8 Strategi Menerapkan Minimum Viable Product (MVP)
Muthiatur Rohmah
•
01 February 2024
•
322
Dalam proses product development, strategi Minimum Viable Product (MVP) merupakan hal yang penting dilakukan sebagai langkah awal sebelum meluncurkan produk.
MVP bertujuan sebagai alat mengenalkan produk kepada pelanggan dan mengumpulkan feedback mereka, sebelum produk diluncurkan.
Melalui Minimum Viable Product atau MVP, perusahaan dapat menguji dan memahami kondisi pasar yang akan mereka masuki.
Sebagai seorang product developer, Sobat MinDi wajib memahami strategi minimum viable product sebelum meluncurkannya. Yuk simak penjelasannya di sini!
Minimum Viable Product
Minimum Viable Product adalah konsep dalam pengembangan produk yang mengacu pada versi paling dasar dari sebuah produk yang masih dapat memenuhi kebutuhan dasar pengguna dan memberikan umpan balik untuk pengembangan lebih lanjut.
MVP dirancang untuk memasuki pasar dengan cepat menggunakan sumber daya minimal, dengan tujuan utama menguji hipotesis tentang kebutuhan dan preferensi pasar serta memvalidasi ide produk.
Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk belajar dari feedback pengguna awal, mengidentifikasi fitur yang paling user friendly, dan menghindari pemborosan waktu dan biaya dalam mengembangkan fitur yang tidak penting atau tidak diinginkan oleh pasar.
Yuk pelajari strategi minimum viable product (MVP) berikut ini. Dijamin produk yang akan diluncurkan akan sukses sesuai dengan minat pasar.
Merujuk pada Appetiser Apps, Berikut adalah 8 strategi menerapkan Minimum Viable Product dalam product development sebuah perusahaan.
1. Desain Produk MVP
Dalam konteks perangkat lunak, aplikasi seluler, dan alat teknologi, desain produk dalam Minimum Viable Product merupakan hal yang penting.
Terdapat beberapa pendekatan dalam implementasi MVP, termasuk sketsa, wireframe dan mockup (menunjukkan fungsi produk secara detail).
Desain produk yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan MVP merupakan langkah strategis untuk membangun audiens dan memvalidasi solusi yang ditawarkan dengan lebih cepat.
2. Landing Page
Landing pages atau Halaman arahan penting dalam strategi MVP. Landing page berfungsi sebagai halaman web yang mengarahkan pengunjung untuk mengambil tindakan tertentu.
Desain landing page yang menarik dan profesional dapat membangkitkan minat terhadap ide produk.
Landing Page yang efektif akan menarik secara visual, dapat menyajikan informasi penting tentang produk dan menyediakan tautan untuk informasi lebih lanjut.
Strategi ini sering digunakan untuk mengukur minat pasar terhadap produk atau layanan baru dengan cepat. Kinerja halaman arahan, seperti jumlah pengunjung yang mengklik tautan, dapat menjadi indikator apakah layak untuk melanjutkan pengembangan produk.
3. Video Demo
Video demo merupakan alat yang efektif dalam menjelaskan secara detail fungsi dan manfaat dari produk.
Video ini harus menunjukkan cara kerja produk, fitur utama yang ditawarkan, dan bagaimana produk tersebut dapat menyelesaikan masalah pengguna.
Keunggulan video demo terletak pada kemampuannya untuk berinteraksi dengan target audiens, memungkinkan perusahaan untuk menanyakan apakah solusi yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Dari segi biaya, produksi video demo lebih efisien daripada pengembangan aplikasi secara penuh.
Sebagai alat penguji MVP, video demo dapat menjadi efektif. Menurut studi oleh Wyzowl, sekitar 69% konsumen lebih memilih untuk mempelajari produk atau layanan baru melalui video pendek.
Hal ini menunjukkan pentingnya video dalam strategi komunikasi dan pemasaran modern.
4. Piecemeal MVP
Pendekatan piecemeal MVP merupakan metode untuk menguji ide produk dengan menggunakan alat dan layanan yang sudah ada dalam proyek.
Dalam pendekatan ini, MVP dibangun sebagai kumpulan fitur mini, masing-masing dirancang untuk mengumpulkan feedback pelanggan dan membantu meningkatkan produk secara keseluruhan.
Piecemeal MVP cocok untuk startup atau perusahaan yang ingin memperkenalkan ide baru dengan anggaran terbatas. Ini memungkinkan product developer untuk menciptakan nilai bagi pengguna dan memvalidasi aspek tertentu dari produk sebelum meluncurkan versi yang lebih lengkap.
