Wajib Diperhatikan! Ini Dia 15 Ciri-Ciri Stress Pada Remaja

Anisa Fitri Maulida
•
25 February 2024
•
1718

Saat kita berbicara mengenai remaja, apa yang terlintas di benak Anda? Mungkin masa-masa penuh warna, eksplorasi, dan pencarian jati diri.
Tapi apakah Sobat MinDi tahu? Di balik keseruan tersebut, ada keresahan yang kerap dirasakan oleh banyak remaja. Salah satunya adalah stress. Lantas, bagaimana cara kita melihat ciri-ciri stress pada remaja?
Sebab, Sebagai orang dewasa, kita mungkin memiliki cara tersendiri dalam menanggapi dan menunjukkan gejala stress. Respons kita terhadap tekanan mungkin berbeda dibandingkan dengan remaja.
Mengapa? Karena remaja cenderung masih dalam tahap yang labil dan sensitif, baik dari segi emosional maupun mental.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memahami apa yang mereka rasakan dan bagaimana gejala tersebut muncul.
Yuk kenali gejala stress pada remaja lewat artikel ini.
Ciri-ciri Stress Pada Remaja
Seperti halnya penyakit fisik yang memiliki gejala, stress pada remaja juga menampakkan sejumlah ciri yang bisa kita amati.
Dengan mengetahui ciri-ciri tersebut, kita dapat lebih cepat mengidentifikasi dan memberikan bantuan yang diperlukan. Jadi, apa sajakah ciri-ciri stress pada remaja?
1. Mudah Marah atau Sensitif
Remaja yang mengalami stress seringkali memiliki batas kesabaran yang rendah, sehingga mudah tersinggung dan reaktif terhadap hal-hal kecil.
2. Rasa Cemas atau Takut Berlebihan
Keadaan ini muncul ketika remaja merasa terlalu khawatir tentang berbagai hal, bahkan yang sebenarnya tidak terlalu penting. Hal ini bisa membuat mereka sulit untuk merasa tenang.
3. Kehilangan Minat pada Hal yang Disukainya
Aktivitas yang sebelumnya menjadi hobi atau kesukaan bisa menjadi tidak menarik lagi. Bisa jadi karena pemicu stress tersebut berasal dari hal yang semula diminatinya.
4. Menarik Diri Dari Lingkungan Sosial
Ciri-ciri stress pada remaja berikutnya adalah menarik diri dari lingkungan sosial. Pada fase ini, mereka biasanya ketakutan untuk menampakan diri dengan alasan beragam. Tapi yang
pasti, dia tidak ingin membuat lingkungan sosial membuat rasa stress-nya semakin parah.
5. Sering Merasa Sedih dan Putus Asa
Saat merasa stress, salah satu tanda yang sering muncul adalah keinginan untuk menghindari interaksi sosial.
Mereka mungkin lebih memilih untuk menghabiskan waktu sendirian, menjauhi keramaian, dan bahkan sengaja mengurangi komunikasi dengan teman-teman dekat dan keluarga.
Keadaan ini bukan hanya disebabkan oleh keinginan untuk menyendiri, tetapi seringkali sebagai bentuk perlindungan diri dari tekanan atau ekspektasi yang mungkin mereka rasakan dari lingkungan sosialnya.

6. Sering Mengucapkan Hal yang Tidak Baik Tentang Dirinya
Perlu diperhatikan, Sobat MinDi! Salah satu ciri-ciri stress pada remaja adalah mengucapkan hal yang tidak baik tentang dirinya. Hal tersebut merupakan perwujudan rasa tidak percaya diri mengenai hal-hal yang saat ini tengah dilaluinya.
Bisa jadi salah satu penyebab stress yang membuatnya mengucapkan hal negatif terus menerus adalah kegagalannya dalam melakukan sesuatu pada masa itu. Maka dari itu, dia terus beranggapan bahwa dia adalah sesuatu yang tidak baik.
