5 Metode Prototype dan 5 Jenis-jenis Prototype, Terlengkap!

Hudita A. R. Lubis

•

04 July 2023

•

20809

Image Banner

Dalam dunia desain antarmuka pengguna (UI/UX), prototyping adalah elemen kunci yang membantu dalam mengembangkan pengalaman pengguna yang baik. Metode dan jenis-jenis prototype memiliki peran penting dalam memfasilitasi proses desain yang efektif dan menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan pengguna. 


Metode prototype mencakup berbagai pendekatan yang digunakan oleh desainer untuk membuat prototipe yang dapat diuji dan dievaluasi sebelum produk akhir dikembangkan. Jenis-jenis prototype muncul dan dibuat bervariasi sesuai kebutuhan dan jenis produk yang kamu punya.


Nah, MinDi bakal jelasin dengan bahasa yang sederhana dan ringkas untuk kamu tentang serba-serbi metode dan jenis-jenis prototype yang sering digunakan dalam desain UI/UX.


Apa Saja Metode Membuat Prototype?


MinDi coba rangkum dari beberapa sumber di sini, dan berhasil mengklasifikasikan dua tipe metode prototyping. Yang pertama adalah metode prototyping berdasarkan bentuk akhirnya, seperti Paper prototyping, Digital prototyping, dan Coded prototyping atau HTML & JavaScript prototyping. Kemudian, yang kedua adalah metode prototyping berdasarkan waktu yang diperlukan, seperti Regular prototyping dan Rapid prototyping.


Mulai dari metode paper prototyping, digital prototyping, dan coded prototyping (HTML & JavaScript prototyping) yang dibuat dengan pendekatan bentuk hasil akhir, hingga metode regular prototyping yang terstruktur dan metode rapid prototyping yang lebih cepat dan fleksibel, MinDi akan jelasin lengkapnya di sini.


Metode prototyping yang umumnya digunakan adalah paper prototyping, digital prototyping, dan HTML & JavaScript prototyping. Berikut adalah penjelasannya:

  1. Paper Prototyping

Paper prototyping adalah metode prototyping yang melibatkan pembuatan mock-up atau sketsa tangan menggunakan bahan seperti kertas, pensil, dan bahan-bahan fisik sederhana lainnya. Paper prototyping merupakan pendekatan yang cepat dan murah untuk menguji ide dan konsep desain sebelum memulai pembuatan prototipe digital yang lebih kompleks. 


Dalam paper prototype, elemen desain seperti tombol, menu, dan tautan antarmuka pengguna digambar secara manual. Paper prototype sering digunakan dalam sesi prototyping kolaboratif dan validasi cepat ide desain sebelum beralih ke prototipe digital.


Dalam paper prototyping, interaksi antarmuka pengguna dapat disimulasikan dengan menggunakan potongan kertas yang dapat dipindahkan atau dilekatkan dengan bantuan post-it note. Keuntungan dari paper prototyping adalah kemampuan untuk dengan cepat mengiterasi dan memperbaiki desain, serta melibatkan pengguna dalam proses evaluasi awal.


  1. Digital Prototyping

Digital prototyping melibatkan penggunaan perangkat lunak khusus, seperti alat desain UI/UX atau prototyping tools, untuk membuat prototipe interaktif dengan tampilan dan fungsionalitas yang lebih mendekati produk akhir. Digital prototyping bisa berupa prototipe statis yang menampilkan tata letak, elemen desain, dan transisi antarmuka pengguna, atau prototipe interaktif dengan kemampuan untuk menguji interaksi langsung dengan pengguna. 


Digital prototyping memungkinkan desainer untuk memvalidasi ide dan konsep desain secara lebih realistis sebelum mengembangkan produk yang sebenarnya. Beberapa alat atau aplikasi populer untuk digital prototyping termasuk Adobe XD, Sketch, Figma, dan InVision.


  1. Coded Prototyping 

Coded prototyping adalah prototipe yang dibangun dengan menggunakan kode pemrograman. Coded prototyping melibatkan pengembangan prototipe yang mendekati fungsionalitas produk akhir menggunakan bahasa pemrograman seperti HTML, CSS, JavaScript, atau bahasa pemrograman lainnya. 


Maka dari itu, HTML & JavaScript prototyping juga dikenal dengan coded prototyping yang melibatkan pembuatan prototipe menggunakan bahasa markup HTML dan bahasa pemrograman JavaScript. HTML & JavaScript prototyping adalah pendekatan yang lebih teknis yang memungkinkan desainer untuk membuat prototipe yang lebih interaktif dan dinamis. 


