Upselling Adalah: Arti, Strategi, Perbedaan, & Contoh
Irhan Hisyam Dwi Nugroho
•
14 May 2024
•
601
Bayangkan Warga Bimbingan punya strategi jitu yang bikin pelanggan tertarik untuk membeli lebih banyak atau memilih produk yang lebih premium. Itulah upselling!
Teknik ini nggak cuma meningkatkan penjualan, tapi juga memperkuat hubungan dengan pelanggan.
Yuk, kita bahas mulai dari arti upselling, strategi yang efektif, perbedaannya dengan cross selling, hingga contoh penerapannya di berbagai industri!
Apa itu Upselling?
Upselling adalah teknik penjualan yang bertujuan untuk mendorong pelanggan membeli versi produk atau layanan yang lebih baik, lebih lengkap, atau lebih mahal daripada yang awalnya mereka pilih. Dengan kata lain, upselling adalah seni menawarkan nilai tambahan kepada pelanggan.
Misalnya, ketika kamu memesan kopi ukuran kecil di kafe, barista menawarkan ukuran besar dengan tambahan biaya yang sedikit lebih murah dibanding membeli dua gelas. Atau ketika kamu membeli ponsel, penjual menawarkan model dengan kapasitas memori lebih besar yang harganya hanya sedikit lebih mahal. Itulah contoh sederhana upselling!
Teknik ini efektif karena membantu bisnis meningkatkan omset sekaligus memberikan nilai lebih kepada pelanggan. Win-win solution, kan?
Baca juga : Apa itu Meta Ads? Definisi, Manfaat, Fitur, & Cara Membuat
Strategi Upselling
Sumber: Canva
Upselling adalah teknik pemasaran yang bertujuan untuk meningkatkan nilai transaksi dengan menawarkan produk atau layanan tambahan kepada pelanggan.
Berikut adalah strategi upselling yang dapat diterapkan dengan efektif:
1. Pahami Kebutuhan Pelanggan
Untuk berhasil dalam upselling, kamu harus benar-benar memahami kebutuhan pelanggan. Kenali preferensi mereka melalui analisis data, observasi pola pembelian, dan komunikasi aktif.
Misalnya, dengan menganalisis riwayat pembelian, kamu dapat menawarkan produk yang relevan dan sesuai dengan minat mereka. Dengan pendekatan ini, pelanggan merasa bahwa tawaranmu relevan dan bermanfaat, bukan sekadar usaha untuk menjual.
2. Tawarkan Produk yang Berkualitas
Pelanggan cenderung lebih terbuka untuk menerima upselling jika produk atau layanan yang ditawarkan memiliki kualitas yang baik. Pastikan produk tambahan yang kamu tawarkan tidak hanya sekedar lebih mahal, tetapi juga memberikan nilai lebih yang nyata.
Misalnya, jika kamu menjual perangkat elektronik, tawarkan model dengan fitur premium atau garansi tambahan yang memberi rasa aman bagi pelanggan.
3. Sesuaikan dengan Kebutuhan Pelanggan
Upselling yang sukses adalah yang relevan dengan kebutuhan pelanggan. Jangan menawarkan produk atau layanan yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kebutuhan mereka.
Misalnya, jika pelanggan membeli sepatu olahraga, tawarkan kaus kaki berkualitas tinggi atau aksesori pendukung lainnya. Pendekatan yang relevan ini akan meningkatkan peluang keberhasilan upselling.
4. Tawarkan Harga yang Wajar
Upselling yang efektif harus disertai dengan penawaran harga yang masuk akal. Hindari menaikkan harga secara signifikan hingga pelanggan merasa terbebani atau tertipu.
Sebagai contoh, jika pelanggan memilih menu biasa di restoran, tawarkan upgrade ke menu spesial dengan biaya tambahan yang wajar. Dengan begitu, pelanggan merasa mendapatkan manfaat tanpa perlu mengeluarkan biaya yang terlalu tinggi.
5. Jangan Terlalu Memaksa atau Agresif
Pendekatan yang terlalu agresif dapat membuat pelanggan merasa tidak nyaman dan malah menolak tawaran upselling.
Sebaliknya, gunakan pendekatan yang ramah dan membantu. Jelaskan manfaat dari produk tambahan tanpa memberi tekanan kepada pelanggan untuk membeli. Sikap yang santai dan profesional akan lebih diterima.
6. Tentukan Momen yang Tepat
Pemilihan waktu sangat penting dalam strategi upselling. Penawaran upselling dapat dilakukan saat proses pembelian berlangsung atau setelah transaksi selesai.
Misalnya, saat pelanggan memesan makanan di restoran, tawarkan minuman atau makanan penutup sebelum mereka menyelesaikan pesanan. Namun, pastikan waktu penawaran tidak mengganggu pengalaman pelanggan.
Baca juga : A/B Testing: Pengertian, Fungsi, Tool, hingga Contoh
Perbedaan Upselling dan Cross Selling
Sumber: Canva
Meskipun sering disamakan, upselling dan cross selling adalah dua strategi penjualan yang berbeda.