7. Merasa Kewalahan Dalam Melakukan Sesuatu
Ketika seorang remaja merasa kewalahan, tugas-tugas sehari-hari yang biasanya mudah dilakukan bisa terasa amat berat dan mendesak.
Hal-hal sederhana seperti menyelesaikan PR, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau bahkan berinteraksi dengan teman-teman bisa menjadi beban pikiran.
Rasa kewalahan ini mungkin disebabkan oleh kombinasi dari tekanan eksternal dan internal. Misalnya, tekanan dari dari lingkungan sekitar, harapan orang tua, dan tuntutan akademik.
8. Tidak Percaya Diri
Ketidakpercayaan diri pada remaja sering kali muncul sebagai hasil dari kegagalan masa lalu atau perbandingan diri dengan orang lain, terutama teman sebaya. Terlebih lagi hal itu dapat diperparah oleh komentar atau kritik dari lingkungan sekitar.
Perasaan ini juga bisa dipengaruhi oleh harapan dan tuntutan yang tidak realistis dari diri sendiri atau orang lain, seperti orang tua atau guru. Sebagai hasilnya, mereka berubah menjadi tidak percaya diri, tidak berharga atau kurang menarik.
9. Sulit Berkonsentrasi
Ketika mengalami stress, kemampuan untuk fokus dan mempertahankan perhatian pada suatu hal seringkali terganggu. Proses berpikir bisa menjadi terpecah, dan mereka mungkin merasa sulit untuk menyelesaikan tugas atau memahami informasi baru.
10. Takut Untuk Berkawan
Ketika anak remaja mengalami stress, mereka cenderung memilih untuk menghindar dari hal-hal yang berpotensi membuat stress-nya semakin bertambah.
Salah satunya, berkawan dengan teman lama atau berkenalan dengan orang baru. Sebab, ini adalah langkah awal bagi mereka yang bisa saja menciptakan konflik, ekspektasi, dan pemicu lainnya.
11. Sering Sakit Kepala
Sering Sakit Kepala, bisa muncul sebagai respons tubuh terhadap tekanan emosional dan ketegangan yang berkepanjangan. Hal ini bisa disebabkan oleh ketegangan otot di area kepala dan leher atau perubahan kimia dalam otak akibat stress.
12. Gangguan Pencernaan
Gangguan Pencernaan seperti diare, sembelit, atau nyeri perut bisa terjadi karena stress mempengaruhi bagaimana tubuh memproses makanan dan menyerap nutrisi.
13. Cepat Lemas
Walaupun tidak melakukan banyak aktivitas, remaja yang sedang stress bisa merasa kelelahan. Hal ini bisa disebabkan oleh kualitas tidur yang buruk atau tekanan emosional yang mempengaruhi energi tubuh.
14. Kulit Berjerawat
Untuk para remaja yang kulitnya mulai sering berjerawat, harus mulai awas dengan situasi ini.
Bisa saja kulit tumbuh jerawat dikarenakan kondisi stress yang dapat meningkatkan produksi sebum. Produksi sebum yang berlebihan dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan jerawat.
15. Gangguan Haid
Gangguan haid bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya stress, hal tersebut dikarenakan stress dapat mengganggu keseimbangan hormon.
Baca Juga: Pelatihan Kepemimpinan: Pengertian, Manfaat, dan Materinya
Jika Anda mengetahui adik, teman, atau orang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda stress seperti yang disebutkan sebelumnya, sebaiknya Anda berhati-hati dan siap memberikan bantuan yang diperlukan agar situasinya tidak bertambah buruk.
Faktor Stress Pada Remaja,
Istilah stress pada remaja sering juga disebut sebagai ‘Storm And Stress’. Menurut Very Well Mind, istilah ini ditemukan oleh Psikolog asal Amerika bernama G.Stanley Hall atau yang seterusnya akan kita panggil Hall.
Hall mengatakan bahwa peristiwa seperti ini bisa dirasakan oleh remaja yang sedang mengalami masa-masa pubertas.
