Framework Backend: Arti, Fungsi, Jenis, Tips & Studi Kasus
Farijihan Putri
•
17 July 2024
•
3224
Apakah Sobat MinDi ingin menjadi developer atau baru saja memulai perjalanan dalam dunia pengembangan aplikasi? Kamu pasti pernah mendengar tentang framework backend.
Tapi, apa sebenarnya framework backend dan mengapa begitu penting? Framework backend adalah fondasi yang membantumu menangani berbagai aspek kompleks dari pengembangan aplikasi hingga penanganan keamanan.
Artikel ini MinDi tujukan untukmu yang ingin menjadi developer ataupun yang masih pemula. Yuk, simak sekarang juga!
Apa Itu Framework Backend?
Framework backend adalah kumpulan alat dan pustaka yang membantu pengembang membangun dan mengelola bagian server dari sebuah aplikasi.
Bagian server atau backend ini bertanggung jawab untuk menangani logika aplikasi, interaksi dengan basis data, autentikasi pengguna, dan pemrosesan permintaan dari klien (seperti browser atau aplikasi mobile).
Secara sederhana, framework backend menyediakan kerangka kerja standar dan reusable untuk mempermudah pengembangan aplikasi.
Dengan menggunakan framework, pengembang dapat fokus pada logika bisnis aplikasi mereka tanpa harus memulai dari nol setiap kali membuat proyek baru.
Framework ini mengandung berbagai komponen dan modul yang telah dioptimalkan dan diuji, sehingga dapat menghemat waktu dan usaha pengembangan.
4 Fungsi Utama Framework Backend
Apa saja fungsi utama framework backend? Cari tahu 4 fungsi utamanya di bawah ini yuk!
1. Manajemen Server dan Routing
Framework backend membantu dalam menangani permintaan HTTP, menentukan rute untuk permintaan tersebut, dan mengirimkan respons yang sesuai.
Misalnya, ketika pengguna mengakses halaman web atau API. Framework akan menentukan bagaimana permintaan itu harus diproses dan data apa yang harus dikirim kembali ke pengguna.
2. Pengelolaan Database
Framework ini menyediakan alat untuk menghubungkan, mengelola, dan memanipulasi basis data.
Banyak framework yang mendukung Object-Relational Mapping (ORM) untuk memudahkan pengembang bekerja dengan database tanpa harus menulis banyak kode SQL.
3. Middleware dan Keamanan
Framework backend memungkinkan penggunaan middleware untuk memproses permintaan sebelum mencapai logika utama aplikasi.
Middleware ini bisa digunakan untuk berbagai tugas, seperti autentikasi, logging, dan validasi data.
Selain itu, framework juga menyediakan alat untuk menangani keamanan, seperti proteksi terhadap serangan CSRF dan XSS.
4. Penanganan Permintaan dan Respon
Framework membantu dalam memproses permintaan yang datang dari klien dan mengirimkan respons yang tepat.
Hal ini termasuk mengurai data permintaan, menjalankan logika bisnis, dan membentuk respons dalam format yang sesuai (seperti JSON atau HTML).
Framework Backend Berbasis Bahasa Pemrograman
Di bawah ini 7 framework backend berbasis bahasa pemrograman yang umum digunakan. Yuk, simak penjelasannya sekarang!
JavaScript
Untuk pengembangan backend dengan JavaScript, Node.js adalah pilihan yang populer.
Node.js adalah runtime JavaScript yang berjalan di luar browser. Hal ini memungkinkan pengembang menggunakan JavaScript untuk mengelola server dan database.
Kelebihannya termasuk non-blocking I/O yang membuatnya sangat efisien dan performa tinggi, serta ekosistem npm yang luas yang menyediakan banyak modul dan library siap pakai.
Express.js menawarkan fitur dasar untuk membangun aplikasi web dan API dengan fleksibilitas tinggi dan struktur yang ringan.
Kondisi ini menjadikannya ideal untuk proyek-proyek yang membutuhkan pengembangan cepat dan sederhana.
Python
Dalam ekosistem Python, Django dan Flask adalah dua framework yang menonjol.
Django adalah framework tingkat tinggi yang mendukung pengembangan cepat dan desain yang bersih, dengan banyak fitur bawaan seperti ORM kuat dan keamanan tinggi.
Oleh karena itu, membuatnya cocok untuk membangun aplikasi web yang kompleks dan CMS.
Di sisi lain, Flask adalah microframework yang memberikan fleksibilitas lebih dengan struktur minimalis, ideal untuk prototipe cepat, API, dan aplikasi web sederhana.
PHP
Untuk pengembangan dengan PHP, Laravel dan Symfony adalah pilihan utama.
Laravel dikenal karena sintaks yang bersih dan elegan, ORM (Eloquent) yang kuat, serta fitur keamanan bawaan. Kondisi tersebut yang menjadikannya pilihan favorit untuk aplikasi web dan ecommerce.
Symfony adalah framework PHP yang fleksibel dan modular. Symfony menawarkan komponen yang dapat digunakan kembali dan dokumentasi yang lengkap.
Maka dari itu, membuatnya sangat cocok untuk aplikasi enterprise dan API yang kompleks.
Ruby
Ruby on Rails (Rails) adalah framework web untuk Ruby yang terkenal dengan prinsip "Convention over Configuration".
Framework ini dapat memudahkan pengembangan aplikasi web dengan mengurangi jumlah keputusan yang harus dibuat oleh pengembang.
Rails menggunakan ORM (Active Record) yang kuat dan memungkinkan pengembangan cepat, menjadikannya pilihan populer untuk aplikasi web dan prototipe cepat.
