dibimbing.id - 7 Contoh Manajemen Resiko Proyek untuk Tiap Kasus Berbeda

7 Contoh Manajemen Resiko Proyek untuk Tiap Kasus Berbeda

Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi

•

28 March 2024

•

724

Image Banner

Setiap proyek yang diluncurkan pastinya akan menghadapi berbagai resiko. Dari perubahan pasar hingga bencana alaman, resiko bisa muncul. Oleh sebab itu, kamu perlu mengulik berbagai contoh manajemen resiko proyek untuk memperdalam pengetahuannya.


Untuk membantu kamu mempelajarinya, MinDi sudah siapkan berbagai contoh manajemen resiko proyek di artikel ini. Baca sampai habis ya!



7 Contoh Manajemen Resiko Proyek




Berikut adalah beberapa resiko yang mungkin dihadapi saat mengelola proyek dan cara mengatasinya:



1. Resiko Finansial: Kenaikan Harga Material


Dalam konteks proyek konstruksi atau manufaktur, salah satu resiko finansial yang sering dihadapi adalah kenaikan harga material tak terduga. Kenaikan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor.


Faktor tersebut bisa termasuk fluktuasi pasar, bencana alam yang mempengaruhi produksi material, atau perubahan kebijakan impor-ekspor. Resiko ini dapat berdampak signifikan pada biaya total proyek dan margin keuntungan. 


Untuk menangani masalah ini, contoh manajemen resiko proyek yang bisa diterapkan antara lain:


  • Melakukan Pengadaan Material Secara Strategis : Ini bisa dilakukan dengan membeli material dalam jumlah besar di awal proyek atau mengunci harga dengan kontrak jangka panjang. Hal ini dapat membantu mengamankan harga yang lebih stabil. 

  • Menyisihkan Dana Cadangan dalam Anggaran Proyek : Tujuan tindakan ini adalah untuk menanggulangi potensi kenaikan harga.

  • Diversifikasi Supplier  : Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber. Pada akhirnya, ini dapat membantu mengurangi dampak fluktuasi harga satu supplier.



2. Resiko Teknis: Implementasi Teknologi Baru


Resiko teknis sering kali muncul dalam proyek yang melibatkan implementasi atau pengembangan teknologi baru. Pasalnya, teknologi yang belum teruji sepenuhnya dapat menghadirkan ketidakpastian. Hal tersebut terkait kinerja, kompatibilitas dengan sistem lain, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan proyek. 


Contohnya bisa dilihat dalam proyek perangkat lunak. Misalnya, di proyek tersebut, penerapan algoritme baru atau platform pengembangan dapat beresiko tidak berfungsi seperti yang diharapkan. Hal ini akan menyebabkan keterlambatan dan biaya tambahan. 


Untuk mengelola masalah tersebut, contoh manajemen resiko proyek yang bisa dilakukan adalah:


  • Melakukan Analisis Resiko Teknis

Pastikan untuk melakukan analisis ini secara mendalam sebelum memulai proyek. Hal ini bisa melibatkan fase prototyping atau pilot, di mana teknologi diuji coba pada skala yang lebih kecil untuk menilai potensi masalah. 

  • Membangun Tim Proyek dengan Keahlian Teknis dan Pengalaman Relevan

Dengan membangun tim tersebut, mereka bisa membantu dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah sejak dini. 

  • Penggunaan Metode Pengembangan Iteratif

Project Manager bisa menerapkan metode seperti Agile. Metode ini memungkinkan evaluasi dan penyesuaian berkala terhadap rencana proyek berdasarkan umpan balik dan hasil tes.


Baca Juga: 3 Contoh Metode Agile dalam Pengembangan Proyek



3. Resiko Hukum: Perubahan Regulasi


Proyek yang melintasi bidang industri tertentu dapat menghadapi resiko hukum yang signifikan. Hal ini terutama berlaku bila terdapat perubahan dalam regulasi atau kebijakan pemerintah. 


Misalnya, proyek konstruksi mungkin terpengaruh oleh perubahan standar keselamatan bangunan atau regulasi lingkungan yang baru diterapkan. 


Resiko hukum seperti ini dapat menyebabkan penundaan proyek, peningkatan biaya untuk memenuhi standar baru, atau bahkan penghentian proyek secara keseluruhan. 


Untuk mengatasi masalah tersebut, contoh manajemen resiko proyek yang bisa diterapkan adalah:


  • Melakukan pemantauan regulasi secara proaktif.

  • Berkomunikasi dengan pengacara atau konsultan hukum yang spesialis di bidang terkait. 

  • Membangun rencana kontingensi yang mencakup skenario perubahan regulasi dan dampaknya terhadap jadwal dan biaya proyek.

  • Menjaga hubungan yang baik dengan regulator dan pemangku kepentingan.



