Above The Fold: Pengertian, Fungsi, dan Cara Mengukurnya

Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi
•
12 April 2024
•
723

Dalam desain UI/UX, above the fold adalah istilah yang menentukan seberapa efektif sebuah web dalam menarik perhatian pengguna. Pasalnya, above the fold memungkinkan pengguna untuk melihat konten tanpa perlu menggulir laman.
Oleh sebab itu, above the fold adalah elemen yang memainkan peran krusial dalam antarmuka pengguna. Untuk lebih lengkapnya, baca artikel ini sampai habis ya!
Apa yang Dimaksud dengan Above the Fold?
Sumber: Freepik
Secara umum, above the fold adalah istilah yang sering kali digunakan dalam penerbitan cetak. Hal ini merujuk pada konten yang terlihat pada bagian atas halaman depan koran ketika dilipat dan ditampilkan di rak.
Dalam konteks digital, istilah ini telah beradaptasi untuk merujuk pada bagian halaman web yang bisa dilihat oleh pengguna tanpa scroll ke bawah.
Konten yang ditempatkan pada area tersebut dianggap paling penting karena itu adalah bagian pertama yang dilihat pengunjung.
Dengan pemahaman mendalam soal above the fold, desainer dan pengembang web dapat menciptakan pengalaman pengguna yang lebih menarik serta efektif. Hal ini mendorong keterlibatan dan konversi pada halaman web mereka.
Apa Saja Fungsi Above the Fold?
Above the fold pada halaman web memainkan beberapa fungsi penting dalam desain UI/UX. Hal ini secara signifikan mempengaruhi bagaimana pengguna berinteraksi dengan sebuah situs. Berikut adalah beberapa fungsi utama dari above the fold:
Menarik Perhatian Pengguna: Menyajikan konten menarik dan informatif di area pertama yang dilihat pengunjung untuk membuat kesan pertama yang kuat.
Mengkomunikasikan Nilai Utama: Menyampaikan proposisi nilai atau keunggulan situs secara cepat dan efektif untuk mempertahankan minat pengguna.
Mengarahkan Tindakan Pengguna: Menempatkan call-to-action (CTA) yang jelas dan mudah diakses untuk mendorong konversi atau interaksi lebih lanjut.
Meningkatkan Keterlibatan: Memanfaatkan elemen visual dan konten interaktif untuk meningkatkan keterlibatan dan mendorong pengguna menjelajahi lebih dalam.
Optimasi untuk Konversi: Desain yang difokuskan pada hasil seperti pendaftaran, penjualan, atau download. Hal ini dilakukan dengan menonjolkan fitur atau manfaat penting di bagian atas halaman.
Pengurangan Tingkat Pentalan (Bounce Rate): Memberikan informasi yang cukup di atas lipatan untuk meyakinkan pengguna bahwa mereka berada di tempat yang tepat. Sehingga, ini mengurangi kemungkinan mereka meninggalkan situs segera.
Baca Juga: 9 Contoh Desain UI Website yang Bisa Kamu Jadikan Inspirasi
Best Practices untuk Desain Above the Fold
Desain area above the fold memegang peranan krusial dalam kesuksesan halaman web. Berikut adalah beberapa best practices yang bisa mengoptimalkan efektivitas desain above the fold:
1. Prioritaskan Konten Utama
Langkah pertama dalam mengoptimalkan desain above the fold adalah prioritas konten utama. Berikut adalah tahapannya:
Fokus pada Pesan Inti: Pastikan bahwa pesan utama atau nilai jual dari situsmu langsung terlihat.
Sederhana dan Langsung: Hindari kelebihan informasi yang bisa membingungkan atau mengalihkan perhatian pengguna.
2. Desain yang Responsif
Berikutnya adalah menciptakan desain yang responsif. Terkait ini, berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan:
Konsistensi di Berbagai Perangkat: Pastikan elemen penting tetap terlihat baik pada desktop, tablet, atau ponsel.
Tes Berbagai Resolusi Layar: Uji tampilan pada berbagai ukuran layar untuk memastikan konten kritis selalu terlihat.
3. CTA yang Jelas dan Menarik
Langkah berikutnya adalah membuat CTA yang jelas dan menarik. Berikut adalah tips untuk membuat CTA yang jelas dan menarik:
