dibimbing.id - Apa itu Black Box Testing? Pengertian, Langkah & Contohnya

Apa itu Black Box Testing? Pengertian, Langkah & Contohnya

Muthiatur Rohmah

•

15 July 2024

•

737

Image Banner

Dalam proses pengembangan, perangkat lunak atau software perlu dilakukan pengujian untuk menilai apakah software tersebut layak atau tidak.

Ada banyak cara yang digunakan untuk pengujian perangkat lunak, nah pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai black box testing. Lantas apa itu?

Black box testing adalah metode pengujian perangkat lunak yang memeriksa fungsionalitas aplikasi tanpa mengetahui struktur internal atau kode programnya. Dengan kata lain, black box testing membantu mengidentifikasi kesalahan atau kekurangan fungsi aplikasi dari perspektif pengguna akhir. 

Penasaran mengenai black box testing lebih lanjut? Apa saja langkah melakukan black box testing? Bagaimana contoh penerapan black box testing? Yuk simak penjelasan lengkapnya berikut ini.


Apa itu Black Box Testing?

Tunggu dulu Sobat MinDi, sebelum kita membahas lebih lanjut tentang black box testing, pertama-tama yuk pahami dulu apa itu black box testing melalui beberapa pengertian berikut ini.

Dilansir dari Imperva, Black box testing adalah metode pengujian perangkat lunak di mana penguji dapat memeriksa sistem tanpa mengetahui cara kerja internalnya. Penguji hanya memberikan input dan melihat output yang dihasilkan untuk memastikan sistem berfungsi dengan baik. 

Metode black box testing mirip dengan cara pengguna akhir menggunakan aplikasi, yaitu mereka tidak peduli bagaimana aplikasi itu dibuat, tetapi hanya menginginkan hasil yang benar. 

Black box testing membantu menemukan masalah dalam respon sistem terhadap tindakan pengguna, mengevaluasi kecepatan respon, kemudahan penggunaan, dan keandalan. 

Selama pengujian, semua bagian penting dari sistem, seperti antarmuka pengguna, server, basis data, dan sistem yang terintegrasi, ikut diuji untuk memastikan semuanya bekerja dengan baik bersama-sama.


Perbedaan Black Box Testing dan White Box Testing

Black box testing dan white box testing adalah dua metode pengujian perangkat lunak yang memiliki pendekatan dan fokus yang berbeda. Lantas apa saja perbedaan black box testing dan white box testing? Yuk simak selengkapnya!


Black Box Testing

Black box testing adalah metode di mana penguji tidak memiliki pengetahuan tentang struktur internal atau kode dari aplikasi yang diuji. Fokusnya adalah pada pengujian fungsionalitas eksternal aplikasi berdasarkan input dan output yang dihasilkan. 

Penguji menjalankan berbagai skenario dari sudut pandang pengguna akhir untuk memastikan bahwa aplikasi berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. 

Metode ini sangat berguna untuk mengidentifikasi kesalahan dalam fungsionalitas dan memastikan aplikasi mudah digunakan.


White Box Testing

Sebaliknya, white box testing adalah metode pengujian di mana penguji memiliki akses penuh ke struktur internal, kode sumber, dan logika dari aplikasi yang diuji. 

Penguji memeriksa alur logika, loop, kondisi, dan jalur kode untuk memastikan bahwa setiap bagian dari program berfungsi dengan benar dan efisien. 

White box testing memungkinkan penguji untuk mengidentifikasi kesalahan dalam implementasi logika dan struktur kontrol, serta mengoptimalkan kode untuk kinerja yang lebih baik. 

Metode ini biasanya dilakukan oleh pengembang atau penguji dengan keterampilan pemrograman yang kuat.

Perbedaan utama antara kedua metode ini adalah fokus dan pendekatannya. Kombinasi kedua metode ini sering digunakan untuk memastikan bahwa perangkat lunak diuji secara menyeluruh..

Apa saja Jenis Black Box Testing?

Saat melakukan pengujian perangkat lunak, black box testing memiliki beberapa metode atau teknik yang digunakan. Lantas apa saja teknik black box testing yang perlu dipelajari?

Dikutip dari GeeksforGeeks, ada 3 jenis metode black box testing yang perlu Sobat MinDi pahami berikut ini.


