bisnis dengan metrik yang konkret. 


Dengan KPI yang jelas, perusahaan dapat menilai sejauh mana produk atau inisiatif tersebut mencapai hasil yang diharapkan dan apakah mencapai tujuan bisnis yang ditetapkan.



2. KPI Membantu Memfokuskan Pengembangan Produk


KPI membantu dalam memfokuskan perhatian kamu pada hal-hal yang penting dan strategis. Dengan menetapkan KPI yang relevan, kamu dapat mengarahkan upaya mereka pada area yang paling berdampak.


Kamu juga menghindari dispersi sumber daya pada hal-hal yang kurang penting.



3. KPI Membantu Pengambilan Keputusan


KPI memberikan data dan informasi yang objektif untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik.


Dengan memiliki pemahaman yang jelas tentang kinerja produk berdasarkan KPI, kamu bisa melakukan analisis yang lebih mendalam, mengidentifikasi masalah, dan mengambil tindakan yang tepat untuk meningkatkan performa produk.



4. KPI Membantu Mengidentifikasi Peluang dan Tantangan


KPI membantu dalam mengidentifikasi peluang pertumbuhan dan tantangan yang perlu diatasi. Dengan melacak dan memonitor KPI secara berkala, kamu bisa mengidentifikasi tren, pola, atau perubahan yang berpotensi mempengaruhi performa produk. 


Hal ini memungkinkan mereka untuk merespons dengan cepat, mengambil langkah-langkah perbaikan, dan mengoptimalkan strategi produk.



5. KPI Membantu Mengkomunikasikan Performa Produk


KPI berfungsi sebagai alat komunikasi yang penting dalam manajemen produk. Dengan menggunakan KPI, kamu bisa dengan jelas menyampaikan performa produk kepada pihak-pihak terkait, seperti manajemen, tim eksekutif, atau pemangku kepentingan lainnya. 


Hal ini memungkinkan untuk adanya pemahaman yang sama tentang kinerja produk dan memfasilitasi pembuatan keputusan yang berdasarkan fakta dan data.


Baca juga:  Definisi dan Peran Pentingnya Backlog dalam Product Management



Apa 4 Jenis Kategori KPI?



Sumber: Freepik


KPI (Key Performance Indicator) dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori utama, yaitu Strategic KPIs, Operational KPIs, Functional KPIs , dan Leading/Lagging KPIs . Berikut penjelasan singkat tentang setiap kategori KPI:


1. Strategic KPIs (KPI Strategis)


Strategic KPIs  atau KPI Strategis  adalah KPI yang mencerminkan tujuan strategis  perusahaan dan visi keseluruhan perusahaan. KPI Strategis ini terkait dengan pencapaian tujuan jangka panjang dan memberikan panduan untuk pengambilan keputusan strategis.


Time frame KPI Strategis biasanya dalam periode waktu yang lebih lama. Misalnya, tujuan strategis mungkin berkaitan dengan pencapaian dalam tiga hingga lima tahun ke depan. 


KPI Strategis tidak berubah dengan frekuensi yang tinggi, karena KPI Strategis mencerminkan visi jangka panjang perusahaan dan memberikan panduan stabil untuk pengambilan keputusan strategis.


Contoh dari KPI Strategis termasuk pendapatan tahunan, pangsa pasar, kepuasan pelanggan, atau ROI (Return on Investment).



2. Operational KPIs (KPI Operasional)


Operational KPIs atau KPI Operasional adalah KPI yang berkaitan dengan operasional sehari-hari perusahaan. KPI ini digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas proses bisnis yang berkelanjutan.


KPI Operasional harus dapat diukur secara objektif, didasarkan pada data dan angka yang dapat dikuantifikasi untuk menggambarkan kinerja operasional dengan jelas. 


KPI Operasional mendorong tindakan yang spesifik untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, kualitas, atau pengiriman produk atau layanan.


Time frame KPI Operasional biasanya dalam berfokus pada pencapaian tujuan operasional dalam jangka pendek hingga menengah. 


