dibimbing.id - Buyer Persona adalah: Definisi, Fungsi, dan Cara Membuatnya

Buyer Persona adalah: Definisi, Fungsi, dan Cara Membuatnya

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

20 April 2024

1163

Image Banner

Buyer persona adalah istilah yang sering bikin bingung, ya Warga Bimbingan? Apalagi kalau kamu baru mulai belajar pemasaran atau pengembangan produk.

Masalahnya, tanpa memahami buyer persona dengan tepat, strategi pemasaran atau produkmu bisa meleset dan nggak sesuai harapan. Nah, pasti bikin frustrasi, kan?

Kali ini, MinDi akan kupas tuntas apa itu buyer persona, manfaatnya, dan cara membuatnya dengan langkah-langkah yang mudah diikuti. 

Yuk, simak artikel ini biar kamu bisa menyusun strategi yang lebih efektif dan tepat sasaran!


Apa Itu Buyer Persona?


Buyer persona adalah representasi semi-fiktif dari calon pelanggan ideal yang didasarkan pada riset pasar dan data nyata tentang pelanggan.

Konsep ini membantu menggambarkan karakteristik, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi oleh target audiens kamu.

Bayangkan ini seperti "profil" calon pelanggan yang bisa memandu kamu dalam merancang strategi pemasaran atau produk yang lebih relevan dan efektif.

Dalam konteks bisnis, buyer persona memastikan setiap langkah pemasaran dan pengembangan produk bisa lebih terarah dan benar-benar menjawab kebutuhan pelanggan.

Baca juga : Content Writing: Definisi, Manfaat, Jenis, dan Tips Terbaik


Detail Buyer Persona


Sumber : Canva

Nah, saat bikin buyer persona, nggak cuma nama dan usia aja yang perlu kamu tahu, Warga Bimbingan. 

Detail buyer persona harus mencakup banyak aspek biar lengkap dan efektif! Berikut elemen-elemen yang perlu kamu catat:


1. Demografi


Demografi adalah informasi dasar yang mengidentifikasi karakteristik fisik dan sosial dari calon pelanggan kamu. 

Data ini mencakup aspek-aspek seperti usia, jenis kelamin, lokasi, pendidikan, dan pekerjaan yang memberikan gambaran awal tentang siapa target audiens kamu dan membantu menyusun strategi pemasaran yang lebih terarah.

Pertanyaan:

  1. Berapa usia calon pelanggan?
  2. Apa jenis kelamin mereka?
  3. Di mana mereka tinggal atau bekerja?
  4. Apa tingkat pendidikan mereka?
  5. Apa pekerjaan atau profesi mereka?
  6. Berapa perkiraan pendapatan mereka?
  7. Apa status perkawinan mereka?


2. Psikografi


Psikografi menggambarkan aspek emosional dan kepribadian calon pelanggan. Ini mencakup nilai-nilai, gaya hidup, minat, dan motivasi yang mempengaruhi bagaimana mereka membuat keputusan. 

Psikografi membantu kamu memahami cara berpikir dan kepribadian mereka, sehingga strategi komunikasi bisa lebih personal dan relevan.

Pertanyaan:

  1. Apa nilai dan prinsip yang mereka junjung?
  2. Apa yang mereka pedulikan atau yakini?
  3. Apa hobi atau minat mereka?
  4. Apa yang memotivasi mereka dalam kehidupan sehari-hari?
  5. Bagaimana gaya hidup mereka—santai, aktif, atau fokus pada karier?


3. Kebiasaan Belanja


Kebiasaan belanja mencakup pola atau preferensi pelanggan dalam melakukan pembelian, mulai dari di mana mereka berbelanja, apa yang mereka pertimbangkan sebelum membeli, hingga jenis produk yang biasanya mereka pilih. 

Dengan memahami kebiasaan ini, kamu bisa menentukan saluran pemasaran dan promosi yang tepat.