Dengan menggunakan kombinasi HTML, CSS, dan JavaScript, desainer dapat mengembangkan prototipe yang mendekati fungsi produk akhir, termasuk interaksi, animasi, dan logika pengguna. Pendekatan ini cocok untuk desainer yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pemrograman web.


Coded prototype memberikan tingkat realisme yang tinggi dan memungkinkan pengujian yang lebih mendalam terhadap interaksi dan fungsionalitas yang telah dikodekan. Coded prototype berguna ketika desain melibatkan fungsionalitas kompleks atau integrasi dengan teknologi tertentu.


Baca juga: Cari Tahu Bedanya UI UX Design Lewat 5 Hal Ini!


1. Regular Prototyping

Metode regular prototyping adalah pendekatan yang lebih tradisional dengan sangat umum dalam pembuatan prototipe. Dalam regular prototyping, proses pengembangan prototipe dilakukan secara berurutan dan terstruktur. 


Biasanya dimulai dengan merancang sketsa kasar atau wireframe untuk menggambarkan tata letak dan struktur antarmuka. Kemudian, prototipe dibangun dengan tingkat kerincian yang lebih tinggi, mulai dari desain visual hingga fungsionalitas interaktif.


Regular prototyping melibatkan waktu dan upaya yang lebih besar dalam pembuatan prototipe yang lengkap dan rinci. Prosesnya melibatkan tahap perencanaan yang lebih matang, pembangunan bertahap, dan pengujian mendalam. 


Keuntungan utama metode regular prototyping adalah kemampuannya untuk memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana produk akhir akan terlihat dan berperilaku. Namun, kelemahannya adalah waktu dan biaya yang diperlukan untuk menciptakan prototipe yang lengkap dan akurat.


  1. Rapid Prototyping

Metode rapid prototyping adalah pendekatan yang lebih cepat dan fleksibel dalam pembuatan prototipe. Dalam rapid prototyping, prototipe dibuat dengan waktu yang lebih singkat dan menggunakan alat yang lebih sederhana. 


Fokus utama rapid prototyping adalah pada validasi konsep dan pengujian fitur utama. Rapid prototyping membantu dalam mengidentifikasi masalah atau kekurangan lebih awal dalam proses pengembangan, sehingga memungkinkan perbaikan dan penyempurnaan yang lebih cepat.


Rapid prototyping memanfaatkan alat dan teknologi seperti prototyping perangkat lunak, alat desain interaktif, atau bahkan cetakan 3D untuk menciptakan prototipe yang kasar namun cukup mewakili konsep yang akan diuji. Tujuannya adalah untuk memperoleh umpan balik secepat mungkin dan melakukan iterasi cepat dalam desain.


Rapid prototyping memiliki keuntungan dalam hal kecepatan, fleksibilitas, dan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan metode regular prototyping. Namun, prototipe yang dihasilkan mungkin gak sejelas atau se-komprehensif prototipe yang dibuat dengan metode regular.


Setiap metode prototyping memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri tergantung pada kebutuhan proyek dan tingkat keterampilan kamu. Penting untuk memilih metode yang sesuai dengan tujuan prototyping dan sumber daya yang tersedia. 


Terlepas dari metode yang digunakan, prototyping adalah alat yang kuat untuk menguji, mengiterasi, dan memperbaiki desain sebelum melanjutkan ke tahap pengembangan yang lebih lanjut.


Apa metode dan jenis-jenis prototype yang cocok? Meme ala MinDi

Dibimbing.id -  Apa metode dan jenis-jenis prototype yang cocok? Meme ala MinDi


Apa Saja Jenis-jenis Prototype?


Dalam desain UI/UX, terdapat beberapa jenis prototype, yaitu Low-fidelity prototype, High-fidelity prototype, Interactive prototype, Responsive Prototype, dan Simulative Prototype yang digunakan untuk menggambarkan dan menguji pengalaman pengguna. Berikut adalah beberapa jenis prototype yang umum digunakan:


  1. Low-fidelity Prototype 

Low-fidelity prototype (Prototipe Rendah Detail) adalah prototipe dengan tingkat detail yang rendah yang dibuat dengan cepat dan sederhana. Low-fidelity prototype biasanya menggunakan sketsa kasar, potongan kertas, atau alat desain yang sederhana seperti wireframe


Tujuan utama dari low-fidelity prototype adalah untuk menyampaikan konsep dan struktur dasar produk dengan cepat tanpa terlalu banyak detail visual atau interaksi yang kompleks. Low-fidelity prototype ini lebih fleksibel sehingga memungkinkan kamu untuk dengan mudah melakukan perubahan, menguji konsep, dan mengumpulkan umpan balik awal dari pengguna. 