Frekuensi perubahan KPI Operasional dapat berubah seiring waktu untuk mencerminkan perubahan dalam kebutuhan dan prioritas operasional perusahaan.


Contoh dari KPI Operasional termasuk tingkat produksi, tingkat pengiriman tepat waktu, tingkat pengembalian produk, atau biaya overhead.



3. Functional KPIs (KPI Fungsional)


Functional KPIs atau KPI Fungsional adalah KPI yang berfokus pada kinerja spesifik dari departemen atau fungsi tertentu di dalam perusahaan. 


KPI ini menyoroti tentang pencapaian tujuan fungsional dan membantu mengukur kontribusi setiap departemen terhadap keseluruhan kinerja perusahaan. 


Time frame KPI Fungsional bervariasi tergantung pada fungsi dan target yang ingin dicapai, sehingga sering kali mengikuti siklus atau jadwal tertentu yang terkait dengan proses bisnis atau kegiatan fungsional. 


Misalnya, KPI pemasaran mungkin berfokus pada pencapaian target pemasaran dalam periode waktu tertentu, seperti kampanye pemasaran bulanan atau peningkatan pertumbuhan tahunan.


Contoh dari KPI Fungsional termasuk tingkat retensi pelanggan oleh departemen pelayanan pelanggan, tingkat konversi penjualan oleh departemen pemasaran, atau tingkat kepatuhan regulasi oleh departemen kepatuhan.


Contoh dari KPI Fungsional termasuk tingkat retensi pelanggan oleh departemen pelayanan pelanggan, tingkat konversi penjualan oleh departemen pemasaran, atau tingkat kepatuhan regulasi oleh departemen kepatuhan.



4. Leading/Lagging KPIs


KPI Leading dan Lagging memberikan pandangan yang berbeda tentang kinerja perusahaan. KPI Leading adalah indikator awal yang memberikan petunjuk tentang pencapaian tujuan di masa depan, sementara KPI Lagging mengukur hasil masa lalu. 


KPI Leading (Leading KPIs) membantu dalam mengidentifikasi tren dan mengambil tindakan pencegahan atau perbaikan sebelum masalah menjadi signifikan, sementara KPI Lagging (Lagging KPIs) memberikan gambaran retroaktif tentang kinerja. 


Time frame KPI Leading biasanya lebih pendek, terkait dengan periode di mana aktivitas atau perilaku terjadi. Misalnya, leading KPIs dalam pemasaran dapat berfokus pada mingguan atau bulanan untuk memantau perubahan dalam perilaku konsumen.


Sementara itu, Time frame KPI Lagging lebih panjang, mencakup periode di mana hasil telah terjadi. Misalnya, lagging KPIs dalam keuangan dapat berfokus pada periode kuartalan atau tahunan untuk melihat hasil keuangan perusahaan.


Contoh dari KPI Leading termasuk tingkat konversi prospek menjadi pelanggan potensial, jumlah pengunjung situs web, atau tingkat interaksi media sosial. Kalau contoh dari KPI Lagging termasuk pendapatan bulanan, laba kotor, atau rating kepuasan pelanggan.


Dengan menggunakan kategori KPI yang berbeda ini, perusahaan dapat memantau kinerja mereka secara holistik.


Selain itu, perusahaan juga bisa memperoleh wawasan yang mendalam tentang pencapaian tujuan strategis, operasional, fungsional, serta mengidentifikasi peluang perbaikan di berbagai tingkatan.



Siapa yang Membuat KPI?



Sumber: Freepik


Pembuatan Key Performance Indicators (KPI) melibatkan berbagai pemangku kepentingan di perusahaan kamu dalam pembuatan KPI.


Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa KPI yang dikembangkan mencerminkan tujuan bisnis yang lebih luas dan memenuhi kebutuhan organisasi secara menyeluruh.


