dibimbing.id - Kenali Fraud Laporan Keuangan: Jenis, Contoh, dan Solusinya

Kenali Fraud Laporan Keuangan: Jenis, Contoh, dan Solusinya

Farijihan Putri

31 May 2025

307

Image Banner

Warga Bimbingan, pernah nggak sih kamu dengar berita tentang perusahaan besar yang tiba-tiba bangkrut karena manipulasi laporan keuangan? Pasti bikin mikir, kok bisa ya? Nah, di dunia Finance & Accounting, ada satu hal yang sering banget jadi biang keladi, yaitu fraud laporan keuangan.

Buat kamu yang tertarik sama bidang Finance & Accounting atau bahkan pengen switch career kesana, memahami seluk-beluk fraud laporan keuangan itu penting banget.

Bukan cuma buat menjadi profesional yang jujur dan berintegritas, tapi juga biar kamu bisa makin cerdas dan lihai mencium gelagat tak beres dalam tumpukan angka.

Banyak orang mikir, yang penting angkanya pas. Padahal, di balik setiap angka di laporan keuangan, ada cerita yang bisa aja disembunyikan atau diputarbalikkan.

Memahami fraud laporan keuangan akan membekalimu dengan kemampuan untuk melihat di balik layar, mengidentifikasi ketidakberesan, dan bahkan mencegah kerugian besar bagi perusahaan. Penasaran apa aja jenisnya, contohnya, dan gimana solusinya? Yuk, lanjut!

Baca Juga: Rekomendasi Bootcamp Finance Accounting Online Bersertifikat


Apa Itu Fraud Laporan Keuangan?


Fraud laporan keuangan adalah tindakan penipuan atau kecurangan yang disengaja dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan. 

Tujuannya untuk menyesatkan pengguna laporan keuangan, baik itu investor, kreditor, pemerintah, atau pihak lain, dengan menyajikan gambaran finansial yang tidak akurat dari kondisi sebenarnya. 

Cara tersebut bisa berupa pemalsuan data, manipulasi angka, atau penghilangan informasi penting yang seharusnya diungkapkan.

Praktik ini sangat berbahaya karena dapat memberikan kesan perusahaan lebih sehat atau lebih menguntungkan dari kenyataannya, padahal sebaliknya. 

Akibatnya, keputusan bisnis yang didasarkan pada laporan palsu tersebut bisa berujung pada kerugian besar bagi para pihak yang berkepentingan. Bahkan, bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan dan merusak reputasi pasar secara keseluruhan.


Jenis-Jenis Fraud Laporan Keuangan


Warga Bimbingan, perlu kamu tahu, fraud laporan keuangan itu punya banyak jenis. Inilah beberapa jenis yang paling umum terjadi.


1. Manipulasi Pendapatan (Revenue Manipulation)


Manipulasi pendapatan adalah salah satu jenis yang paling sering terjadi. Pelaku akan memalsukan atau menggelembungkan angka penjualan. Misalnya dengan mencatat penjualan fiktif.

Contoh manipulasi lainnya, mempercepat pengakuan pendapatan yang seharusnya belum terjadi. Misalnya mengakui pendapatan dari pesanan yang belum dikirim. Atau bahkan menunda pencatatan retur penjualan. Tujuannya tentu saja untuk membuat laba terlihat lebih besar dari aslinya.


2. Manipulasi Beban dan Liabilitas (Expense and Liability Manipulation)


Kebalikan dari manipulasi pendapatan, di sini pelaku akan menunda atau menyembunyikan pencatatan beban atau utang.

Misalnya, menunda pencatatan biaya gaji, menyembunyikan pinjaman, atau meremehkan jumlah kewajiban perusahaan. Dampaknya, laba akan terlihat lebih tinggi dan posisi keuangan perusahaan tampak lebih sehat.


3. Valuasi Aset yang Tidak Tepat (Improper Asset Valuation)


Aset perusahaan, seperti persediaan, properti, atau investasi, bisa diutak-atik nilainya. Pelaku mungkin menggelembungkan nilai aset agar neraca terlihat kuat, atau sebaliknya, menyembunyikan penurunan nilai aset yang signifikan.


4. Pengungkapan yang Tidak Tepat (Improper Disclosures)


Laporan keuangan tidak hanya soal angka, tapi juga catatan kaki (footnotes) yang berisi informasi penting.

Fraud laporan keuangan jenis ini terjadi ketika perusahaan gagal mengungkapkan informasi material yang relevan. 

Diantaranya kewajiban kontinjensi (potensi utang di masa depan), transaksi dengan pihak berelasi (perusahaan terafiliasi), atau perubahan signifikan dalam kebijakan akuntansi. Tujuannya untuk menyembunyikan risiko atau fakta yang bisa merugikan.


5. Penggelapan Aset (Asset Misappropriation)


Meskipun lebih sering dikategorikan sebagai occupational fraud (fraud oleh karyawan), penggelapan aset skala besar yang tidak dicatat dengan benar bisa berdampak pada laporan keuangan.

Misalnya, pencurian persediaan yang tidak dicatat sebagai kerugian, atau penggunaan kas perusahaan untuk kepentingan pribadi tanpa pencatatan. Ini akan menyebabkan aset perusahaan tidak sesuai dengan kenyataan.

Baca Juga: Apa itu Prive dalam Akuntansi? Contoh hingga Pengelolaannya


Contoh Kasus Fraud Laporan Keuangan


Sumber: Pexels

Fraud dalam laporan keuangan bisa terjadi di perusahaan mana pun, mulai dari startup hingga korporasi besar. Berikut 3 contoh kasus nyata yang menggambarkan bagaimana praktik ini dapat merugikan perusahaan dan stakeholder-nya.


1. Facebook dan Google Tertipu US$ 122 Juta oleh Skema BEC


Antara 2013 hingga 2015, Evaldas Rimasauskas, seorang pria asal Lithuania, berhasil menipu Facebook dan Google dengan total kerugian mencapai US$ 122 juta.

Modus operandi yang digunakan adalah Business Email Compromise (BEC), di mana ia menyamar sebagai perwakilan dari Quanta Computer, perusahaan manufaktur asal Taiwan yang memang menjadi mitra kedua raksasa teknologi tersebut.

Dengan mengirimkan email palsu yang tampak resmi, lengkap dengan faktur dan dokumen kontrak palsu, Rimasauskas berhasil meyakinkan kedua perusahaan untuk mentransfer dana ke rekening yang dikendalikan. 

Facebook mengalami kerugian sebesar US$ 99 juta, sementara Google kehilangan US$ 23 juta.

Aksi ini akhirnya terungkap pada 2017, dan pada 2019, Rimasauskas dijatuhi hukuman 5 tahun penjara oleh pengadilan federal di New York. Kasus ini menjadi contoh nyata bagaimana skema BEC dapat merugikan perusahaan besar sekalipun.


2. Manipulasi Laporan Keuangan oleh Garuda Indonesia


Pada tahun 2018, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk melaporkan laba bersih sebesar US$ 809 ribu, sebuah pencapaian yang mengejutkan mengingat sebelumnya perusahaan mencatatkan kerugian signifikan.

Namun, dua komisaris perusahaan menolak menandatangani laporan keuangan tersebut karena mencurigai adanya kejanggalan dalam pencatatan pendapatan.

Kecurigaan tersebut berkaitan dengan kerja sama antara Garuda dan PT Mahata Aero Teknologi, di mana pendapatan sebesar US$ 239,9 juta dicatat meskipun pembayaran belum diterima. Transaksi ini seharusnya tidak diakui sebagai pendapatan karena belum ada realisasi pembayaran.

Akibatnya, Garuda dikenai sanksi oleh Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, termasuk denda dan kewajiban untuk merevisi laporan keuangannya. Kasus ini menyoroti pentingnya kepatuhan terhadap standar akuntansi dalam pelaporan keuangan.


3. Korupsi dalam Proyek Baggage Handling System di AP II dan PT INTI


Pada tahun 2019, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkap kasus suap terkait proyek pengadaan sistem penanganan bagasi (Baggage Handling System) senilai Rp 86 miliar. Kasus ini melibatkan PT Angkasa Pura II (AP II) dan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI).

Direktur Keuangan AP II, Andra Y. Agussalam, diduga menerima suap sebesar 96.700 dolar Singapura dari Direktur Utama PT INTI sebagai imbalan atas penunjukan PT INTI sebagai pelaksana proyek tersebut.

Transaksi suap ini dilakukan melalui perantara dan diduga diketahui oleh Direktur Utama AP II. KPK menetapkan ketiganya sebagai tersangka dan menahan mereka untuk proses hukum lebih lanjut. Kasus ini menunjukkan bagaimana kolusi dan korupsi dapat merusak integritas proses pengadaan di perusahaan milik negara.

Baca Juga: Memahami Akuntansi Perpajakan, Prinsip, hingga Contohnya


Bagaimana Solusi Pencegahan Fraud Laporan Keuangan?


Warga Bimbingan udah tau nih contohnya, sekarang MinDi lanjut ke bahasan bagaimana sih cara mencegah fraud laporan keuangan? Pencegahan itu kuncinya agar perusahaan terhindar dari kerugian dan reputasi buruk. Simak 6 solusi pencegahan fraud laporan keuangan!


1. Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Kuat (Good Corporate Governance)


Tata kelola perusahaan yang kuat adalah fondasi utama nih Warga Bimbingan. Perusahaan harus memiliki struktur tata kelola yang jelas, dewan direksi yang independen dan kompeten, serta komite audit yang aktif dan efektif.

Melalui tata kelola yang baik, keputusan bisnis dan keuangan akan lebih transparan dan akuntabel, sehingga ruang gerak untuk fraud bisa dipersempit.


2. Penguatan Sistem Pengendalian Internal (Internal Control System)


Perusahaan wajib punya sistem kontrol internal yang kokoh. Hal ini mencakup pemisahan tugas (satu orang tidak memegang semua kendali), otorisasi yang berlapis untuk setiap transaksi, rekonsiliasi rutin, dan audit internal yang independen. 

Semakin kuat kontrolnya, semakin sulit bagi seseorang atau kelompok untuk memanipulasi laporan keuangan tanpa terdeteksi.


3. Audit Eksternal yang Independen dan Berkualitas


Audit oleh kantor akuntan publik (KAP) yang kredibel dan benar-benar independen sangat krusial.

Auditor eksternal bertugas untuk memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan, dan mereka harus melakukan pemeriksaan secara mendalam tanpa intervensi dari manajemen perusahaan. Pilih KAP yang memiliki reputasi baik dan pengalaman di industri yang relevan.


4. Peningkatan Kesadaran dan Etika Karyawan


Budaya integritas harus dibangun dari semua lini, mulai dari level manajemen hingga karyawan paling bawah. 

Edukasi tentang etika bisnis, bahaya fraud, serta konsekuensi hukum dan moralnya perlu terus-menerus diberikan. Karyawan juga harus merasa aman untuk melaporkan indikasi fraud (melalui whistleblowing system).


5. Pemanfaatan Teknologi (Data Analytics dan AI)


Di era digital ini, teknologi bisa jadi senjata ampuh. Perusahaan bisa menggunakan software analisis data untuk mendeteksi anomali atau pola mencurigakan dalam transaksi keuangan yang mungkin mengindikasikan fraud.

Artificial Intelligence (AI) juga dapat membantu dalam identifikasi risiko dan pemantauan transaksi secara real-time.


6. Regulasi yang Tegas dan Penegakan Hukum yang Konsisten


Pemerintah dan regulator (seperti OJK dan Bursa Efek) harus terus memperbarui peraturan yang relevan dengan pencegahan fraud.

Yang tak kalah penting adalah penegakan hukum yang tegas bagi para pelaku fraud, tanpa pandang bulu. Hal ini agar ada efek jera dan memberikan pesan jelas bahwa praktik ini tidak akan ditoleransi.

Baca Juga: Panduan Lengkap Chart of Account (CoA) dalam Akuntansi


Biar Gak Tertipu, Saatnya Belajar Finance & Accounting Lebih Lanjut!


Fraud laporan keuangan bukan cuma soal angka yang dimanipulasi, tapi juga bisa berdampak besar pada keputusan bisnis dan reputasi perusahaan.

Supaya Warga Bimbingan makin siap menghadapi dunia kerja dan paham trik-trik licik di balik laporan keuangan, yuk upgrade skill kamu di Bootcamp Finance & Accounting dibimbing.id!

Kamu akan belajar langsung bareng mentor berpengalaman, silabusnya lengkap, langsung praktek buat portfolio, gratis mengulang kelas, dan yang paling keren adalah 96% alumni-nya udah kerja serta disalurkan kerja lewat 840+ hiring partner.

Masih bingung soal Kurikulumnya cocok buat yang nggak punya background finance nggak ya?” atau “Nanti dapat bimbingan langsung gak sih buat buat portfolio? Jangan ragu konsultasi gratis di sini karena dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi!


Referensi


  1. Belajar dari Kasus PT Garuda Indonesia: Pentingnya Integritas dan Transparansi dalam Laporan Keuangan [Buka]
  2. OTT CORRUPTION PT SPACE PURA II [Buka]
  3. Fraud Ditinjau dari Etika Profesi dan Etika Bisnis: Kasus PT Garuda Indonesia [Buka]

Tags

Share

Author Image

Farijihan Putri

Farijihan is a passionate Content Writer with 3 years of experience in crafting compelling content, optimizing for SEO, and developing creative strategies for various brands and industries.

Hi!👋
Kalau kamu butuh bantuan,
hubungi kami via WhatsApp ya!