Apa itu Metode Waterfall? Pengertian, Tahapan & Plus Minusnya
Muthiatur Rohmah
•
30 August 2024
•
1714
Halo Warga Bimbingan! Kamu pernah dengar tentang metode waterfall dalam pengembangan proyek?
Waterfall adalah metode pengembangan proyek yang linear dan berurutan, ibaratnya kayak ngerjain sesuatu step by step, dari awal sampai akhir secara berurutan. Semuanya harus diselesaikan satu per satu, nggak boleh loncat-loncat.
Dalam dunia proyek, waterfall ini digunakan untuk memastikan tiap tahap dikerjain dengan rapi sebelum lanjut ke tahap berikutnya.
Walaupun terkesan terstruktur, metode waterfall ini juga ada loh plus-minusnya lho! Penasaran mengenai metode waterfall lebih lanjut? Simak penjelasannya pada artikel ini!
Apa itu Metode Waterfall?
Sesuai dengan namanya, metode waterfall itu ibarat air terjun yang mengalir dari atas ke bawah, satu arah, nggak ada balik-balik lagi ke atas.
Waterfall adalah metode pengembangan proyek yang mengalir secara linier dari satu fase ke fase berikutnya, di mana setiap tahap harus selesai sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.
Metode waterfall dimulai dari tahap perencanaan, lanjut ke desain, terus pengembangan, testing, dan terakhir implementasi. Setiap tahap harus selesai dulu, sebelum ingin lanjut ke tahap berikutnya.
Kelebihan metode waterfall adalah semuanya jadi rapi dan terstruktur, jadi kamu bisa ngelacak progres proyek dengan jelas.
Tapi disisi lain, kalau ada perubahan atau masalah di tengah jalan, agak susah buat mundur dan revisi tahap sebelumnya tanpa ngerusak alur yang sudah ada.
Jadi, metode waterfall paling cocok digunakan dalam proyek yang sudah jelas dari awal dan nggak banyak perubahan yang mungkin terjadi di tengah jalan. Simple, teratur, tapi agak kaku!
Baca Juga: 3 Contoh Metode Agile dalam Pengembangan Proyek
Tahapan Metode Waterfall dalam Pengembangan Proyek
Ada beberapa tahapan yang harus kamu lalui ketika menggunakan metode waterfall dalam pengembangan proyek perusahaan.
Yuk simak dan pelajari tahapan metode waterfall dalam pengembangan proyek secara sistematis berikut ini.
1. Kebutuhan (Requirement)
Tahap awal metode waterfall adalah mengumpulkan semua informasi yang diperlukan tentang apa yang mau dibuat. Kamu ngobrol sama klien atau stakeholder buat ngerti apa saja yang mereka mau dan butuhkan dari proyek ini.
Semuanya harus dicatat dengan detail karena ini bakal jadi dasar buat semua tahap selanjutnya.
2. Desain (Design)
Setelah semua kebutuhan udah jelas, masuk ke tahap desain. Di sini, kamu mulai ngerancang solusi yang bakal dibuat. Ada dua bagian penting di tahap ini: desain sistem dan desain teknis. D
Desain sistem itu kayak gambaran besar tentang gimana proyek ini bakal bekerja, sedangkan desain teknis lebih fokus ke detail teknisnya, kayak struktur database, arsitektur aplikasi, atau tampilan antarmuka. Ini ibaratnya kayak bikin blueprint rumah sebelum mulai bangun.
3. Pengembangan (Implementation)
Nah, pada tahap ini, tim bisa mulai coding atau bikin proyeknya berdasarkan desain yang udah dibuat sebelumnya.
Tim pengembang mulai menulis kode, ngerakit komponen, dan ngehubungin semuanya biar jadi produk yang sesuai sama spesifikasi yang sudah ditentukan. Di sini, tim bener-bener ngikutin rancangan yang udah disepakati tanpa banyak perubahan.
4. Pengujian (Testing)
Setelah pengembangan selesai, waktunya masuk ke tahap pengujian. Pada metode waterfall, semua yang sudah dibuat tadi diuji coba buat memastikan semuanya berjalan sesuai rencana dan nggak ada bug atau masalah besar. Testing ini bisa berupa uji coba fungsi, performa, dan juga keamanan.