Pertanyaan:

  1. Apakah mereka lebih sering belanja online atau offline?
  2. Platform apa yang paling sering mereka gunakan untuk berbelanja?
  3. Apa yang menjadi faktor utama mereka saat memutuskan untuk membeli produk?
  4. Apakah mereka cenderung menunggu promo atau diskon?
  5. Seberapa sering mereka membeli produk yang relevan?


4. Pain Points & Tantangan


Pain points dan tantangan adalah masalah atau kebutuhan utama yang dirasakan calon pelanggan. Ini adalah hal-hal yang membuat mereka frustrasi atau membutuhkan solusi, yang mana produk atau jasa kamu bisa menjadi jawaban.

Memahami pain points ini memungkinkan kamu merancang pesan dan solusi yang benar-benar menjawab kebutuhan pelanggan.

Pertanyaan:

  1. Apa masalah utama yang mereka alami terkait dengan produk atau jasa seperti yang kamu tawarkan?
  2. Apa tantangan terbesar yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari atau pekerjaan mereka?
  3. Apa yang membuat mereka frustrasi atau stres?
  4. Apa kebutuhan yang belum terpenuhi dan mereka cari dalam produk?
  5. Apa yang mungkin membuat mereka ragu untuk membeli?

Baca Juga: User Generated Content (UGC): Arti, Manfaat, Contoh, & Tips


Cara Membuat Buyer Persona 


Sumber : Canva

Sekarang kita masuk ke bagian yang paling ditunggu: gimana caranya bikin buyer persona? MinDi kasih langkah-langkah sederhana dan contoh yang bisa langsung kamu terapkan!


1. Riset dan Kumpulkan Data


Cara terbaik untuk mengenal calon pelanggan adalah dengan riset. Kamu bisa wawancara pelanggan, survey, atau cek data dari social media dan Google Analytics. 

Misal, kalau produk kamu skincare, coba wawancara pelanggan kamu tentang masalah kulit yang mereka hadapi atau produk apa yang jadi holy grail mereka.


2. Tentukan Demografi Dasar


Tentukan usia, jenis kelamin, pekerjaan, hingga lokasi calon pelanggan kamu. 

Contoh: Lisa, 28 tahun, bekerja sebagai content creator, tinggal di Jakarta, berpenghasilan Rp10 juta per bulan.


3. Analisis Psikografi dan Minat


Masuk ke dalam pola pikir calon pelanggan kamu. Lisa adalah pecinta skincare yang rajin mencari produk aman dan alami. Dia peduli dengan kesehatan kulit dan cenderung memilih produk vegan dan cruelty-free.


4. Identifikasi Pain Points


Ini yang sering jadi titik krusial. Lisa punya masalah kulit sensitif yang mudah iritasi dengan produk berbahan kimia berat. Dia mencari produk yang bisa menjaga kelembaban kulit tanpa bikin wajahnya break out.


5. Tulis Buyer Persona Kamu


Saatnya rangkum! Misal:

Lisa, 28 tahun, content creator, tinggal di Jakarta. Dia peduli dengan skincare yang sehat dan aman untuk kulit sensitifnya. Punya daya beli yang cukup tinggi dan lebih suka belanja online. Dengan buyer persona ini, kamu bisa mengatur strategi produk dan promosi yang langsung menjawab kebutuhan Lisa.

Warga bimbingan juga bisa merubah ke dalam versi gambar agar lebih mudah dilihat, seperti berikut:

Contoh buyer persona

Baca juga : Apa itu Brand Equity? Arti, Tahapan, Contoh, & Strategi


Fungsi dan Pentingnya Buyer Persona 


Sumber : Canva

Warga Bimbingan, buyer persona  bukan cuma ngebantu kamu tau ke mana harus melangkah, tapi juga ngebantu kamu lebih ngerti siapa yang kamu ajak bicara. Nah, biar makin yakin pentingnya buyer persona, yuk kita lihat fungsi dan manfaatnya:


1. Mengidentifikasi Audiens yang Tepat


Buyer persona membantu kamu menentukan dengan lebih spesifik siapa sebenarnya target audiensmu. Jadi, nggak ada lagi tuh strategi “tembak semua orang.” 