Berikut ini MinDi rangkum berdasarkan kategori KPI tentang siapa aja sih yang biasanya bertugas membuat serta menggunakannya:


1. KPI Strategis


Biasanya sih digunakan oleh manajemen tingkat atas perusahaan, termasuk CEO, eksekutif senior, dan dewan direksi. Tapi KPI Strategis bisa juga digunakan untuk memberikan transparansi dan memberi tahu para pemangku kepentingan eksternal, seperti investor, mitra bisnis, atau regulator.



2. KPI Operasional


Ini umum digunakan oleh manajer tingkat menengah dan fungsional untuk mengawasi kinerja operasional departemen atau tim di bawah mereka. 


Atau juga anggota tim operasional yang terlibat langsung dalam menjalankan proses bisnis, untuk dijadikan pedoman operasional.



3. KPI Fungsional


Biasanya yang ini digunakan oleh manajer fungsional untuk mengukur dan mengawasi kinerja departemen atau tim di bawah mereka. 


Ini bisa juga digunakan oleh anggota tim fungsional untuk memahami ekspektasi kinerja dan berkontribusi pada pencapaian tujuan fungsional.



4. Leading/Lagging KPIs


Ini biasanya digunakan oleh manajemen tingkat atas dan eksekutif untuk memantau kinerja perusahaan secara keseluruhan. 


KPI Leading dan Lagging juga digunakan oleh manajer fungsional untuk memantau kinerja departemen atau tim di bawah mereka.


Baca juga:  Skills dan Tugas Product Manager yang Harus Kamu Kuasai



Cara Membuat KPI Versi MinDi



Sumber: Freepik


Seperti yang udah dijelasin di atas, KPI penting untuk mengukur keberhasilan tujuan perusahaan. Lantas, gimana sih cara buat KPI yang efektif untuk capai kesuksesan?


Biar kamu gaperlu ribet mikirin gimana cara buatnya, kali ini MinDi bakalan ajari kamu spesial tips untuk menentukan KPI. Berikut adalah cara membuat KPI ala MinDi:


1. Definisikan Tujuan Strategis


Pertama, kamu harus tahu dulu apa tujuan strategis organisasi. Tentukan apa yang mau dicapai oleh perusahaan dalam jangka pendek dan panjang. Pastikan tujuan ini jelas dan spesifik. 


Dengan begitu, kamu mengetahui apa yang harus diukur bakal jadi lebih mudah.



2. Identifikasi Faktor Keberhasilan


Berikutnya, kamu bisa identifikasi faktor keberhasilan yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan sebelumnya. Faktor-faktor yang sudah kamu identifikasi inilah yang akan jadi dasar dalam pembuatan KPI.


Setelah itu, kamu bisa analisis bagaimana masing-masing faktor ini berpengaruh pada keberhasilan tujuan.



3. Buat KPI Spesifik dan Terukur


Langkah selanjutnya adalah membuat KPI yang spesifik dan terukur. Pastikan untuk pilih indikator yang dapat mengukur kinerja terhadap faktor keberhasilan secara akurat.


Untuk memastikan setiap KPI jelas dan efektif, kamu bisa gunakan prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-Bound Goals).



4. Tetapkan Target dan Threshold


Berikutnya, tetapkan target yang realistis untuk masing-masing KPI berdasarkan data historis dan benchmark industri. Lalu, tentukan juga batas bawah dan atas untuk performa yang dapat diterima, memungkinkan tim untuk memantau kapan harus bertindak.



5. Integrasikan dengan Proses Kerja


Kemudian, pastikan KPI terintegrasi dengan proses kerja sehari-hari. Semua anggota tim harus memahami KPI dan bagaimana mereka dapat berkontribusi.


Jangan lupa untuk siapkan alat dan sistem yang diperlukan untuk mengukur dan melaporkan KPI secara berkala.



6. Lakukan Evaluasi dan Penyesuaian


KPI harus dipantau secara terus-menerus untuk mengevaluasi kemajuan terhadap tujuan.


Jangan lupa untuk siapkan diri guna menyesuaikan KPI jika terjadi perubahan dalam kondisi bisnis atau jika KPI tidak lagi mencerminkan situasi yang dihadapi organisasi.



