10 Pilihan Framework Backend JavaScript Terbaik 2025

Irhan Hisyam Dwi Nugroho
•
27 August 2025
•
363

Backend JavaScript memiliki banyak framework yang memudahkan pengembangan aplikasi web, Warga Bimbingan. Di tahun 2025, berbagai pilihan framework siap membantu kamu membangun aplikasi lebih cepat dan efisien.
Setiap framework menawarkan fitur unik yang bisa disesuaikan dengan jenis proyek yang sedang kamu kerjakan. Baik untuk aplikasi ringan, API, atau aplikasi real-time, selalu ada pilihan yang tepat.
Di artikel ini, MinDi akan memperkenalkan 10 framework backend JavaScript terbaik di 2025 yang wajib kamu coba. Yuk, simak dan temukan yang paling cocok!
Baca juga: Panduan Lengkap Backend Developer Roadmap untuk Pemula 2025
Apa itu Framework Backend JavaScript?
Framework backend JavaScript adalah kumpulan pustaka atau alat yang memudahkan pengembangan aplikasi di sisi server menggunakan JavaScript.
Framework ini menyediakan struktur dan fitur standar seperti routing, middleware, dan pengelolaan database, sehingga kamu tidak perlu menulis kode dari nol.
Dengan menggunakan framework, pengembangan aplikasi backend jadi lebih cepat, terstruktur, dan mudah dikelola.
Beberapa framework populer seperti Node.js, Express.js, dan NestJS membantu developer untuk membangun aplikasi web dan API dengan efisien dan skalabel.
Baca juga: 15 Website Belajar Coding Gratis Terbaik 2025 untuk Pemula
10 Framework Backend JavaScript Terbaik di 2025
Sumber: Canva
Dalam pengembangan backend, memilih framework yang tepat bisa mempengaruhi kecepatan dan kualitas aplikasi yang kamu bangun.
Berikut adalah 10 framework backend JavaScript terbaik yang bisa kamu pertimbangkan untuk proyekmu di tahun 2025!
1. Node.js
Node.js adalah platform backend berbasis JavaScript yang memungkinkan kamu menjalankan JavaScript di server.
Dengan arsitektur non-blocking I/O, Node.js mampu menangani aplikasi real-time seperti aplikasi chatting dan streaming video dengan sangat efisien.
Ini membuatnya sangat populer di kalangan pengembang aplikasi web yang membutuhkan performa tinggi dan skalabilitas.
Kelebihan:
- Performa tinggi karena penggunaan non-blocking I/O.
- Memiliki ekosistem npm (Node Package Manager) yang sangat luas.
- Bisa digunakan untuk full-stack development menggunakan JavaScript.
Kekurangan:
- Model asinkron yang digunakan bisa membingungkan bagi pemula.
- Tidak ideal untuk aplikasi yang membutuhkan pengolahan data berat seperti aplikasi scientific computing.
2. Express.js
Express.js adalah framework minimalis untuk Node.js yang memudahkan pembuatan aplikasi web dan API.
Express memberikan dasar yang kuat untuk membangun aplikasi backend dengan struktur kode yang sederhana dan bisa langsung dipakai.
Ini adalah framework yang paling banyak digunakan untuk proyek web berbasis Node.js karena kesederhanaannya dan kecepatan pengembangan.
Kelebihan:
- Framework yang ringan dan mudah dipelajari.
- Ekstensi yang fleksibel dengan banyak plugin untuk berbagai fitur tambahan.
- Dokumentasi lengkap dan tutorial yang mudah diikuti.
Kekurangan:
- Kekurangan fitur bawaan dibandingkan dengan framework lain seperti NestJS atau Sails.js.
- Memerlukan banyak kode boilerplate untuk aplikasi berskala besar.
3. NestJS
NestJS adalah framework backend yang dibangun dengan TypeScript dan mengikuti arsitektur yang mirip dengan Angular.
Cocok untuk membangun aplikasi enterprise-level, NestJS menawarkan struktur yang lebih terorganisir, membuat pengelolaan proyek besar menjadi lebih mudah.
Framework ini juga mendukung berbagai library dan alat canggih untuk membangun aplikasi yang scalable dan maintainable.
Kelebihan:
- Menggunakan TypeScript, sehingga memberikan tipe data yang lebih kuat dan lebih aman.
- Modular dan sangat skalabel, ideal untuk proyek besar dan tim pengembang.
- Mendukung berbagai fitur seperti microservices, GraphQL, dan WebSockets.
Kekurangan:
- Memiliki kurva pembelajaran yang lebih tinggi, terutama untuk pengembang yang belum terbiasa dengan TypeScript.
- Dapat menjadi terlalu rumit untuk proyek kecil atau aplikasi yang tidak membutuhkan skalabilitas tinggi.
4. Koa.js
Koa.js dikembangkan oleh tim yang sama dengan Express.js dan menawarkan lebih banyak kontrol untuk pengembang.
Framework ini sangat modular dan memberikan pengembang kebebasan lebih dalam memilih fitur yang mereka butuhkan.
Koa.js menggunakan async/await yang membuat penulisan kode lebih bersih dan memudahkan pengelolaan alur eksekusi.
Kelebihan:
- Lebih minimalis dan fleksibel dibandingkan Express.
- Memanfaatkan async/await, menjadikan kode lebih bersih dan mudah dibaca.
- Menyediakan kontrol lebih terhadap middleware, memungkinkan penyesuaian lebih lanjut.
Kekurangan:
- Tidak ada banyak fitur bawaan, sehingga pengembang perlu menambahkan middleware untuk fungsionalitas tambahan.
- Tidak sebanyak dokumentasi atau tutorial seperti Express.
5. Hapi.js
Hapi.js adalah framework yang dirancang untuk membangun aplikasi dan layanan web yang robust dan aman.
Framework ini terkenal dengan plugin system yang mempermudah penambahan fungsionalitas dan integrasi dengan berbagai sistem eksternal.
Hapi.js memiliki banyak fitur built-in yang membuatnya sangat baik untuk aplikasi yang memerlukan kontrol yang lebih ketat, seperti aplikasi dengan autentikasi atau pengolahan data sensitif.
Kelebihan:
- Fitur keamanan built-in, termasuk input validation dan autentikasi.
- Sistem plugin yang sangat kuat, mempermudah pengembangan dengan menambahkan fungsionalitas baru.
- Memiliki dokumentasi yang sangat lengkap dan baik.
Kekurangan:
- Lebih rumit dan lebih berat dibandingkan framework lain seperti Express.
- Tidak sepopuler Express, jadi komunitasnya lebih kecil.
6. