dibimbing.id - Audience adalah Kunci Sukses Bisnis 2025, Ini Strateginya

Audience adalah Kunci Sukses Bisnis 2025, Ini Strateginya

Farijihan Putri

02 July 2024

29317

Image Banner

Catatan Redaksi:

Artikel ini pertama kali diterbitkan pada Juli 2024 dan diperbarui pada 11 November 2025 untuk memastikan informasi tetap akurat dan relevan.

Audience adalah fondasi paling krusial yang bakal bikin bisnis jebol atau justru mentok di tempat. Banyak brand menghamburkan budget iklan tapi hasilnya nol besar, ternyata salah sasaran karena nggak paham karakter audiens.

Nggak perlu khawatir, MinDi bakal bocorin strategi jitu menemukan dan mengelola audiens di tahun 2025. Buat kamu yang mau belajar lebih dalam tentang strategi pemasaran di era digital, Bootcamp Digital Marketing dibimbing.id solusinya!

Baca Juga: Bootcamp Digital Marketing Offline Dibimbing, Siap Upgrade Salary?


Memahami Konsep Audience & Perkembangannya

Audience adalah sekelompok orang yang menjadi target penerima pesan atau konten dari sebuah bisnis. Konsep ini telah berkembang dari sekadar target pasar statis menjadi entitas dinamis yang terus berinteraksi dengan brand

Di era digital sekarang, audience bukan lagi pihak pasif melainkan partisipan aktif yang membentuk percakapan sekitar brand.

Perkembangan teknologi dan media sosial telah mengubah cara kita memandang audience. Dulu, bisnis hanya mengenal demographic dasar seperti usia dan gender, tapi sekarang kita bisa memahami minat, perilaku, hingga pola konsumsi setiap individu.

Transformasi ini menuntut pendekatan yang lebih personal dan data-driven dalam membangun hubungan dengan audience, karena mereka kini mengharapkan experience yang relevan dan meaningful.


5 Jenis Audience Penting untuk Bisnis

Warga Bimbingan, setelah paham konsep dasarnya, sekarang yuk kenali lima jenis audience yang wajib kamu ketahui!


1. Cold, Warm, Hot Audience  

Audience adalah kelompok yang perlu dikategorikan berdasarkan tingkat kedekatan mereka dengan brand. Cold audience sama sekali belum mengenal bisnis, warm audience sudah ada interaksi awal, sedangkan hot audience paling siap untuk dikonversi. Setiap kategori membutuhkan pendekatan dan strategi konten yang berbeda-beda.


2. Loyal Customers  

Pelanggan setia sudah membuktikan komitmen mereka melalui pembelian berulang. Kelompok ini memberikan revenue konsisten dan punya LTV (Lifetime Value) tinggi. Strategi retensi akan sangat efektif untuk mempertahankan loyalitas mereka.


3. Brand Advocates  

Advokat brand merupakan versi upgrade dari loyal customer yang aktif mempromosikan bisnis kamu. Mereka sering merekomendasikan produk ke teman atau keluarga tanpa diminta. Memelihara hubungan dengan kelompok ini bisa mendatangkan referral customer berkualitas.


4. Lookalike Audience  

Jenis audience ini terdiri dari orang-orang yang punya karakteristik mirip dengan existing customer kamu. Platform iklan digital seperti Facebook Ads atau Google Ads bisa membantu menemukan lookalike audience. Pendekatan ini efektif untuk ekspansi pasar dengan profil customer yang sudah terbukti quality.


5. Competitor's Audience  

Kelompok ini sudah menunjukkan minat pada produk atau layanan sejenis yang ditawarkan kompetitor. Audience adalah aset berharga yang bisa "direbut" dengan strategi positioning yang tepat. Melakukan pendekatan kepada mereka membutuhkan unique value proposition yang kuat dan berbeda.

Baca Juga: Panduan Memilih Bootcamp Digital Marketing Terbaik


Bagaimana Cara Menentukan Target Audiens?

Sumber: Freepik

Setelah mengenal jenis-jenis audiens, sekarang MinDi akan ngajak praktek cara menentukan target audiens yang tepat!


1. Gunakan Data dari Berbagai Platform

Mulailah dengan memeriksa profil pengguna di berbagai media sosial untuk memahami karakteristik audiens potensial. Meskipun media sosial memberikan data berharga, perlu diingat bahwa sebagian besar audiens mungkin tidak aktif di platform tersebut. 

Oleh karena itu, perluas riset dengan menganalisis data dari berbagai sumber seperti website analytics dan customer database untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.


2. Identifikasi Pain Points Mereka

Customer pain points mencakup segala masalah yang dihadapi audiens, termasuk hambatan dalam proses pembelian. 

Beberapa contoh pain points untuk produk perawatan kulit antara lain kebingungan menentukan kebutuhan kulit, keinginan produk multifungsi, atau kesulitan dalam proses pembelian. Untuk memahami kebutuhan audiens secara mendalam, lakukan riset melalui survey, wawancara, dan observasi perilaku.


3. Cari Tahu Sumber Informasi Mereka

Langkah penting berikutnya adalah mengetahui preferensi audiens dalam mengakses informasi. Identifikasi apakah mereka lebih memilih blog artikel atau platform media sosial tertentu.

Pemahaman ini sangat membantu dalam mengoptimalkan strategi content marketing, karena pemilihan channel yang tepat akan mempengaruhi efektivitas pesan yang disampaikan.


4. Pahami Manfaat atau Kelebihan yang Mereka Cari

Setelah mengumpulkan data, fokuslah pada kelebihan produk yang paling diminati audiens. Setiap orang senang menemukan solusi atas masalah mereka, namun ingatlah kamu bukan satu-satunya pemain di industri. 

Pertimbangkan nilai unik apa yang bisa ditawarkan kepada audiens yang tidak mereka dapatkan dari kompetitor.


5. Pahami Apa yang Menghambat Keputusan Pembelian

Selain faktor pendorong, identifikasi juga hambatan dalam proses pembelian. Beberapa contoh penghambat antara lain kemasan yang tidak praktis, kurangnya sertifikasi produk, atau layanan customer service yang lambat. 

Proses identifikasi ini memerlukan observasi mendalam dan penelitian berkelanjutan untuk memperbaiki strategi pemasaran.


6. Buat Persona Audiens

Jika masih kesulitan, buatlah buyer persona sebagai representasi detail dari target audiens. Persona mencakup berbagai atribut seperti nama, profesi, usia, daya beli, hobi, dan kebiasaan berbelanja. 

Profil fiksi ini membantu dalam memvisualisasikan karakteristik audiens secara lebih nyata dan terstruktur untuk keperluan strategi pemasaran.


Strategi Mengelola Audience 2025

Warga Bimbingan udah tahu kan cara menentukan target audiens? Sekarang yuk pelajari strategi mengelolanya di tahun 2025!


1. Segmentasi Berbasis Perilaku Real-time  

Audience adalah aset dinamis yang perilakunya terus berubah. Manfaatkan AI tools untuk menganalisis pola interaksi terkini seperti waktu aktif, jenis konten yang disukai, dan frekuensi engagement. 

Contohnya: bagi audiens yang aktif jam 7-9 malam dengan konten video pendek ke dalam segmen khusus. Hasilnya, engagement rate bisa naik 40% karena konten lebih personal dan tepat waktu.


2. Personalisasi Multi-Channel  

Buat pengalaman yang konsisten namun tailored di setiap platform yang digunakan audiens. Gunakan data dari Instagram untuk menyesuaikan konten di TikTok, lalu lanjutkan dengan email marketing yang relevan. 

Contoh praktis: kirimkan rekomendasi produk via email berdasarkan riwayat tontonan video di Instagram. Strategi ini akan membantu meningkatkan conversion rate hingga 35% dibanding pendekatan one-size-fits-all.


3. Bangun Komunitas Interaktif  

Audience adalah partner kolaborasi yang perlu dilibatkan secara aktif. Kembangkan private group atau forum eksklusif untuk diskusi dua arah dengan anggota paling loyal. 

Contoh eksekusi: buat WhatsApp Community khusus untuk early adopters dengan akses preview produk dan sesi Q&A langsung dengan founder. Komunitas yang solid bisa menjadi sumber feedback berharga sekaligus brand ambassador organik.


4. Content Repurposing yang Cerdas  

Maximalkan value setiap konten dengan mengadaptasinya ke berbagai format sesuai preferensi audiens. Ubah webinar menjadi series Instagram Reels, podcast episode, dan blog post sekaligus. 

Contoh implementasi: konten live session "Tips Budgeting" bisa diolah menjadi 5 Reels, 3 TikTok videos, dan 1 carousel post. Pendekatan ini dapat membantu reach hingga 300% tanpa harus membuat konten baru dari nol.


5. Predictive Engagement Modeling  

Gunakan predictive analytics untuk mengantisipasi kebutuhan dan perilaku audiens di masa depan. Analisis data historis untuk memprediksi kapan audiens paling mungkin melakukan purchase atau churn. 

Contoh aplikasi: kirim special offer tepat sebelum periode dimana audiens biasanya melakukan repeat purchase. Strategi proaktif ini membantu menurunkan churn rate sampai 25% dan meningkatkan customer lifetime value.