7. Buat Laporan dan Komunikasikan dengan Tim


Terakhir, buat laporan berkala mengenai performa KPI untuk manajemen dan tim yang relevan. Pastikan juga komunikasi tentang kinerja dan bagaimana ini mempengaruhi tujuan keseluruhan organisasi dilaksanakan dengan jelas.



Tips Cara Menerapkan KPI yang Efektif



Sumber: Freepik


Berikut ini adalah beberapa tips untuk mengembangkan Key Performance Indicators (KPI) yang efektif:


  1. Pastikan KPI yang dikembangkan secara langsung terhubung dengan tujuan strategis perusahaan kamu. KPI harus mampu mengukur kemajuan dalam mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang.

  2. Tentukan KPI yang spesifik dan dapat diukur dengan jelas. Pastikan KPI dapat dijabarkan menjadi angka atau persentase yang dapat dihitung secara objektif. Kamu juga harus hindari KPI yang terlalu umum atau sulit diukur.

  3. Pastikan KPI yang dipilih relevan dengan tujuan bisnis dan area fungsional yang sedang dikerjakan. Fokus pada hasil yang diinginkan, seperti peningkatan penjualan, kepuasan pelanggan, efisiensi operasional, atau inovasi produk.

  4. Pastikan KPI yang ditetapkan realistis dan dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia. Pertimbangkan ketersediaan data yang diperlukan untuk mengukur KPI dan pastikan ada kemampuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan.

  5. Gunakan prinsip SMART (Spesifik, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound) untuk mengembangkan KPI yang efektif. Pastikan KPI spesifik dalam pengukuran, dapat diukur dengan jelas, dapat dicapai, relevan dengan tujuan bisnis, dan memiliki batasan waktu yang ditetapkan.

  6. Libatkan pemangku kepentingan perusahaan terkait dalam proses pengembangan KPI. Dengan melibatkan mereka, kamu bisa memastikan bahwa KPI mencerminkan kebutuhan dan harapan yang relevan dari berbagai pihak yang terlibat.

  7. Lakukan evaluasi berkala terhadap KPI yang telah ditetapkan dan terus sesuaikan sesuai dengan perubahan kebutuhan atau kondisi bisnis. KPI yang efektif harus selalu mengikuti perkembangan perusahaan dan memberikan wawasan yang berarti.


Dengan mengikuti tips ini, MinDi harap  kamu bisa mengembangkan KPI yang efektif  yang akan membantu dalam mengukur kinerja dan mencapai tujuan bisnis yang diinginkan. 


Penting untuk terus memantau dan mengevaluasi KPI secara berkala untuk memastikan relevansi dan keefektifan mereka seiring dengan perubahan lingkungan bisnis kamu.



Contoh-Contoh KPI




Sumber: Freepik


Biar makin jelas lagi, MinDi coba kasih kamu beberapa contoh KPI yang umumnya dipakai orang-orang ya! Berikut contohnya:


1. Sales (Penjualan)


Dalam divisi sales, ada beberapa elemen yang harus dijadikan sebagai KPI. Berikut adalah contohnya:


  • Total Revenue (Total Pendapatan): Mengukur pendapatan total yang dihasilkan oleh tim penjualan dalam periode tertentu.

  • Conversion Rate (Tingkat Konversi): Persentase prospek yang berhasil diubah menjadi pelanggan.

  • Average Deal Size (Ukuran Rata-Rata Transaksi): Rata-rata nilai dari setiap transaksi penjualan yang berhasil.

  • Customer Retention Rate (Tingkat Retensi Pelanggan): Persentase pelanggan yang terus membeli dari perusahaan setelah pembelian pertama.

  • Sales Growth (Pertumbuhan Penjualan): Pertumbuhan penjualan dari periode ke periode.



2. HR (Human Resources)


Sementara itu, beberapa elemen yang harus dijadikan sebagai KPI dalam divisi HR antara lain:


  • Employee Turnover Rate (Tingkat Perputaran Karyawan): Persentase karyawan yang meninggalkan perusahaan dalam periode tertentu.