5. Penerapan (Deployment)
Setelah semuanya sudah dites dan hasilnya oke, sekarang waktunya proyek ini di-launch atau diimplementasikan ke pengguna akhir.
Tahap ini berarti produk atau sistem yang sudah dibangun, bisa mulai digunakan oleh klien atau publik.
6. Pemeliharaan (Maintenance)
Meskipun proyek sudah diimplementasikan, pekerjaan belum selesai di sini. Masih ada tahap pemeliharaan, di mana kamu harus siap-siap buat ngebenerin kalau ada masalah yang muncul, ngasih update atau perbaikan kalau dibutuhin.
Itulah beberapa tahapan metode waterfall dalam pengembangan proyek. Metode ini bikin semuanya jadi terstruktur dan gampang di-manage, tapi memang kurang fleksibel kalau tiba-tiba ada perubahan di tengah jalan.
Makanya, metode waterfall ini paling cocok buat proyek yang kebutuhannya sudah jelas dan fix dari awal.
Baca Juga: Metode Scrum: Definisi, Manfaat, Peran, Pilar, dan Kerangka Kerja
Kelebihan Metode Waterfall
Metode waterfall punya beberapa kelebihan yang bikin dia masih banyak dipakai dalam pengembangan proyek, terutama yang punya kebutuhan yang jelas dan stabil.
Yuk simak kelebihan metode waterfall dalam pengembangan proyek perusahaan berikut ini.
1. Struktur yang Teratur dan Jelas
Metode waterfall berjalan dengan urutan yang jelas dan terstruktur, mulai dari tahap perencanaan sampai pemeliharaan.
Setiap tahap harus diselesaikan sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya, jadi kamu punya gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan di setiap langkah. Ini membantu tim tetap fokus dan disiplin dalam menyelesaikan setiap bagian proyek.
2. Dokumentasi yang Lengkap
Pada metode waterfall, dokumentasi di setiap tahap sangat penting. Karena semuanya harus direncanakan dan dideskripsikan dengan detail dari awal, hasilnya adalah dokumentasi proyek yang sangat lengkap.
Hal ini sangat berguna kalau ada anggota tim baru yang bergabung di tengah proyek, atau kalau proyek perlu direvisi atau dikembangkan lebih lanjut di masa depan. Semua informasi yang diperlukan sudah tertulis dengan jelas.
3. Mudah Dimengerti dan Dikelola
Karena metode waterfall sudah umum dan banyak digunakan, metode ini cenderung lebih mudah dipahami oleh semua anggota tim, termasuk yang mungkin baru bergabung atau yang belum terlalu berpengalaman.
Manajemen proyek juga jadi lebih simpel, karena setiap tahap punya awal dan akhir yang jelas. Ini bikin monitoring dan pengendalian proyek jadi lebih mudah.
4. Cocok untuk Proyek dengan Kebutuhan yang Tetap
Waterfall sangat cocok untuk proyek yang kebutuhan dan persyaratannya sudah jelas dan fix dari awal, tanpa banyak perubahan.
Karena setiap tahap sudah direncanakan secara detail, kalau kebutuhan proyek nggak berubah, metode ini bisa berjalan dengan sangat efisien.
Semua pihak yang terlibat bisa punya ekspektasi yang jelas tentang hasil akhir, karena proyek mengikuti blueprint yang sudah disepakati sejak awal.
Kelebihan-kelebihan ini membuat waterfall jadi pilihan yang solid buat proyek yang terstruktur, terutama yang punya spesifikasi jelas dari awal dan nggak banyak perubahan di tengah jalan.
Kekurangan Metode Waterfall
Meskipun metode waterfall punya banyak kelebihan, ada juga beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan, jika kamu memilih metode ini.
Yuk simak beberapa kekurangan metode waterfall berikut ini.
1. Kurang Fleksibel
Salah satu kekurangan waterfall adalah sifatnya yang kaku dan kurang fleksibel. Karena setiap tahap harus diselesaikan sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya, perubahan yang terjadi di tengah jalan bisa sangat sulit dan mahal untuk diakomodasi.