Misalnya, kalau kamu punya produk skincare vegan, buyer persona bisa bantu kamu fokus ke pelanggan yang peduli dengan kesehatan kulit, bahan alami, dan sustainability.Hasilnya? Strategi kamu jadi jauh lebih terarah dan nggak ngabisin budget buat audiens yang salah.


2. Menyusun Pesan yang Relevan dan Tepat Sasaran


Pernah nggak kamu lihat iklan yang kayaknya ngomong ke orang lain, bukan ke kamu? Nah, dengan buyer persona, kamu bisa menghindari hal itu. Kamu jadi bisa menyusun pesan yang lebih relevan dan nyambung buat audiens. 

Misalnya, kalau audiens kamu adalah generasi milenial yang aktif dan suka teknologi, kamu bisa gunakan gaya bahasa yang santai, modern, dan langsung ke intinya. Ini bikin pesan kamu nggak cuma terdengar, tapi juga dipahami dan diapresiasi.


3. Memilih Kanal Pemasaran yang Efektif


Buyer persona juga ngebantu kamu tahu di mana audiens kamu sering "nongkrong." Mereka lebih sering aktif di Instagram, LinkedIn, atau bahkan TikTok? Dengan tahu hal ini, kamu bisa memilih kanal pemasaran yang lebih efektif dan tepat. 

Jadi, kamu nggak buang-buang energi dan biaya buat promosi di tempat yang audiensmu nggak pernah datangi. Hasilnya? Pemasaran jadi lebih efisien dan berpotensi besar menarik perhatian audiens yang tepat.


4. Mempermudah Pengembangan Produk atau Layanan


Dengan memahami pain points dan kebutuhan calon pelanggan, kamu bisa lebih mudah menyesuaikan atau mengembangkan produk yang benar-benar menjawab masalah mereka. 

Jadi, produk kamu nggak cuma ada di pasar, tapi benar-benar relevan dan dicari orang. Misalnya, kalau audiens kamu sering kesulitan cari produk skincare bebas bahan kimia, kamu bisa langsung berfokus membuat produk yang mengatasi masalah tersebut.


5. Meningkatkan Efisiensi Anggaran


Buyer persona bikin kamu lebih fokus dan nggak asal lempar budget ke mana-mana. Dengan target yang lebih spesifik, biaya iklan dan promosi kamu bisa dialokasikan langsung ke audiens yang tepat. 

Ini nggak cuma menghemat anggaran, tapi juga bikin setiap rupiah yang kamu keluarkan jadi lebih efektif.

Baca juga : 7 Strategi Digital Marketing yang Ampuh & Tips Sukses


Ingin Jadi Ahli Digital Marketing yang Banyak Dicari Perusahaan? Gabung Sekarang!


Warga Bimbingan, tahu nggak? Buyer persona adalah salah satu kunci utama dalam digital marketing yang sukses! Kalau kamu serius mau berkarier di dunia digital marketing yang lagi hype banget ini, sekarang saatnya upgrade skill di Digital Marketing Bootcamp dibimbing.id!

Di sini, kamu nggak cuma belajar teori, tapi langsung praktek bikin strategi marketing yang impactful dengan pemahaman mendalam tentang buyer persona. Hasilnya? Portofolio keren yang siap dipamerin!

Dengan panduan mentor-mentor berpengalaman, kamu bisa belajar dari dasar sampai mahir—dan bisa ulang kelas gratis kapan aja! Dibimbing.id punya 700+ hiring partner, dan 91% alumni sukses berkarier di berbagai perusahaan top. Jadi, ini kesempatan emas buat kamu jadi digital marketer yang dicari perusahaan!

Yuk, langsung daftar di Digital Marketing Bootcamp dibimbing.id! Kalau ada pertanyaan, langsung konsultasi gratis aja di sini, ya. #BimbingSampeJadi!

Referensi: 

  1. How to Create Detailed Buyer Personas for Your Business [Buka]
  2. What Is a Buyer Persona? Basics, Benefits, and Examples [Buka]

Share

Author Image

Irhan Hisyam Dwi Nugroho

Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!