  • Employee Engagement Score (Skor Keterlibatan Karyawan): Skor yang mengukur tingkat keterlibatan dan kepuasan karyawan berdasarkan survei internal.

  • Time to Fill (Waktu Pengisian Posisi): Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengisi posisi yang kosong.

  • Training Effectiveness (Efektivitas Pelatihan): Pengukuran seberapa efektif pelatihan dalam meningkatkan kinerja karyawan.

  • Cost Per Hire (Biaya Per Penerimaan Karyawan): Total biaya yang dikeluarkan untuk perekrutan dibagi dengan jumlah karyawan yang direkrut.



3. Social Media Specialist (Spesialis Media Sosial)


Sementara itu, beberapa elemen yang harus dijadikan sebagai KPI dalam divisi social media antara lain:


  • Engagement Rate (Tingkat Keterlibatan): Persentase pengikut yang berinteraksi dengan konten (like, share, komentar).

  • Follower Growth (Pertumbuhan Pengikut): Tingkat pertumbuhan jumlah pengikut dalam periode waktu tertentu.

  • Click-Through Rate (CTR) on Posts (Tingkat Klik Melalui Postingan): Persentase klik pada tautan dalam postingan dibandingkan dengan total impresi.

  • Conversion from Social Media (Konversi dari Media Sosial): Jumlah konversi yang dapat dilacak kembali ke media sosial.

  • Brand Mention (Sebutan Merek): Jumlah kali sebuah merek disebutkan dalam platform media sosial.



4. Finance (Keuangan)


Lalu, untuk divisi finance, KPI yang digunakan mencakup:

  • Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor): Persentase laba kotor dari pendapatan.

  • Operating Cash Flow (Arus Kas Operasi): Kas yang dihasilkan dari aktivitas operasional.

  • Budget Variance (Varian Anggaran): Perbedaan antara anggaran yang direncanakan dan pengeluaran aktual.

  • Return on Investment (ROI): Pengembalian dari investasi tertentu.

  • Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas): Proporsi hutang terhadap ekuitas dalam pembiayaan perusahaan.



5. Digital Marketing


Terakhir, untuk divisi digital marketing, berikut adalah KPI yang sering digunakan:


  • Traffic to Lead Ratio (Rasio Trafik ke Lead): Persentase pengunjung situs web yang diubah menjadi leads.

  • Cost Per Acquisition (CPA): Biaya rata-rata untuk memperoleh pelanggan baru.

  • Organic Traffic Growth (Pertumbuhan Trafik Organik): Pertumbuhan jumlah pengunjung dari hasil pencarian organik.

  • Email Open Rate (Tingkat Pembukaan Email): Persentase email yang dibuka oleh penerima.

  • Social Media Traffic Contribution to Website (Kontribusi Trafik Media Sosial ke Situs Web): Persentase kunjungan situs web yang berasal dari media sosial.


Di bawah ini contoh KPI yang dipakai untuk karyawan Digital Marketing:




Sementara itu, di bawah ini contoh KPI yang dipakai untuk karyawan dalam tim digital marketing dengan posisi SEO Content Writer:





FAQ Tentang Key Performance Indicators (KPI)



Sumber: Freepik


Untuk memperdalam pengetahuanmu soal KPI, MinDi juga siapkan beberapa pertanyaan umum tentang KPI. Berikut adalah pertanyaannya:


Kenapa KPI Penting?


KPI, atau Key Performance Indicators, adalah alat penting dalam manajemen bisnis karena memberikan beberapa manfaat penting, yakni:


  1. Pengukuran Kinerja: KPI memberikan data kuantitatif yang jelas untuk mengukur seberapa baik individu, tim, atau organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  2. Pengambilan Keputusan: Dengan data dari KPI, manajemen dapat membuat keputusan yang lebih informasi mengenai arah dan strategi bisnis. KPI dapat menunjukkan kebutuhan untuk pivot atau perubahan dalam strategi jika tujuan tidak tercapai.