Baca Juga: Mempelajari Product Life Cycle: Keuntungan Beserta Contohnya
5. Wizard of Oz
Konsep ini terinspirasi dari cerita "Wizard of Oz", dimana tokoh utama hanya seorang pria biasa yang bersembunyi di balik tirai.
Dalam konteks Minimum Viable Product, strategi Wizard of Oz mengacu pada aplikasi yang tampak sepenuhnya fungsional dari luar, tetapi sebenarnya dioperasikan secara manual oleh tim di belakang layar.
Minimum Viable product ini juga dikenal sebagai MVP Manual-First. Cocok untuk startup berbasis layanan, di mana tampilan eksternal dari otomatisasi menyembunyikan operasi manual internal.
Ini memungkinkan perusahaan untuk menguji konsep dengan cepat tanpa pengembangan teknologi yang kompleks.
6. Concierge MVP
Mirip dengan Wizard Oz, Concierge MVP juga berfokus pada penyediaan layanan secara manual, tetapi dengan transparansi bahwa ada orang yang membantu proses tersebut.
Dalam pendekatan ini, perusahaan memberitahu pengguna bahwa layanan dijalankan oleh manusia (concierge), dan tujuannya adalah untuk menyediakan layanan tersebut secara manual pada awalnya.
Kemudian, berdasarkan feedback yang diterima, proses ini secara bertahap diotomatisasi. Pendekatan "Concierge" sangat efektif untuk menguji relevansi sebuah aplikasi dengan kebutuhan pasar.
Ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dan mengoptimalkan pengalaman pengguna sebelum menginvestasikan sumber daya besar dalam pengembangan otomatisasi penuh.
7. Crowdfunding
Crowdfunding merupakan metode mengumpulkan dana untuk Minimum Viable Product melalui platform crowdfunding.
Inti dari metode ini adalah memungkinkan perusahaan untuk menerima donasi sebelum meluncurkan aplikasi atau produk mereka.
Crowdfunding berbasis donasi memberikan keuntungan dalam hal pengumpulan dana tanpa kewajiban membayar pokok atau bunga.
Ini adalah salah satu cara inovatif untuk mengumpulkan dana, memungkinan perusahaan untuk menjelajahi penerimaan pasar terhadap produk mereka melalui kontribusi konsumen.
Pendekatan ini juga memberikan kesempatan untuk menguji minat pasar dan mendapatkan dukungan awal sebelum meluncurkan produk secara penuh.
8. Prototipe MVP
Membuat prototype perangkat lunak adalah strategi Minimum Viable Product yang paling umum dan efektif.
Prototipe ini adalah versi awal dari produk yang berfungsi untuk menguji kelayakan aplikasi. Prototipe perangkat lunak sangat berguna jika sudah dilakukan beberapa pengujian pasar awal dan ada indikasi dukungan dari pasar.
Dengan prototype, perusahaan dapat menguji aspek teknis dan fungsional aplikasi, serta mendapatkan feedback awal dari pengguna. Ini membantu dalam memvalidasi ide dan konsep sebelum melanjutkan ke tahap pengembangan yang lebih lanjut dan lebih mahal.
Sobat MinDi itulah strategi minimum viable product atau MVP yang dapat digunakan oleh perusahaan sebelum meluncurkan produk.
Strategi MVP ini merupakan hal yang penting dalam product development, sebab MVP bertujuan sebagai bahan evaluasi meningkatkan sisi user friendly product sebelum diluncurkan.
Ingin mempelajari lebih lanjut tentang Minimum Viable Product? Tertarik switch karir sebagai seorang product developer?
MinDi ada solusinya, Ikuti bootcamp product dan project management dibimbing.id. Dengan pembelajaran inovatif disertai silabus terbaik, dibimbing.id siap mewujudkan karirmu sebagai seorang product developer sukses.
Tunggu apalagi? Segera daftar sekarang di sini! Lalu Dapatkan jaminan job connect dengan ratusan perusahaan ternama setelah lulus bootcamp. Apapun tujuan karirmu, dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi tujuan karir terbaikmu.
Tags
Muthiatur Rohmah
Muthia adalah seorang Content Writer dengan kurang lebih satu tahun pengalaman. Muthia seorang lulusan Sastra Indonesia yang hobi menonton dan menulis. Sebagai SEO Content Writer Dibimbing, Ia telah menulis berbagai konten yang berkaitan dengan Human Resources, Business Intelligence, Web Development, Product Management dan Digital Marketing.