Baca Juga: Switch Karier ke Digital Marketing? Cek Peluang & Gajinya


Keuntungan Mengelola Audience dengan Baik

Mengelola audience dengan strategi yang tepat bukan sekadar teori marketing, melainkan investasi berharga untuk pertumbuhan bisnis berkelanjutan.

Pendekatan yang terstruktur dalam mengelola audience akan memberikan dampak signifikan terhadap performa pemasaran dan profitabilitas perusahaan.

Bahkan bisnis dengan audience yang terkelola baik cenderung lebih tahan menghadapi fluktuasi pasar dan persaingan. Berikut 7 keuntungan konkret yang bisa kamu dapatkan:

  1. Meningkatkan ROI Campaign: Optimasi target audience bisa meningkatkan efektivitas iklan hingga 50%
  2. Mengurangi Customer Acquisition Cost: Biaya akuisisi pelanggan bisa turun 30-40% dengan targeting tepat
  3. Memperkuat Brand Loyalty: Engagement yang konsisten membangun hubungan emosional jangka panjang
  4. Meningkatkan Customer Lifetime Value: Pelanggan setia memberikan revenue berulang dan referral
  5. Mempercepat Feedback Loop: Memudahkan pengumpulan insight untuk pengembangan produk
  6. Mengoptimalkan Content Strategy: Konten yang relevan meningkatkan engagement rate signifikan
  7. Membangun Competitive Advantage: Pemahaman mendalam tentang audience menjadi diferensiasi unik

Dengan berbagai keuntungan strategis ini, tak heran perusahaan yang fokus pada audience management mengalami pertumbuhan 2x lebih cepat dibanding kompetitor.


Studi Kasus & Implementasi

Sumber: Techcrunch

Kolaborasi Netflix dan Duolingo untuk menyambut musim kedua "Squid Game" menjadi contoh brilian memanfaatkan momen budaya. Kemitraan ini terinspirasi dari data nyata Duolingo yang mencatat, lonjakan 40% pengguna belajar bahasa Korea setelah season pertama tayang.

Mereka pun menciptakan kampanye integratif "Learn Korean or Else" yang dijalankan melalui berbagai taktik kreatif. Duo si maskot berperan sebagai "Pink Guard" dengan persona lucu namun mengancam, dilengkapi filter interaktif di TikTok untuk uji kemampuan bahasa Korea, remix K-pop bertajuk "Korean or Get Eaten", serta integrasi 40 kosakata dari serial langsung ke kursus bahasa Korea mereka.

Hasilnya, kolaborasi ini sukses menciptakan hubungan saling menguntungkan bagi kedua brand. Duolingo berhasil mendorong engagement pengguna dan pendaftaran kursus baru, sementara Netflix mendapatkan buzz dan engagement yang organic di platform tempat audiens mereka aktif.

Strategi ini membuktikan kemitraan berbasis data dan eksekusi kreatif yang menyenangkan mampu menjangkau audiens baru secara autentik, sekaligus memperkuat positioning kedua brand di benak konsumen.

Baca Juga: Berapa Harga Bootcamp Digital Marketing? Ini Biayanya


Siap Kuasai Strategi Kelola Audience & Jadi Digital Marketer Andal?

Pemahaman audience adalah aset terpenting bisnis menjadi kunci kesuksesan di era digital. Untuk menguasai strategi mengelola audience secara profesional, Bootcamp Digital Marketing Jakarta dibimbing.id menawarkan program intensif dengan fasilitas lengkap.

Dapatkan fasilitas gratis mengulang kelas, pendanaan campaign ads hingga Rp1 juta, magang 2,5 bulan di hiring partner, 20+ assignment dengan UMKM. Faktanya, dibimbing.id punya track record 96% alumni bekerja berkat akses 840+ hiring partner.

Warga Bimbingan punya pertanyaan, "Bagaimana sistem penyaluran kerja ke hiring partner setelah lulus bootcamp?" atau "Apakah dana campaign Rp1 juta bisa digunakan untuk semua platform iklan?" Tim MinDi siap jawab semua pertanyaanmu, konsultasi gratis sekarang!

Yuk, wujudkan karir cemerlangmu di dunia digital marketing bersama dibimbing.id yang pasti #BimbingSampeJadi


Referensi

  1. Steps to Find Your Target Audience [Buka]
  2. Find Your Target Audience: 6-Step Framework & Examples [Buka]
  3. Duolingo’s owl mascot plays ‘Squid Game’ with sprawling Netflix tie-up [Buka]
  4. Netflix, Duolingo, and the art of engagement in a fiercely competitive attention economy [Buka]

Share

Author Image

Farijihan Putri

Farijihan is a passionate Content Writer with 3 years of experience in crafting compelling content, optimizing for SEO, and developing creative strategies for various brands and industries.

Hi!👋
Kalau kamu butuh bantuan,
hubungi kami via WhatsApp ya!