  3. Penyelarasan Tujuan: KPI memfasilitasi komunikasi yang jelas tentang apa yang penting untuk sukses organisasi dan bagaimana kontribusi individu berdampak pada hasil tersebut.




Apa Penyebab KPI yang Gagal?


Meskipun KPI adalah alat yang sangat berharga, mereka sering kali gagal memberikan hasil yang diinginkan karena beberapa alasan:


  1. Tidak Spesifik atau Tidak Relevan: KPI yang tidak spesifik atau tidak berkaitan langsung dengan tujuan strategis bisnis cenderung tidak efektif.

  2. Terlalu Banyak KPI: Terlalu banyak KPI dapat menyebabkan kebingungan dan fokus yang terpecah. Hal ini bisa mengurangi efektivitas KPI karena tim mungkin tidak yakin mana yang harus diprioritaskan.

  3. Kurangnya Komunikasi: KPI yang tidak dikomunikasikan dengan jelas ke semua anggota tim cenderung gagal. Penting bagi setiap karyawan untuk memahami KPI mereka, alasan di balik penggunaannya, dan bagaimana mereka dapat mempengaruhi hasil tersebut.

  4. Tidak Ada Tinjauan atau Pembaruan: KPI harus ditinjau dan diperbarui secara berkala untuk memastikan bahwa mereka tetap relevan dengan kondisi pasar dan tujuan bisnis yang berkembang. 

  5. Ketergantungan pada KPI Kuantitatif Saja: Terlalu bergantung pada KPI kuantitatif dan mengabaikan aspek kualitatif dari kinerja bisa mengarah pada hasil yang menyesatkan. 



Kesimpulan


Secara keseluruhan, KPI adalah alat bantu untuk mengukur dan mengoptimalkan kinerja di berbagai area fungsional organisasi. Tapi, perlu diingat bahwa KPI bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan spesifik dari perusahaan kamu. 


Pastikan kamu menetapkan KPI yang relevan dan dapat diukur untuk memantau kinerja dan pencapaian target dalam mengoptimalkan kinerja dan mendapatkan hasil yang diinginkan.


KPI dalam manajemen produk telah menjadi alat yang tak terpisahkan untuk mengukur dan mengarahkan kinerja produk. 


Dengan mengumpulkan dan menganalisis data melalui KPI, tim produk kamu bisa membuat keputusan yang lebih baik, dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya.


Kamu juga bisa mencapai kesuksesan dalam mengembangkan produk yang memenuhi kebutuhan pasar dan mencapai tujuan bisnis.


Sembari KPI yang membantu kamu mengerahkan kinerja produk, MinDi juga ingin membantu kamu untuk meningkatkan kinerjamu menjadi seorang product manager yang lebih baik.


Untuk itu, MinDi rekomendasikan kamu tuk kembangkan keahlianmu lewat Bootcamp Product Management. Kamu bisa daftar di sini dan dapetin segala benefit seperti membuat portofolio berdasarkan real project dan penyaluran tempat magang terbaik.


Selain itu, kamu juga dijamin dapat pekerjaan di sini. Jaminan ini sudah dibuktikan oleh 94% alumni Dibimbing yang berhasil dapat kerja setelah menyelesaikan bootcamp.


Tunggu apa lagi? Yuk, daftar dan wujudkan impianmu bareng Dibimbing.id! Apapun tujuannya, Dibimbing siap #BimbingSampaiJadi karir impianmu!


Referensi


Net Present Value (NPV): What It Means and Steps to Calculate It - Buka


What is a KPI? - Buka


What is the Difference Between a KPI and a Metric? - Buka


FAQ Key Performance Indicator - Buka

Share

Author Image

Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi

Khadijah adalah SEO Content Writer di Dibimbing dengan pengalaman menulis konten selama kurang lebih setahun. Sebagai lulusan Bahasa dan Sastra Inggris yang berminat tinggi di digital marketing, Khadijah aktif berbagi pandangan tentang industri ini. Berbagai topik yang dieksplorasinya mencakup digital marketing, project management, data science, web development, dan career preparation.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!