Keduanya bertujuan untuk meningkatkan nilai transaksi, tetapi pendekatan dan fokusnya tidak sama. Berikut adalah penjelasan mudahnya:
1. Definisi
Upselling: Teknik penjualan untuk mendorong pelanggan membeli versi produk atau layanan yang lebih mahal, lebih lengkap, atau lebih berkualitas dari pilihan awal mereka.
Contoh: Ketika membeli kopi ukuran kecil, pelayan menawarkan untuk meng-upgrade ke ukuran besar dengan sedikit biaya tambahan.
Cross Selling: Teknik penjualan untuk menawarkan produk atau layanan tambahan yang melengkapi pembelian utama.
Contoh: Saat membeli ponsel, penjual menawarkan casing pelindung atau earphone sebagai tambahan.
Baca juga : Apa itu 360 Digital Marketing? Arti, Manfaat & Strategi
2. Fokus Utama
Upselling: Fokusnya adalah meningkatkan kualitas atau fitur produk yang sama untuk memberikan nilai lebih.
Cross Selling: Fokusnya adalah menambah produk yang relevan untuk melengkapi atau mendukung pembelian utama.
3. Tujuan
Upselling: Meningkatkan nilai transaksi dengan membuat pelanggan memilih produk dengan harga lebih tinggi.
Cross Selling: Meningkatkan nilai transaksi dengan menambah produk lain ke dalam keranjang belanja pelanggan.
4. Contoh Nyata
Upselling: Saat membeli mobil, pelanggan ditawarkan model dengan fitur premium seperti sunroof atau sistem navigasi yang lebih canggih.
Cross Selling: Saat membeli mobil, pelanggan ditawarkan aksesoris tambahan seperti karpet mobil, kamera dashboard, atau perlindungan asuransi.
5. Kapan Digunakan?
Upselling: Digunakan ketika pelanggan sudah memiliki pilihan utama, tetapi ada kesempatan untuk menawarkan versi yang lebih baik.
Cross Selling: Digunakan ketika pelanggan sudah memutuskan membeli sesuatu, dan penjual ingin menambah produk lain yang relevan ke dalam pembelian mereka.
Contoh Upselling
Sumber: Canva
Berikut adalah contoh upselling yang dapat diterapkan di berbagai industri:
1. Contoh Upselling di Restoran
Situasi: Pelanggan memesan burger standar.
Upselling: Pelayan menawarkan untuk mengganti kentang goreng biasa dengan kentang goreng truffle atau menambah topping ekstra seperti keju leleh dengan sedikit biaya tambahan.
Manfaat: Pelanggan merasa mendapatkan menu yang lebih eksklusif, sementara restoran meningkatkan nilai transaksinya.
2. Contoh Upselling di Hotel
Situasi: Tamu memesan kamar standar.
Upselling: Resepsionis menawarkan upgrade ke kamar deluxe dengan fasilitas tambahan seperti pemandangan kota, sarapan gratis, atau akses ke spa dengan biaya yang tidak terlalu jauh berbeda.
Manfaat: Tamu mendapatkan pengalaman lebih mewah, dan hotel mendapatkan pendapatan lebih tinggi per kamar.
3. Contoh Upselling Produk
Situasi: Pelanggan membeli smartphone dengan kapasitas memori standar.
Upselling: Penjual menawarkan model dengan kapasitas memori lebih besar, baterai tahan lama, atau fitur tambahan seperti kamera berkualitas tinggi dengan harga yang hanya sedikit lebih mahal.
Manfaat: Pelanggan mendapatkan produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka, dan toko meningkatkan rata-rata penjualan per transaksi.
4. Contoh Upselling di E-commerce
Situasi: Pelanggan membeli produk kecantikan seperti foundation.
Upselling: Saat checkout, toko online menawarkan bundle foundation dan primer dengan harga diskon khusus.
Manfaat: Pelanggan merasa mendapatkan nilai lebih, dan toko meningkatkan penjualan bundling.
Baca juga : Mengenal Digital Ecosystem, Manfaat, Jenis, hingga Tips
Ingin Tingkatkan Penjualan dengan Teknik Upselling yang Efektif?
Warga Bimbingan, tahu nggak? Upselling adalah strategi penting yang bisa membantu bisnis meningkatkan omset dengan memaksimalkan setiap peluang penjualan! Kalau kamu serius ingin belajar strategi ini secara profesional, saatnya gabung di Digital Marketing Bootcamp dibimbing.id!
Di sini, kamu nggak cuma belajar teori, tapi langsung praktek strategi upselling dan cross selling, memahami perbedaannya, serta menciptakan taktik marketing yang impactful. Hasilnya? Portofolio keren yang bikin kamu lebih percaya diri di dunia kerja!
Dengan mentor berpengalaman, kamu bisa belajar dari dasar hingga mahir—dan bisa ulang kelas gratis kapan saja. Dibimbing.id punya lebih dari 700+ hiring partner, dengan 91% alumni sukses bekerja di perusahaan top. Jangan sampai ketinggalan peluang ini untuk jadi digital marketer yang banyak dicari!
Langsung daftar di Digital Marketing Bootcamp dibimbing.id, atau konsultasi gratis dulu di sini ya. #BimbingSampeJadi!
Referensi:
Tags
Irhan Hisyam Dwi Nugroho
Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.