Kalau ada perubahan kebutuhan atau spesifikasi setelah tahap tertentu selesai, revisi bisa jadi sangat rumit dan memakan waktu, karena sering kali harus balik ke tahap sebelumnya.
2. Kesulitan Menghadapi Perubahan Kebutuhan
Dalam proyek yang dinamis, metode waterfall kurang cocok. Karena semua persyaratan harus ditetapkan di awal dan dokumentasi dibuat berdasarkan asumsi tersebut, perubahan di tengah proyek bisa menyebabkan masalah besar.
Ini membuat metode waterfall cenderung kurang ideal untuk proyek yang berkembang atau berevolusi seiring waktu.
3. Risiko Terjadi Masalah di Akhir Proyek
Karena testing dan validasi baru dilakukan di tahap akhir, ada risiko besar kalau-kalau masalah atau bug baru ketahuan setelah proyek hampir selesai.
Ini bisa bikin biaya dan waktu pengerjaan jadi membengkak karena harus ada perbaikan yang dilakukan setelah banyak tahap selesai. Semakin jauh proyek berjalan, semakin besar dampak dari masalah yang ditemukan di akhir proses.
4. Keterlibatan Klien yang Terbatas Selama Proses
Dalam metode waterfall, keterlibatan klien atau pemangku kepentingan biasanya lebih banyak di awal proyek saat mendefinisikan kebutuhan, dan di akhir proyek saat menerima hasil.
Hal ini bisa jadi masalah kalau ekspektasi atau kebutuhan klien berubah di tengah jalan, karena mereka tidak terlibat secara aktif dalam proses pengembangan.
Akibatnya, hasil akhir bisa saja tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan klien karena kurangnya komunikasi berkelanjutan selama proyek berlangsung.
Kekurangan-kekurangan ini membuat metode waterfall lebih cocok untuk proyek-proyek yang persyaratannya sudah sangat jelas dan tidak mungkin berubah, atau untuk proyek-proyek yang bersifat sederhana dan terdefinisi dengan baik dari awal.
Baca Juga: Memahami Metode Kanban dalam Project Management
Ingin Belajar Metode Pengembangan Proyek Lebih Lanjut? Yuk Ikuti Bootcamp dibimbing.id
Warga Bimbingan, itulah beberapa pembahasan mengenai waterfall secara lengkap, mulai dari pengertian, tahapan, hingga kelebihan dan kekurangan metode waterfall.
Kesimpulannya, Waterfall adalah metode yang cocok buat proyek yang jelas dan nggak banyak berubah, tapi kalau tiba-tiba ada perubahan di tengah jalan, siap-siap aja ribetnya!
Ingin belajar metode pengembangan proyek lebih lanjut? Tertarik switch career sebagai project manager profesional? Bingung harus mulai dari mana?
Yuk ikuti bootcamp product and project management dibimbing.id. Bootcamp terbaik dengan pembelajaran inovatif dan intensif. Bootcamp ini didampingi oleh para mentor profesional dan berpengalaman di bidangnya, yang bakal bantu kamu jadi product developer yang sukses.
Belum memiliki pengalaman di bidang product dan project management sama sekali?
Tenang saja, dibimbing.id siap bimbing kamu mulai dari nol, dengan kurikulum terlengkap, update serta beginner friendly.
Sebanyak 90% alumni bootcamp product dan project management dibimbing.id telah berhasil mendapatkan kerja sesuai bidang mereka. Nah, jangan khawatir nganggur setelah lulus bootcamp ya, dibimbing.id juga menyediakan job connect ke 700+ hiring partner khusus buat Warga Bimbingan.
Tunggu apalagi? buruan konsultasi GRATIS di sini, apapun tujuan karirmu dibimbing.id siap #BimbingSampeJadikarir impianmu.
Tags
Muthiatur Rohmah
Muthia adalah seorang Content Writer dengan kurang lebih satu tahun pengalaman. Muthia seorang lulusan Sastra Indonesia yang hobi menonton dan menulis. Sebagai SEO Content Writer Dibimbing, Ia telah menulis berbagai konten yang berkaitan dengan Human Resources, Business Intelligence, Web Development, Product Management dan Digital Marketing.