Masa pubertas identik dengan berbagai perubahan yang dialami remaja, baik itu perubahan pada fisik, cara berpikir, dan mental mereka.
Belum lagi dengan adanya perubahan pada lingkungan yang dapat memicu rasa stress, akibat hal-hal yang belum pernah dirasakan atau belum diketahui jalan keluarnya.
Ada begitu banyak faktor yang bisa ditemukan pada anak remaja saat mengalami stress. Selanjuta, MinDi akan merangkum beberapa faktor yang menyebabkan stress pada remaja, sebagai berikut:
1. Baru Pertama Melakukan Sesuatu
Perasaan stress biasanya dialami oleh seseorang, karena mereka baru pertama melakukan sesuatu. Sehingga, tubuh secara alami berusaha untuk mencari jalan keluar secara mandiri, walaupun tidak tahu bagaimana caranya.
Sementara pada masa-masa ini, remaja diajarkan untuk mengerjakan sesuatu sendirian tanpa adanya bantuan dari orang tua. Hal tersebut, tentu bisa membuat anak merasa stress dan harus mengambil keputusannya sendiri.
2. Usaha Mencari Jati Diri
Usaha mencari jati diri menjadi salah satu faktor terjadinya stress pada anak. Sebab, di umur tersebut anak berusaha untuk mengetahui apa sekiranya yang dia inginkan dan apa yang sekiranya dia cita-citakan.
Terlebih lagi pada fase-fase tersebut, anak remaja sudah harus mencari jurusan kuliah yang nantinya bisa berhubungan dengan pekerjaannya setelah lulus kelak. Jika mereka belum tahu ingin menjadi apa, maka wajar jika merasa stress.
3. Ekspektasi Diri Sendiri dan Orang Lain
Tidak dapat dipungkiri, bahwa hidup ini kerap melibatkan ekspektasi baik ekspektasi diri sendiri maupun ekspektasi orang lain. Bagi sebagian anak remaja, ekspektasi bisa menjadi suatu motivasi, tapi bagi sebagiannya lagi bisa menjadi suatu beban.
Sebab, faktanya setiap individu memiliki kecepatan dan cara berkembang masing-masing. Ada anak remaja yang mampu mencapai ekspektasi dengan cepat, sementara beberapa lainnya membutuhkan waktu yang lebih lama.
Sayangnya, lingkungan sekitar seringkali tidak memberikan ruang untuk perbedaan tersebut.
Alih-alih mendukung, kadang kala masyarakat justru menilai berdasarkan pencapaian, bukan proses atau usaha yang telah ditempuh.
4. Konflik
Anak remaja mulai membangun identitas diri dan mencari posisi mereka di tengah masyarakat. Dalam pencarian jati diri ini, konflik seringkali muncul, baik itu konflik internal maupun eksternal.
Konflik internal bisa berupa pergulatan antara harapan diri dengan realitas atau antara nilai yang dianut dengan tuntutan lingkungan.
Sementara itu, konflik eksternal mungkin berupa pertentangan dengan teman sebaya, tekanan untuk memenuhi standar sosial, atau perselisihan dengan anggota keluarga.
Ketika konflik-konflik tersebut tidak dikelola dengan baik, remaja bisa merasa terjepit, bingung, dan bahkan terasing.
Perasaan tersebut kemudian dapat memicu stress karena mereka mungkin merasa tidak memiliki wadah untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan.
Baca Juga: 5 Langkah Super Efektif dalam Proses Pelatihan SDM
Dengan memahami sejumlah alasan di balik stress yang dialami para anak remaja, kita dapat lebih empatik dan memberikan dukungan yang tepat.
Bagaimana Cara Menangani Ciri-ciri Stress Pada Remaja?