4. Resiko SDM: Kekurangan Tenaga Kerja Terampil


Resiko sumber daya manusia sering kali dihadapi dalam berbagai proyek. Hal ini terutama ketika ada kekurangan tenaga kerja terampil yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek sesuai jadwal. 


Misalnya, proyek teknologi informasi mungkin mengalami kesulitan menemukan pengembang dengan keahlian khusus. Hal ini bisa menyebabkan keterlambatan dalam pengembangan atau penurunan kualitas hasil proyek. 


Untuk mengelola masalah ini, contoh manajemen resiko proyek yang bisa diterapkan adalah:


  • Menyediakan pelatihan internal untuk meningkatkan kemampuan tim yang ada.

  • Menggunakan kontraktor atau tenaga kerja sementara untuk mengisi kekosongan keahlian.

  • Membangun kemitraan dengan lembaga pendidikan atau organisasi profesional untuk mengakses bakat baru. 

  • Menerapkan strategi retensi yang kuat untuk mempertahankan tenaga kerja terampil yang sudah ada.



5. Resiko Lingkungan: Bencana Alam


Proyek di lokasi yang rawan bencana alam menghadapi resiko lingkungan yang signifikan. Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan fisik pada infrastruktur proyek, keterlambatan dalam jadwal, dan peningkatan biaya. 


Untuk mengelola masalah ini, contoh manajemen resiko proyek yang perlu dilakukan adalah:


  • Melakukan analisis resiko lingkungan.

  • mengintegrasikan langkah-langkah mitigasi ke dalam perencanaan proyek. 

  • Memilih lokasi yang lebih aman.

  • Menciptakan desain yang memperhitungkan ketahanan terhadap bencana.

  • Menyediakan asuransi properti dan bisnis yang memadai. 

  • Mengembangan rencana respons bencana yang mencakup prosedur evakuasi dan pemulihan.


Baca Juga: Apa Itu Project Management Plan dan Bagaimana Cara Membuatnya?



6. Resiko Jadwal: Keterlambatan Pemasok


Ketergantungan pada pemasok eksternal untuk material atau komponen penting yang sering menjadi sumber resiko jadwal dalam proyek. Jika pemasok gagal memberikan tepat waktu karena masalah produksi, logistik, atau kualitas, seluruh jadwal proyek dapat terganggu. 


Contoh manajemen resiko yang bisa dilakukan dalam konteks ini adalah:


  • Membuat penilaian dan seleksi pemasok yang cermat, termasuk evaluasi kinerja historis dan kapasitas finansial mereka. 

  • Menjaga hubungan dengan pemasok dan membuat kontrak yang mencakup klausa denda untuk keterlambatan. 

  • Menyediakan pemasok alternatif atau menyimpan stok buffer dari item penting.



7. Resiko Scope Creep: Perluasan Ruang Lingkup Tidak Terkontrol


Scope creep atau perluasan ruang lingkup proyek yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peningkatan biaya dan keterlambatan. Ini sering terjadi ketika permintaan tambahan dari pemangku kepentingan diterima tanpa penyesuaian yang memadai. 


Contoh manajemen resiko proyek yang bisa diterapkan pada kasus ini adalah:


  • Mendefinisikan ruang lingkup yang jelas dan terdokumentasi dengan baik sejak awal proyek. 

  • Gunakan perubahan kontrol proses, di mana setiap permintaan perubahan dievaluasi terhadap dampaknya pada sumber daya dan jadwal proyek.

  • Komunikasikan pentingnya proses ini kepada semua pemangku kepentingan dan menjaga kedisiplinan dalam penerapannya.



Itulah beberapa contoh manajemen resiko proyek yang bisa diterapkan dalam beberapa kasus berbeda. Setelah mempelajari ini, apakah kamu tertarik untuk menggali informasi lebih banyak lagi soal manajemen proyek?


Jika iya, MinDi rekomendasikan kamu untuk ikut Bootcamp product and project management dibimbing.id. Di bootcamp ini, kamu bisa belajar teori dasar hingga praktik dengan real-case project.


Lebih lanjut, programnya dirancang dengan kurikulum beginner-friendly yang cocok untuk pemula atau career-switcher. Di sini, kamu juga berkesempatan dapetin pekerjaan lewat layanan job connection ke 500 perusahan lebih.


Menarik, bukan? Yuk, daftarkan dirimu dan mulai perjalananmu di project management bareng Dibimbing.id!



Share

Author Image

Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi

Khadijah adalah SEO Content Writer di Dibimbing dengan pengalaman menulis konten selama kurang lebih setahun. Sebagai lulusan Bahasa dan Sastra Inggris yang berminat tinggi di digital marketing, Khadijah aktif berbagi pandangan tentang industri ini. Berbagai topik yang dieksplorasinya mencakup digital marketing, project management, data science, web development, dan career preparation.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!