dibimbing.id - Stress Testing: Pengertian, Tujuan, Tools, dan Contohnya

Stress Testing: Pengertian, Tujuan, Tools, dan Contohnya

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

15 April 2025

229

Image Banner

Stress testing adalah teknik pengujian untuk mengetahui seberapa kuat sistem bertahan saat menghadapi beban ekstrem. Buat kamu yang tertarik di dunia QA, ini penting banget dipahami.

Metode ini biasa digunakan untuk melihat apakah aplikasi tetap stabil saat banyak pengguna aktif sekaligus atau saat terjadi lonjakan trafik. Cocok diterapkan di sistem yang melayani publik secara real-time.

Di artikel ini, MinDi bakal bahas pengertian stress testing, tujuannya, tools yang bisa kamu pakai, dan contoh nyatanya. Yuk, simak bareng sampai tuntas!

Baca juga : Panduan Memilih Bootcamp Quality Assurance Terbaik 2025


Apa Itu Stress Testing?


Stress testing adalah jenis pengujian perangkat lunak yang bertujuan untuk mengetahui batas maksimal kemampuan sistem saat berada di bawah tekanan ekstrem. 

Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan beban berlebih, melebihi kapasitas normal, untuk melihat bagaimana sistem merespons. 

Tujuannya bukan hanya melihat apakah sistem tetap berjalan, tapi juga bagaimana sistem gagal—apakah crash, melambat, atau kehilangan data. 

Teknik ini sangat penting untuk memastikan stabilitas aplikasi dalam kondisi tak terduga, seperti lonjakan pengguna mendadak atau serangan trafik tinggi.

Baca juga : Software Quality Assurance Adalah: Arti, Tujuan, dan Proses


Tujuan dan Manfaat Stress Testing


Sumber: Canva

Kalau kamu ingin aplikasi tetap stabil meskipun ditekan habis-habisan, stress testing adalah jawabannya. Metode ini punya beberapa tujuan dan manfaat penting yang wajib dipahami oleh setiap tim QA maupun developer:


1. Mengetahui Batas Kapasitas Sistem


Stress testing membantu kamu mengukur seberapa banyak beban yang bisa ditanggung sistem sebelum gagal. 

Ini penting untuk menentukan batas aman dan mencegah kerusakan yang tidak terduga. Dengan mengetahui batas ini, tim bisa merencanakan skalabilitas yang lebih baik.


2. Mengidentifikasi Titik Lemah Sistem


Pengujian ini mampu mengungkap bagian sistem yang paling rentan saat dibebani secara ekstrem. 

Misalnya, bottleneck pada database, server yang overload, atau UI yang lambat. Informasi ini sangat berguna untuk perbaikan performa di masa depan.


3. Memastikan Sistem Pulih dengan Benar Setelah Gagal


Tidak semua aplikasi akan tahan banting, tapi penting untuk tahu apakah sistem bisa recovery dengan baik setelah crash

Stress testing membantu melihat bagaimana aplikasi memulihkan diri setelah gagal total. Ini sangat krusial untuk sistem yang harus tetap online seperti aplikasi perbankan atau e-commerce.


4. Mengurangi Risiko Gangguan Saat Live


Dengan menguji sistem sebelum diluncurkan, kamu bisa mencegah terjadinya downtime saat trafik tinggi seperti promo besar atau event online

Ini meningkatkan kepercayaan pengguna karena aplikasi tetap stabil saat dibutuhkan. Ujungnya? Reputasi brand kamu juga lebih aman.

Baca juga : Software Testing Automation: Manfaat, Cara Kerja, & Tools


Contoh Penerapan Stress Testing


Sumber: Canva

Stress testing bukan sekedar teori, tapi sangat nyata penerapannya di berbagai platform digital. Nah, MinDi udah siapin beberapa contoh biar kamu makin kebayang gimana metode ini bekerja dalam dunia nyata:


1. E-Commerce Saat Flash Sale


Saat flash sale, ribuan pengguna bisa masuk ke aplikasi secara bersamaan dalam hitungan detik. 