1. Functional Testing

Functional testing berfokus pada pengujian fungsionalitas aplikasi untuk memastikan bahwa setiap fitur berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Penguji memberikan input tertentu dan memeriksa apakah output yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. 

Metode ini mencakup berbagai jenis pengujian, seperti unit testing, integration testing, system testing, dan acceptance testing. Tujuannya adalah untuk memverifikasi bahwa aplikasi melakukan tugas-tugas yang diharapkan pengguna tanpa memeriksa kode sumbernya.


2. Regression Testing

Regression testing bertujuan untuk memastikan bahwa perubahan atau pembaruan pada perangkat lunak tidak menimbulkan masalah atau bug baru pada bagian yang sudah ada. 

Setelah melakukan perbaikan atau penambahan fitur, penguji akan menjalankan kembali serangkaian tes yang sudah pernah dilakukan sebelumnya untuk memastikan bahwa fungsionalitas yang sebelumnya bekerja dengan baik tetap berfungsi dengan benar. 

Metode ini penting untuk menjaga stabilitas dan keandalan aplikasi setelah dilakukan modifikasi.


3. Nonfunctional Testing (NFT)

Non Functional testing menguji aspek non-fungsional dari aplikasi, seperti kinerja, keandalan, keamanan, dan skalabilitas. Pengujian ini memastikan bahwa aplikasi tidak hanya berfungsi dengan benar tetapi juga memenuhi standar kualitas tertentu yang diharapkan pengguna. 

Contoh-contoh pengujian non-fungsional termasuk performance testing untuk mengukur kecepatan dan efisiensi aplikasi, security testing untuk menemukan kerentanan keamanan, dan usability testing untuk mengevaluasi kemudahan penggunaan aplikasi. 

Metode ini membantu memastikan bahwa aplikasi memberikan pengalaman pengguna yang optimal dan memenuhi persyaratan bisnis secara keseluruhan.

Ketiga metode black box testing ini memastikan bahwa aplikasi tidak hanya berfungsi dengan benar tetapi juga dapat diandalkan, aman, dan memberikan pengalaman pengguna yang baik.


Langkah Melakukan Black Box Testing



Ingin mulai menerapkan pengujian black box testing? Bingung harus mulai dari mana? Yuk simak langkah praktisnya berikut ini.


1. Memahami Spesifikasi dan Persyaratan

Langkah pertama adalah memahami dengan jelas spesifikasi dan persyaratan aplikasi yang akan diuji. Dokumen spesifikasi ini mencakup deskripsi lengkap tentang fungsi yang diharapkan dari aplikasi, serta skenario penggunaan yang mungkin. 

Memahami persyaratan ini membantu penguji mengetahui apa yang harus diuji dan hasil apa yang diharapkan.


2. Menyiapkan Rencana Pengujian

Setelah memahami spesifikasi, penguji perlu menyusun rencana pengujian yang mencakup tujuan pengujian, lingkup pengujian, sumber daya yang diperlukan, dan jadwal pengujian. 

Rencana ini juga harus mencakup strategi pengujian, seperti jenis-jenis tes yang akan dilakukan (misalnya, functional testing, regression testing, dll.), serta prioritas pengujian berdasarkan risiko atau kompleksitas fitur.


3. Mendesain Kasus Uji (Test Cases)

Mendesain kasus uji adalah langkah penting berikutnya. Penguji membuat daftar input yang akan digunakan untuk menguji aplikasi, serta hasil yang diharapkan untuk setiap input tersebut. 

Kasus uji harus mencakup berbagai skenario, termasuk input yang valid, input yang tidak valid, dan skenario batas (boundary cases). Ini membantu memastikan bahwa semua kemungkinan situasi telah diuji.


4. Menyiapkan Lingkungan Pengujian

Lingkungan pengujian harus disiapkan untuk mencerminkan kondisi nyata dimana aplikasi akan dijalankan. Ini termasuk menyiapkan perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, dan data uji yang diperlukan. 

Memastikan bahwa lingkungan pengujian mendekati lingkungan produksi membantu mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi saat aplikasi digunakan oleh pengguna akhir.


5. Melaksanakan Pengujian

Langkah ini melibatkan pelaksanaan kasus uji yang telah dirancang sebelumnya. Penguji memberikan input sesuai dengan kasus uji dan mengamati output yang dihasilkan oleh aplikasi. 