  1. High-fidelity Prototype

High-fidelity prototype (Prototipe Tinggi Detail) adalah prototipe yang mencakup elem visual lebih realistis dalam menampilkan fungsi asli produk yang akan dikembangkan dan interaksi akhir produk yang lebih kompleks. High-fidelity prototype biasanya dibuat dengan alat desain seperti Figma, Adobe XD, atau Sketch, dan mencakup elemen visual yang lebih lengkap seperti warna, tipografi, dan gambar. 


High-fidelity prototype memungkinkan pengguna untuk mendapatkan pengalaman yang lebih dekat dengan produk sebenarnya karena prototipe ini memiliki tingkat kecanggihan dan detail yang tinggi. High-fidelity prototype berguna dalam menguji dan memvalidasi desain yang lebih kompleks, mengevaluasi pengalaman pengguna secara mendalam, dan memberikan presentasi realistis kepada para pemangku kepentingan.


  1. Interactive Prototype

Interactive prototype (Prototipe Interaktif) adalah prototipe yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan elemen-elemen antarmuka pengguna dalam desain. Interactive prototype mencakup navigasi antarmuka pengguna, animasi, dan respons interaktif lainnya, yang menyimulasikan interaksi, alur pengguna, dan fungsionalitas produk yang lebih akurat.


Interactive prototype sering digunakan untuk menguji pengalaman pengguna, mengidentifikasi masalah, menguji navigasi, berinteraksi dengan elemen UI, dan memberikan umpan balik berdasarkan pengalaman pengguna langsung. Interactive prototype menggunakan alat desain dan prototyping yang mendukung fitur interaktif, seperti InVision, Proto.io, atau Axure RP. 


  1. Responsive Prototype

Responsive Prototype (Prototipe Responsif) adalah prototipe yang menyesuaikan tampilan dan fungsionalitas dengan berbagai ukuran layar dan perangkat. Responsive Prototype memungkinkan pengujian tampilan, responsivitas, dan interaksi yang optimal pada berbagai jenis perangkat.


Responsive Prototype penting dalam desain responsif yang memastikan pengalaman pengguna yang konsisten di berbagai platform, seperti mobile, tablet, dan desktop. 


  1. Simulative Prototype 

Simulative Prototype (Prototipe Simulasi) adalah prototipe yang menggunakan perangkat lunak atau alat khusus yang dirancang untuk simulasi interaksi atau pengalaman tertentu. 


Misalnya, dalam desain UI/UX untuk aplikasi mobile, alat prototyping dapat memungkinkan simulasi gerakan atau sentuhan pada layar. Simulative Prototype berguna untuk menguji dan memvalidasi aspek khusus yang berhubungan dengan pengalaman pengguna yang unik atau situasi tertentu.


Baca juga: Gaji UI/UX Designer dan UI/UX Researcher Terbaru Tahun 2023 


Setiap jenis prototype memiliki kelebihan dan tujuan penggunaan yang berbeda. Pemilihan jenis prototype tergantung pada fase proyek, sumber daya yang tersedia, dan tujuan pengujian, tingkat detail yang dibutuhkan, konteks penggunaan produk, dan sumber daya yang tersedia.


Nah, kalau pemilihan tempat belajar kamu gimana, Sobat MinDi? Kalau MinDi boleh saranin pemilihan tempat kamu mencari ilmu juga gak boleh asal! Kamu bisa coba Bootcamp UI/UX Designer sebagai contoh tempat kamu mendapatkan lebih dari sekedar materi UI/UX , tapi juga kesempatan untuk disalurkan kerja dengan 515+ hiring partner dari Dibimbing.id. Segera cek promo bootcamp-nya di sini !

Share

Author Image

Hudita A. R. Lubis

Hudita merupakan penulis lepas di berbagai topik. Dengan pengalaman lebih dari 2 tahun, ia terkenal dengan tulisannya yang padat dan jelas di topik-topik Project Management dan UI/UX design. Hudita juga merupakan seseorang yang punya rasa ingin tahu yang tinggi dan hobi menulis.