Java
Dalam dunia Java, Spring adalah framework yang sangat komprehensif dan sering digunakan untuk pengembangan aplikasi enterprise.
Spring menawarkan ekosistem yang lengkap dengan dukungan untuk berbagai kebutuhan seperti keamanan, data akses, dan integrasi.
Oleh karena itu, membuatnya ideal untuk aplikasi enterprise yang besar dan kompleks serta microservices.
Golang
Gin adalah framework web untuk Golang yang menekankan pada kinerja dan efisiensi.
Gin adalah pilihan yang sangat baik untuk membangun API, microservices, dan aplikasi web yang membutuhkan kinerja tinggi dan latensi rendah. Pasalnya, gin memiliki routing yang cepat dan struktur yang ringan.
C#
Untuk pengembangan dengan C#, ASP.NET Core dari Microsoft adalah framework yang kuat dan open source. Jenis ini mendukung pengembangan cross platform.
ASP.NET Core dikenal karena kinerja tingginya dan integrasi yang baik dengan ekosistem .NET.
Kondisi tersebut menjadikannya ideal untuk aplikasi web, API, dan aplikasi enterprise yang memerlukan skalabilitas tinggi dan keamanan yang ketat.
Baca Juga: 8 Framework Backend Populer dan Penerapannya
3 Tips Memilih Framework Backend
Memilih framework backend yang tepat bisa menjadi keputusan krusial yang mempengaruhi keberhasilan proyek pengembangan aplikasimu. Berikut 3 tips penting yang bisa kamu pertimbangkan.
1. Pertimbangkan Kebutuhan Proyek
Setiap proyek memiliki kebutuhan yang unik, jadi penting untuk memilih framework yang sesuai dengan skala dan kompleksitas proyekmu.
Misalnya, jika kamu membangun aplikasi kecil atau prototipe, framework ringan seperti Flask atau Express.js bisa menjadi pilihan yang baik karena kemudahan dan kecepatan pengembangannya.
Sebaliknya, untuk aplikasi yang lebih kompleks dan membutuhkan banyak fitur bawaan.
Framework seperti Django atau Spring mungkin lebih cocok karena mereka menyediakan banyak alat dan fitur out of the box yang dapat mempercepat pengembangan dan memastikan skalabilitas.
2. Evaluasi Ekosistem dan Komunitas
Framework dengan ekosistem yang kaya dan komunitas yang aktif bisa sangat membantu dalam jangka panjang.
Dukungan dari komunitas yang besar berarti kamu bisa mendapatkan bantuan lebih cepat ketika menghadapi masalah.
Di samping itu, dapat mengakses banyak plugin dan ekstensi yang dapat memperluas fungsi framework tersebut.
Framework populer seperti Node.js, Laravel, dan Ruby on Rails memiliki komunitas yang besar dan aktif.
Kamu bisa menemukan banyak tutorial, dokumentasi, dan forum diskusi yang dapat mempermudah proses belajar dan pengembangan.
3. Pertimbangkan Kinerja dan Skalabilitas
Kinerja dan skalabilitas adalah faktor penting, terutama jika aplikasi yang kamu bangun diharapkan untuk menangani banyak pengguna atau permintaan secara simultan.
Framework seperti Node.js terkenal dengan performanya yang tinggi dan non-blocking I/O, menjadikannya pilihan populer untuk aplikasi real time.
Demikian juga, framework seperti Spring di Java dan Gin di Golang menawarkan kinerja yang sangat baik dan dapat diandalkan untuk aplikasi skala besar dan enterprise.
Pastikan untuk menguji dan mengevaluasi bagaimana framework yang kamu pilih dapat menangani beban kerja dan pertumbuhan pengguna yang diharapkan.
Studi Kasus Implementasi Framework Backend
Implementasi framework backend dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan spesifik proyek dan pilihan framework yang digunakan. Berikut studi kasus yang menggambarkan penggunaan framework backend yang populer.
Membangun Aplikasi Web dengan Django
Sebagai contoh, Sobat MinDi ingin membuat aplikasi web sederhana untuk blog.
Aplikasi ini akan memungkinkan pengguna untuk membuat, membaca, memperbarui, dan menghapus postingan blog. Berikut langkah-langkah Implementasinya.
- Instal Django menggunakan pip.
- Buat proyek Django dan aplikasi blog.
- Definisikan model untuk postingan blog.
- Definisikan tampilan untuk operasi CRUD.
- Tambahkan URL untuk tampilan tersebut.
- Jalankan server Django.
Aplikasi blog sederhana berhasil dibuat dengan Django yang mendukung operasi CRUD untuk postingan blog. Selain itu, dapat dikembangkan lebih lanjut untuk fitur tambahan seperti autentikasi pengguna dan komentar.
Baca Juga: Cara Belajar Python: Tutorial Lengkap & Efektif untuk Pemula
Jadi Developer Handal yang Sukses Bersama Dibimbing.id Sekarang!
Menggunakan framework backend yang tepat bisa menjadi kunci sukses dalam pengembangan aplikasi. Namun, memilih dan memanfaatkan framework backend hanyalah sebagian dari perjalananmu sebagai developer.
Untuk benar-benar menguasai backend development, terutama dengan bahasa pemrograman modern seperti Golang, Sobat MinDi memerlukan pembelajaran yang mendalam dan terstruktur.
Di sinilah Bootcamp Golang Backend Development Dibimbing.id hadir untuk membantumu. Jangan lewatkan kesempatan untuk meningkatkan skill-mu dan menjadi backend developer yang kompeten. Daftar sekarang dan mulailah perjalananmu menuju karir impian!
Referensi
- The 7 Most Popular Backend Frameworks for Developers [Buka]
- Understanding Backend Framework for Beginners [Buka]
Tags