
Rumus reorder point adalah senjata rahasia buat kamu yang sering cemas mikirin kapan waktu pas buat pesan stok lagi. Sering kejadian, kan? Produk andalan tiba-tiba ludes di pasaran, padahal lagi banyak banget yang nyari dan siap checkout.
Akibatnya, pelanggan yang udah niat beli kecewa berat, penjualan yang harusnya cuan malah melayang, dan reputasi bisnis bisa anjlok seketika. Momen emas buat untung malah berubah menjadi momen panik karena salah antisipasi. Nyesek banget, kan?
Nah, tenang Warga Bimbingan! Inilah gunanya ROP. Bukan soal untung-untungan aja, tapi soal perhitungan cerdas biar bisnismu anti-kehabisan-barang.
Dalam panduan ini, MinDi bakal kupas tuntas rumus reorder point, cara pakainya, lengkap dengan contoh perhitungan yang super gampang dimengerti.
Baca Juga: Just In Time Inventory: Panduan Lengkap dari dibimbing.id
Apa Itu Reorder Point?
Reorder point adalah titik minimum jumlah persediaan yang menjadi sinyal bagi perusahaan untuk segera melakukan pemesanan ulang barang.
Konsep ini sangat penting dalam manajemen inventaris karena membantu mencegah kehabisan stok (stockout) yang bisa menghambat operasional atau mengecewakan pelanggan.
Reorder point ditentukan berdasarkan waktu tunggu (lead time), tingkat permintaan harian, dan cadangan pengaman (safety stock) jika ada.
Kalau udah menghitung reorder point secara akurat, bisnis dapat menjaga kelancaran rantai pasok dan memenuhi permintaan pasar secara tepat waktu.
5 Fungsi Reorder Point dalam Bisnis
Sumber: Freepik
Menetapkan reorder point secara akurat memberikan serangkaian fungsi yang menopang kelancaran dan profitabilitas bisnis, lho! Berikut 5 fungsi utamanya!
1. Mencegah Kehabisan Stok (Stockout)
Pertama, fungsi utamanya sebagai sinyal peringatan dini untuk melakukan pemesanan ulang sebelum stok di gudang menyentuh angka nol. Dengan begitu, kelancaran penjualan dan aktivitas operasional lainnya dapat terus berjalan tanpa gangguan akibat kekosongan barang.
2. Memastikan Ketersediaan Produk
Kedua, penerapan rumus reorder point yang benar memungkinkan perusahaan untuk selalu menjaga ketersediaan produk-produk yang paling dibutuhkan pelanggan. Konsistensi ketersediaan barang ini secara langsung membangun kepuasan dan loyalitas pelanggan terhadap bisnismu.
3. Mengoptimalkan Manajemen Inventaris
Selanjutnya, ROP membantu menemukan titik keseimbangan sempurna antara memiliki stok yang cukup dan menahan terlalu banyak barang. Hal tersebut menghindarkan perusahaan dari modal yang mandek dan biaya penyimpanan yang membengkak akibat kelebihan stok (overstocking).
4. Mengurangi Biaya Operasional
Selain itu, dengan menyeimbangkan inventaris, berbagai biaya tersembunyi dapat ditekan secara signifikan. Biaya pemesanan darurat yang mahal, ongkos kirim ekspres, dan ongkos gudang berlebih dapat diminimalkan.
5. Meningkatkan Efisiensi Operasional
Terakhir, penggunaan rumus reorder point membuat proses pengadaan barang menjadi jauh lebih terstruktur dan proaktif, bukan reaktif. Tim gudang pun dapat merencanakan penggunaan ruang penyimpanan secara optimal dan mengurangi waktu terbuang untuk aktivitas manajemen stok yang tidak perlu.
Baca Juga: Demand Forecasting: Manfaat, Jenis, Metode, Cara, & Contohnya
Rumus Perhitungan Reorder Point (ROP)
Setelah Warga Bimbingan tau fungsinya, sekarang MinDi akan coba jelasin rumus reorder point. Rumus yang paling umum dan aman untuk digunakan adalah yang menyertakan stok pengaman (safety stock).