Setiap perbedaan antara hasil yang diharapkan dan hasil aktual harus dicatat, termasuk langkah-langkah yang diambil untuk mereproduksi masalah tersebut. Semua temuan harus didokumentasikan dengan jelas.


6. Menganalisis Hasil dan Melaporkan Temuan

Setelah pengujian selesai, penguji harus menganalisis hasil pengujian untuk mengidentifikasi pola masalah atau area yang memerlukan perbaikan lebih lanjut. Temuan ini kemudian dilaporkan kepada tim pengembang atau pemangku kepentingan lainnya. 

Laporan pengujian harus mencakup deskripsi masalah, langkah-langkah reproduksi, dampak pada fungsionalitas, dan rekomendasi perbaikan. Dokumentasi yang baik membantu memastikan bahwa masalah dapat diperbaiki dengan cepat dan efisien.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, black box testing dapat dilakukan dengan efektif, memastikan bahwa aplikasi berfungsi sesuai harapan dan siap digunakan oleh pengguna akhir.

Baca Juga: Tools Visualisasi Data Performa Terbaik 2024, Mudah & Menarik


Apa saja Fitur Black Box Testing?

Sobat MinDi penasaran mengenai apa saja fitur black box testing dalam pengujian perangkat lunak? Yuk simak penjelasan lengkap mengenai fitur black box testing berikut ini.

Berikut adalah beberapa fitur utama dari black box testing:

  1. Independent Testing:

Black box testing dilakukan oleh penguji yang tidak terlibat dalam pengembangan aplikasi, sehingga memastikan pengujian yang tidak bias dan netral.

  1. Testing from a User’s Perspective:

Pengujian dilakukan dari sudut pandang pengguna akhir, memastikan bahwa aplikasi memenuhi kebutuhan pengguna dan mudah digunakan.

  1. No Knowledge of Internal Code:

Penguji tidak memiliki akses ke kode internal aplikasi, sehingga mereka fokus pada pengujian perilaku dan fungsionalitas eksternal aplikasi.

  1. Requirements-Based Testing:

Pengujian didasarkan pada persyaratan aplikasi, memastikan bahwa aplikasi memenuhi spesifikasi yang diperlukan.

  1. Different Testing Techniques:

Berbagai teknik pengujian dapat digunakan, seperti functional testing, usability testing, acceptance testing, dan regression testing.

  1. Easy to Automate:

Black box testing mudah diotomatisasi dengan berbagai alat otomatisasi, mengurangi waktu dan usaha pengujian secara keseluruhan.

  1. Scalability:

Pengujian ini dapat diskalakan sesuai dengan ukuran dan kompleksitas aplikasi yang diuji.

  1. Limited Knowledge of Application:

Penguji memiliki pengetahuan terbatas tentang aplikasi yang diuji, memastikan bahwa pengujian lebih representatif terhadap cara pengguna akhir berinteraksi dengan aplikasi.


Kelebihan Black Box Testing

Sobat MinDi ingin mulai menggunakan black box testing? Yuk simak beberapa kelebihan black box testing dalam pengujian perangkat lunak berikut ini.

Berikut adalah empat kelebihan black box testing berdasarkan sumber yang diberikan:


1. Tidak Memerlukan Keterampilan Pemrograman yang Mendalam

Penguji tidak perlu memiliki pengetahuan fungsional yang mendalam atau keterampilan pemrograman untuk melakukan black box testing

Ini membuat metode ini lebih mudah diakses oleh berbagai penguji, termasuk mereka yang tidak memiliki latar belakang teknis yang kuat.


2. Efisien untuk Pengujian Sistem yang Lebih Besar

Black box testing sangat efisien untuk diterapkan pada sistem yang lebih besar. Karena fokusnya pada fungsionalitas eksternal dan bukan pada kode internal, metode ini dapat melakukan pengujian yang menyeluruh dan efisien bahkan pada aplikasi yang kompleks dan besar.


3. Dilakukan dari Sudut Pandang Pengguna atau Klien

Pengujian dilakukan dari perspektif pengguna akhir atau klien, memastikan bahwa aplikasi memenuhi kebutuhan dan harapan mereka. Pendekatan ini membantu mengidentifikasi masalah yang mungkin dihadapi pengguna nyata saat berinteraksi dengan aplikasi.