Stress testing dilakukan untuk memastikan server, sistem pembayaran, dan fitur checkout tetap berjalan lancar tanpa crash. Tujuannya adalah menjaga pengalaman pengguna tetap mulus walau trafik melonjak tajam.


2. Aplikasi Keuangan Menjelang Akhir Bulan


Di akhir bulan, aplikasi perbankan atau payroll sering mengalami lonjakan akses karena transaksi massal. 

Pengujian ini membantu memeriksa apakah sistem tetap stabil saat menghadapi volume transaksi yang jauh di atas rata-rata. Ini penting agar tidak terjadi keterlambatan atau kegagalan layanan finansial.


3. Portal Pemerintah Saat Pembukaan Pendaftaran


Website pemerintah sering mengalami lonjakan akses saat ada pembukaan CPNS, bantuan sosial, atau pendaftaran sekolah. 

Stress testing dilakukan untuk melihat apakah sistem bisa menampung lonjakan trafik yang datang tiba-tiba. Tanpa pengujian ini, sistem bisa down di saat paling krusial bagi masyarakat.

Baca juga : Sertifikat QA: Jenis, Manfaat, dan Cara Mendapatkannya


Tools yang Digunakan untuk Stress Testing


Sumber: Canva

Supaya proses stress testing berjalan maksimal, kamu perlu dukungan tools yang tepat dan powerful. Nah, berikut beberapa tools populer yang sering digunakan oleh tim QA dan developer profesional:


1. Apache JMeter


JMeter adalah tool open-source yang banyak dipakai untuk menguji performa dan beban aplikasi web. 

Kamu bisa mensimulasikan ribuan pengguna virtual secara bersamaan dan mengatur parameter stres sesuai kebutuhan. Interface-nya user-friendly dan hasil laporannya lengkap, cocok untuk pemula maupun profesional.


2. Gatling


Gatling adalah tools berbasis Scala yang fokus pada pengujian performa tinggi dan mendalam. 

Cocok banget buat aplikasi real-time atau API yang perlu diuji dengan skenario kompleks. Gatling juga terkenal karena kemampuannya menyajikan grafik hasil testing secara detail dan elegan.


3. Locust


Locust menggunakan bahasa Python dan sangat fleksibel untuk membuat skenario stress testing yang bisa dikustomisasi. Kamu bisa mengatur perilaku pengguna virtual sesuai dengan interaksi nyata di aplikasi. Cocok digunakan jika kamu ingin tes dalam skala besar dan script-nya tetap mudah dibaca.


4. BlazeMeter


BlazeMeter adalah platform berbasis cloud yang mendukung pengujian beban skala besar, termasuk integrasi dengan JMeter dan Selenium. Dengan BlazeMeter, kamu bisa menjalankan stress testing dari berbagai lokasi di dunia. 

Tools ini juga dilengkapi dashboard real-time yang membantu dalam analisis performa secara cepat.

Baca juga : Apa Itu QA Tester? Jenis, Skill, dan Cara Memulai Karier


Sudah Siap Kuasai Teknik Stress Testing Secara Profesional?


Setelah memahami pengertian, tujuan, tools, dan contoh penerapan stress testing, ini saatnya kamu pelajari lebih dalam dan praktik langsung bersama ahlinya.

Ikuti Bootcamp Quality Assurance di Dibimbing.id dan kuasai berbagai metode pengujian termasuk stress testing, automation testing, hingga pengujian berbasis skenario nyata. 

Dengan kurikulum yang dirancang sesuai kebutuhan industri dan mentor berpengalaman, kamu akan belajar dari dasar hingga siap kerja.

Dibimbing.id telah dipercaya oleh lebih dari 840+ hiring partner dengan tingkat keberhasilan alumni hingga 95%. 

Daftar sekarang di sini dan mulai perjalananmu sebagai QA Engineer profesional yang mampu menjamin performa aplikasi dalam kondisi paling ekstrem. #BimbingSampeJadi


Referensi


  1. What Is Stress Testing? How It Works, Main Purpose, and Examples [Buka]

Share

Author Image

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.

Hi!👋
Kalau kamu butuh bantuan,
hubungi kami via WhatsApp ya!