Rumus Reorder Point (ROP)
ROP = (Permintaan Harian Rata-rata × Waktu Tunggu) + Safety Stock
Untuk menggunakannya, mari bedah setiap komponen dalam rumus tersebut.
1. Permintaan Harian Rata-rata (Tingkat Permintaan)
Ini adalah jumlah rata-rata produk yang laku terjual setiap harinya. Kamu bisa mendapatkan angka ini dengan melihat data historis penjualan, misalnya total penjualan sebulan dibagi 30 hari.
Contoh: Jika dalam sebulan kamu menjual 1.200 unit, maka permintaan harian rata-ratamu adalah 40 unit.
2. Waktu Tunggu (Lead Time)
Ini adalah jeda waktu, biasanya dihitung dalam hari, sejak kamu memesan barang ke pemasok sampai barang tersebut benar-benar tiba dan siap dijual di gudangmu. Durasi ini bisa berbeda-beda tergantung jenis barang dan kecepatan pemasok.
Contoh: Jika pemasok butuh 8 hari untuk memproses dan mengirimkan pesanan, maka lead time-nya adalah 8 hari.
3. Safety Stock (Stok Pengaman)
Anggap saja ini stok darurat atau "bantal pengaman" bisnismu. Fungsinya adalah untuk melindungimu dari risiko kehabisan barang akibat hal tak terduga, seperti lonjakan permintaan dadakan atau pengiriman dari pemasok yang terlambat.
Dengan memahami ketiga komponen ini, logika rumusnya menjadi jelas: kamu perlu stok yang cukup untuk menutupi penjualan selama masa tunggu, ditambah cadangan untuk berjaga-jaga.
Contoh Perhitungan Reorder Point (ROP)
Agar lebih mudah dipahami, mari kita lihat contoh nyata perhitungannya.
Skenario:
Kamu adalah pemilik toko online yang menjual produk "Headphone Bluetooth Model XZ-1".
Data yang kamu punya:
- Waktu Tunggu (Lead Time): 8 hari
- Permintaan Harian Rata-rata: 40 unit
- Safety Stock (Stok Pengaman): 100 unit
Dengan menggunakan rumus ROP, perhitungannya adalah sebagai berikut:
- ROP = (Permintaan Harian Rata-rata × Waktu Tunggu) + Safety Stock
- ROP = (40 unit × 8 hari) + 100 unit
- ROP = 320 unit + 100 unit
- ROP = 420 unit
Jadi, reorder point untuk Headphone Bluetooth Model XZ-1 adalah 420 unit. Artinya, ketika jumlah stok produk tersebut di gudangmu tersisa 420 unit, itulah saat yang tepat untuk segera melakukan pemesanan baru ke pemasok agar tidak sampai kehabisan stok.
Baca Juga: Contoh Supply Chain Management Perusahaan Manufaktur, Lengkap
Sudah Paham Soal Rumus Reorder Point?
Menguasai rumus reorder point bukan hanya soal mengelola stok, tapi langkah awal untuk berpikir analitis layaknya seorang profesional di bidang data atau manajemen bisnis yang handal.
Kamu ingin mendalami kemampuan ini dan siap beralih karier ke bidang yang paling dicari perusahaan? Program Bootcamp dibimbing.id solusinya!
Dengan bimbingan 338+ mentor berpengalaman, kamu bisa memilih jalur karier dengan materi terlengkap mulai dari Data Science/Data Analyst, UI/UX Design, Human Resources, AI & Machine Learning, Digital Marketing, hingga English Class.
Dapatkan silabus terlengkap, praktek nyata untuk membangun portofolio, fasilitas gratis mengulang kelas, dan bergabunglah dengan 3400+ career shifter yang telah sukses disalurkan kerja ke 840+ hiring partner.
Kalau ada pertanyaan seperti, "Saya dari jurusan non-teknik, apakah materi di kelas data science akan terlalu sulit dan bisakah saya membuat portofolio yang cukup untuk bersaing?" atau pertanyaan lainnya, konsultasi gratis di sini. dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi!
Tags