4. Kasus Uji Mudah Direproduksi

Kasus uji dalam black box testing mudah direproduksi. Ini berarti penguji dapat menjalankan kembali pengujian dengan kondisi yang sama untuk memverifikasi hasil dan memastikan konsistensi, yang penting untuk identifikasi dan perbaikan bug yang efektif.


Kekurangan Black Box Testing

Tunggu dulu, sebelum memutuskan menggunakan black box testing sebagai pengujian perangkat lunak, sebaiknya Sobat MinDi simak beberapa kekurangan black box testing yang dapat dijadikan bahan pertimbangan berikut ini.


1. Kadang-kadang Alasan Kegagalan Tes Tidak Dapat Dideteksi

Karena penguji tidak memiliki akses ke kode internal, mungkin sulit untuk menentukan penyebab pasti dari kegagalan tes. 

Hal ini membuat proses perbaikan menjadi lebih menantang karena pengembang harus mencari tahu masalah tanpa petunjuk spesifik dari hasil pengujian.


2. Beberapa Program dalam Aplikasi Tidak Diuji

Tidak semua bagian dari aplikasi mungkin diuji dalam black box testing, terutama jika pengujian tidak direncanakan dengan baik atau jika ada keterbatasan waktu dan sumber daya. 

Ini dapat menyebabkan beberapa fitur atau fungsi aplikasi tidak diuji secara menyeluruh.


3. Tidak Mengungkapkan Kesalahan dalam Struktur Kontrol

Black box testing tidak mengidentifikasi kesalahan dalam struktur kontrol program, seperti loop atau kondisi if-else. Karena penguji hanya melihat output berdasarkan input, masalah yang terkait dengan logika internal program mungkin tidak terdeteksi.


4. Pengujian Memakan Waktu

Menguji aplikasi dengan berbagai macam input bisa sangat melelahkan dan memakan waktu, terutama jika aplikasi memiliki banyak kemungkinan kombinasi input. 

Menyusun dan menjalankan tes untuk semua skenario yang mungkin dapat menjadi tugas yang sangat besar dan memerlukan banyak usaha.

Sobat MinDi, itulah beberapa kelebihan dan kekurangan black box testing yang dapat kamu jadikan bahan pertimbangan dalam memilih metode pengujian perangkat lunak.

Baca Juga: Apa itu Analisis Statistik? Definisi, Jenis, Metode & Proses 


Ingin Belajar Black Box Testing Lebih Dalam? Yuk Ikuti Bootcamp Dibimbing.id

Sobat MinDi itulah beberapa penjelasan mengenai black box testing secara lengkap dan detail, jika kamu butuh metode pengujian perangkat lunak yang efisien, black box testing bisa jadi pilihan yang tepat.

Kesimpulannya, Black box testing adalah metode pengujian perangkat lunak yang menilai fungsionalitas aplikasi dari perspektif pengguna tanpa melihat struktur internal atau kode sumbernya.

Tertarik belajar black box testing lebih lanjut? Yuk ikuti Bootcamp Front-End Web Development, sebuah bootcamp terbaik dengan pembelajaran inovatif dan intensif. Bootcamp ini didampingi oleh mentor profesional dan terbaik yang bakal bantu kamu jadi Front-End sukses.

Belum memiliki pengalaman tentang coding sama sekali?

Tenang saja, dibimbing.id siap bimbing kamu mulai dari nol, dengan kurikulum terlengkap, update serta beginner friendly

Sebanyak 94% alumni bootcamp dibimbing.id telah berhasil mendapatkan kerja sesuai bidang mereka. Nah, jangan khawatir nganggur setelah lulus bootcamp ya, dibimbing.id juga menyediakan job connect ke 570+ hiring partner khusus buat Sobat MinDi.

Tunggu apalagi? buruan konsultasi di sini, apapun tujuan karirmu dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi karir impianmu.

Reference:

  1. Black Box Testing – Software Engineering - Buka
  2. Black Box Testing - Buka

Share

Author Image

Muthiatur Rohmah

Muthia adalah seorang Content Writer dengan kurang lebih satu tahun pengalaman. Muthia seorang lulusan Sastra Indonesia yang hobi menonton dan menulis. Sebagai SEO Content Writer Dibimbing, Ia telah menulis berbagai konten yang berkaitan dengan Human Resources, Business Intelligence, Web Development, Product Management dan Digital Marketing.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!