Setelah mengetahui seluruh ciri-ciri stress pada remaja beserta faktornya. Mungkin pertanyaan Anda selanjutnya adalah, bagaimana cara menanganinya? Jangan khawatir, Sobat MinDi! MinDi akan memberitahu jawabannya sebagai berikut:
1. Pahami Cara Menangani Stress
Sebelum memutuskan langkah terbaik dalam menangani stress pada remaja, sangat penting bagi Anda untuk terlebih dahulu menguasai cara-cara efektif menanganinya.
Coba pahami diri sendiri terlebih dahulu, lalu cari faktor penyebab stress, kemudian cari jalan keluarnya secara hati-hati.
2. Cobalah Untuk Berkomunikasi
Membicarakan perasaan dengan keluarga atau teman dekat seringkali memberikan rasa lega. Dengan berkomunikasi, remaja dapat memahami bahwa mereka tidak sendirian dan bisa mendapatkan perspektif atau saran baru mengenai masalah yang dihadapi.
Hal ini sangat penting untuk mencegah perasaan terisolasi atau tidak dipahami. Sebab, dengan terus-menerus menjauhkan diri dari sosial akan berdampak lebih buruk lagi.
3. Ajak Untuk Membentuk Kebiasaan Baru
Berbeda dengan anak balita yang bisa diberitahu dengan baik-baik, anak remaja biasanya membutuhkan lebih dari sekadar di kasih tahu untuk melakukan sesuatu.
Yaitu, dengan cara mengajak dan melibatkan mereka untuk membentuk kebiasaan baru yang sekiranya bisa membuatnya merasa lebih baik.
Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan bersama mereka, yaitu melakukan olahraga secara rutin, mengerjakan sesuatu yang menyenangkan, menambah hobi baru, meditasi, dan lain sebagainya.
Tujuannya, agar badan bisa merasa lebih rileks dan pikiran buruk pun bisa berkurang.
4. Bergabung dengan Komunitas Kesehatan Mental
Bergabung dengan komunitas kesehatan mental adalah langkah positif yang patut dipertimbangkan.
Dalam komunitas tersebut, Anda dan anak remaja yang mengalami stress bisa bertemu dengan orang-orang yang pernah berada dalam situasi serupa.
Melalui interaksi dan diskusi bersama anggota komunitas, Anda dapat memperoleh wawasan baru serta mendapatkan dukungan moral yang sangat berharga.
Hal ini tentunya akan menjadi motivasi tambahan yang mendorong untuk terus maju dan berkembang.
5. Konsultasi dengan Ahlinya
Ingat! Stress bukanlah perkara sepele yang bisa diabaikan, begitu juga dengan stress yang dialami para anak remaja. Jika Anda sudah menunjukan ciri-ciri stress pada remaja yang parah dan mengganggu, harap berkonsultasi dengan ahlinya seperti psikolog dan psikiater.
Memahami ciri-ciri stress pada remaja adalah langkah awal yang penting untuk membantu mereka dalam menghadapi tantangan emosional di usia tersebut.
Dengan pengetahuan yang tepat, kita semua dapat berkontribusi dalam mendukung remaja agar tetap sehat secara mental dan emosional.
Namun, perlu diketahui bahwa mengatasi stress pada remaja bisa membuat Anda salah langkah, bila tidak dibekali dengan pengetahuan mengenai kesehatan mental.
Tak hanya remaja saja, stress juga dapat memicu orang dewasa, dalam dunia kerja penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental diri.
Salah satu cara mencegah stress karena pekerjaan adalah mengikuti pelatihan yang menunjang skill dan potensi yang dimiliki. Saat kemampuan bekerja meningkat, beban pekerjaan akan terasa lebih ringan.
Perusahaan dapat mendaftarkan karyawan pada corporate training dibimbing.id untuk menambah ilmu dan meningkatkan potensi karyawan Anda.
Segera konsultasikan sekarang di sini! lalu nikmati kinerja tim atau karyawan yang naik level setelah lulus training. Apapun tujuan bisnismu, dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi SDM yang berkualitas bagi perusahaan Anda,
Tags