Posisi Strategis: Tempatkan tombol atau link call-to-action (CTA) di lokasi yang mudah dilihat dan diakses.
Desain Menonjol: Gunakan warna, ukuran, atau elemen desain lain yang menarik perhatian untuk CTA kamu.
4. Gunakan Media Visual yang Menarik
Best practices berikutnya adalah menggunakan media visual yang menarik. Berikut adalah caranya:
Gambar Berkualitas Tinggi: Gunakan gambar atau video yang menarik dan relevan untuk menarik perhatian dan menyampaikan pesan secara efektif.
Optimasi Kecepatan Pemuatan: Pastikan media visual dioptimalkan untuk pemuatan cepat agar tidak memperlambat akses ke konten.
5. Tes dan Analisis Pengguna
Langkah selanjutnya adalah melakukan tes dan analisis pengguna. Berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu terapkan:
Gunakan Heatmaps dan Analitik: Analisis bagaimana pengguna berinteraksi dengan halaman untuk memahami elemen apa yang paling menarik perhatian.
A/B Testing: Coba berbagai versi dari tata letak atau elemen above the fold untuk menemukan kombinasi yang paling efektif dalam meningkatkan konversi.
6. Optimalkan Web untuk Kecepatan Pemuatan
Langkah terakhir adalah mengoptimalkan kecepatan pemuatan web. Berikut adalah langkahnya:
Kompresi Aset: Kompres gambar, CSS, dan JavaScript untuk mengurangi waktu pemuatan.
Prioritaskan Pemuatan Konten Penting: Gunakan teknik seperti Lazy Loading untuk elemen di bawah lipatan guna memprioritaskan pemuatan konten above the fold.
Cara Mengukur Above the Fold
Mengukur efektivitas area above the fold pada halaman web adalah langkah penting untuk memastikan bahwa desain benar-benar berfungsi untuk tujuanmu. Berikut adalah beberapa metode dan alat yang bisa kamu gunakan untuk mengukur efektivitasnya:
1. Analisis Heatmap
Cara pertama adalah menggunakan heatmap tools. Beberapa alat yang bisa digunakan antara lain Hotjar, Crazy Egg, atau Mouseflow. Alat ini dapat menunjukkan di mana pengguna paling banyak mengklik dan memfokuskan perhatian mereka pada halaman.
Lalu, lakukan interpretasi data dengan analisis area yang mendapatkan interaksi paling banyak. Hal ini bertujuan untuk menentukan jika konten yang tepat berada di area above the fold.
2. A/B Testing
Cara berikutnya adalah uji variasi desain. Untuk lakukan A/B testing dengan mengubah elemen-elemen di above the fold, guna melihat mana yang menghasilkan konversi lebih baik.
Selanjutnya, kamu bisa evaluasi perubahan dengan analisis hasil tes. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi versi yang lebih efektif dalam menggenggam perhatian pengguna dan mendorong tindakan.
3. Google Analytics
Selanjutnya adalah memantau metrik halaman. Untuk lakukan ini, kamu bisa periksa metrik seperti waktu pada halaman, tingkat pentalan, dan konversi.
Selanjutnya, kamu bisa analisis perilaku pengguna. Gunakan fitur seperti "In-Page Analytics" untuk melihat bagaimana pengguna berinteraksi dengan halamanmu.
Baca Juga: 9 Cara Membuat Web Responsif dan User Friendly
4. Survei Pengguna
Berikutnya adalah mengumpulkan masukan langsung. Hal ini bisa dilakukan dengan survei pengguna. Tujuannya adalah untuk mendapatkan umpan balik tentang apa yang mereka perhatikan pertama kali di halaman.
Selanjutnya, lakukan evaluasi kesan pertama. Tanyakan kepada pengguna apakah mereka merasa mendapatkan informasi yang mereka butuhkan tanpa perlu scroll.
Tags

Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi
Khadijah adalah SEO Content Writer di Dibimbing dengan pengalaman menulis konten selama kurang lebih setahun. Sebagai lulusan Bahasa dan Sastra Inggris yang berminat tinggi di digital marketing, Khadijah aktif berbagi pandangan tentang industri ini. Berbagai topik yang dieksplorasinya mencakup digital marketing, project management, data science, web development, dan career preparation.