Cross Selling Adalah: Definisi, Manfaat, Strategi, & Contoh
Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi
•
14 May 2024
•
512
Sobat MinDi pernah membayar di kasar dan ditawari untuk membeli produk tambahan? Yup, ini adalah bagian dari cross selling. Secara garis besar, cross selling adalah strategi penjualan di mana konsumen ditawarkan produk atau layanan tambahan yang relevan.
Apa Itu Cross Selling pada Bisnis?
Dalam dunia bisnis, cross selling adalah strategi di mana penjual menawarkan produk atau layanan tambahan untuk melengkapi apa yang sudah dibeli oleh konsumen.
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan nilai rata-rata pesanan (average order value) atau nilai seumur hidup pelanggan (lifetime value). Bukan hanya itu, cross selling adalah strategi yang juga bisa memperkuat hubungan dengan pelanggan.
Apa Sih Manfaat Cross Selling pada Bisnis?
Sumber: Freepik
Seperti yang Sobat MinDi tahu, cross selling adalah strategi paling tepat untuk meningkatkan penjualan. Tapi, ini bukan satu-satunya manfaat strategi ini, lho!
Meningkatkan Revenue
Salah satu manfaat terbesar dari cross selling adalah kemampuannya untuk meningkatkan pendapatan. Hal ini bisa dicapai tanpa perlu mengeluarkan biaya lebih banyak untuk pemasaran.
Dilansir dari twilio segment, biaya akuisisi pelanggan bisa mencapai dan meningkat hingga 50%. Akan tetapi, perusahaan yang melakukan cross selling bisa memperoleh lebih banyak pendapatan dari pelanggan yang sudah ada.
Hal ini bisa mereka dapatkan tanpa perlu mengeluarkan biaya tambahan pemasaran.
Membangun Loyalty
Cross selling yang efektif juga menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih personal. Mengutip twilio segment, personalisasi juga bisa meningkatkan pengeluaran pelanggan untuk pembelian produk hingga 34%.
Sementara itu, personalisasi yang minim bisa mendorong pelanggan untuk beralih ke pesaing. Oleh karena itu, menawarkan produk berdasarkan riwayat penelusuran atau pelanggan
Menciptakan Customer Experience yang Baik
Di sektor seperti SaaS atau PaaS, cross selling bisa sangat membantu dalam memastikan pelanggan terus melihat nilai dari suite produk yang ditawarkan.
Contohnya adalah platform Sprout Social. Platform ini menawarkan social listening sebagai tambahan pada kemampuan scheduling dan reporting mereka.
Fitur-fitur tambahan tersebut sering kali ditampilkan lewat notifikasi dalam aplikasi atau UI yang menunjukkan fitur terkunci. Pada akhirnya, ini bisa memudahkan proses pembelian bagi pelanggan.
Hal tersebut juga bisa membuat mereka merasa mendapatkan lebih banyak nilai dari produk yang sudah dipakai.
Meningkatkan Customer Lifetime Value
Cross selling juga meningkatkan customer lifetime value (CLV), yang berkontribusi pada ROI yang lebih tinggi. Sebagai contoh, Dollar Shave Club yang menggunakan model berlangganan bulanan untuk produk cukur.
Sebelum pengiriman bulanan, mereka mengirim email yang menawarkan produk terkait yang bisa ditambahkan ke pengiriman berikutnya. Pada akhirnya, meningkatkan nilai pesanan pelanggan.
Perbedaan Cross Selling dengan Up Selling
Sumber: Freepik
Cross selling dan up selling adalah dua strategi penjualan yang sering dipakai untuk meningkatkan pendapatan. Akan tetapi, kedua strategi ini berbeda, lho! Dari tujuan hingga strategi keduanya memiliki perbedaan signifikan.
Sobat MinDi mau tahu perbedaannya? Jangan khawatir! Di bawah ini MinDi bakal sediakan perbandingan cross selling dan up selling dalam bentuk tabel:
Strategi Cross Selling yang Bisa Kamu Lakukan
Setelah belajar pengertian hingga manfaatnya, selanjutnya mari kita eksplor beberapa strategi yang bisa kamu lakukan. Berikut MinDi uraikan beberapa strateginya:
Lewat Rekomendasi Produk
Strategi pertama adalah lewat rekomendasi produk. Kamu bisa tingkatkan nilai pesanan rata-rata (AOV) dengan menampilkan rekomendasi produk seperti Produk Terkait, Sering Dibeli Bersama, atau Belanja Tampilan Ini.
Contohnya adalah Zalora. Merek ini memberikan rekomendasi produk serupa ketika konsumen mau melakukan pembayaran. Berikut ilustrasinya:
Zalora - Sistem Rekomendasi Produk
Contoh di atas menunjukkan bahwa fitur ini bisa memungkinkan pelanggan untuk membeli seluruh tampilan secara bersamaan. Pada akhirnya, ini memperkaya pengalaman belanja mereka dan meningkatkan penjualan.
Product Bundling (Beli A Gratis X)
Strategi berikutnya adalah menawarkan product bundling. Ini bisa dilakukan dengan mengelompokkan produk yang sering dibeli bersama untuk dijual sebagai paket. Contohnya adalah Amazon. Berikut ilustrasinya:
Sumber: convertflow
E-commerce ini menawarkan bundling product seperti baterai kamera dengan film kamera. Pada akhirnya, ini bisa membuat pembelian terasa lebih menguntungkan bagi pelanggan.
Gunakan Diskon
Berikutnya adalah menerapkan diskon ketika pelanggan mencapai batas belanja tertentu. Hal ini bisa mendorong mereka untuk menambahkan lebih banyak item ke keranjang mereka untuk mencapai batas tersebut. Contoh brand yang menerapkan ini adalah Zalora.
Zalora - Diskon
Dari gambar di atas, konsumen bisa mendapatkan diskon tambahan apabila mereka melakukan pembelian setidaknya Rp700.000. Dengan strategi ini, konsumen bisa terdorong untuk melakukan pembelian tambahan agar mendapatkan keuntungan.
Lewat Email Marketing untuk Audiens Tertentu
Mengirimkan email pasca-penjualan atau email konfirmasi pesanan adalah strategi berikutnya. Ini bisa dilakukan dengan menampilkan produk yang melengkapi pembelian sebelumnya. Contohnya adalah BukaLapak.
BukaLapak - Email Marketing
Berikan Free Trial
Menawarkan free trial untuk produk atau layanan tambahan dapat menarik pelanggan untuk mencoba lebih banyak dari apa yang ditawarkan.
Ini khususnya efektif dalam konteks SaaS atau PaaS. Pada industri ini, menunjukkan nilai tambah melalui fitur atau layanan baru bisa memperkuat kesetiaan pelanggan.
Sebagai contoh, Spotify memberikan tawaran free trial kepada pengguna baru. Tawaran ini membantu memperlancar transisi konsumen ke layanan Spotify Premium. Berikut adalah ilustrasinya:
Sumber: RouteNote
Diskon + Free Shipping
Menggabungkan penawaran cross sell dengan insentif seperti pengiriman gratis bila pelanggan mencapai jumlah pembelian tertentu bisa jadi strategi tepat.
Shopee - Diskon + Free Shipping
Baca Juga: Mau Promosi Produk? Ikuti Cara Efektif Pemasaran Media Sosial
Kesimpulan
Itulah pembahasan lengkap mengenai cross selling. Dari penjelasan di atas, cross selling dapat menjadi salah satu strategi pemasaran yang efektif untuk meningkatkan penjualan dan memperkuat hubungan dengan konsumen.
Selain mengimplementasikan cross selling, penting juga untuk membangun visibilitas merek melalui pemasaran digital. Tanpa pemasaran digital, merek akan sulit mendapatkan pengakuan. Tentunya, melakukan cross selling bisa menjadi tantangan yang lebih besar.
Oleh karena itu, pastikan kamu telah membangun kesadaran merek terlebih dahulu sebelum mengadopsi strategi cross selling!
Jika kamu tertarik untuk belajar lebih dalam tentang pemasaran digital untuk membangun kesadaran merek, MinDi merekomendasikan kamu untuk mengikuti Bootcamp Digital Marketing di bimbing.id.
Melalui program ini, kamu akan diajarkan segala hal tentang pemasaran digital. Dari dasar hingga praktiknya dengan proyek nyata. Program ini juga dirancang dengan kurikulum yang ramah bagi pemula.
Jadi, kamu bisa mengikuti kelasnya meskipun belajar dari awal. Selain itu, kamu juga dijamin mendapatkan pekerjaan setelah mengikuti program ini, lho! Ini telah dibuktikan oleh 94% lulusan Dibimbing yang berhasil mendapatkan pekerjaan setelah program selesai.
Menarik, bukan? Yuk, daftarkan dirimu sekarang dan kembangkan kemampuan digital marketingmu bersama Dibimbing!
FAQ (Frequently Asked Questions)
1. Apakah Ada Risiko dalam Melakukan Cross Selling?
Risiko terbesar dalam cross selling adalah kemungkinan mengganggu atau membebani pelanggan dengan terlalu banyak penawaran. Hal ini bisa menyebabkan persepsi negatif terhadap merek.
2. Apakah Cross Selling Efektif di Semua Jenis Industri?
Cross selling dapat efektif di banyak industri, tetapi keberhasilannya sangat bergantung pada pemahaman pasar dan kebutuhan spesifik pelanggan dalam industri tersebut.
Referensi
Tags
Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi
Khadijah adalah SEO Content Writer di Dibimbing dengan pengalaman menulis konten selama kurang lebih setahun. Sebagai lulusan Bahasa dan Sastra Inggris yang berminat tinggi di digital marketing, Khadijah aktif berbagi pandangan tentang industri ini. Berbagai topik yang dieksplorasinya mencakup digital marketing, project management, data science, web development, dan career preparation.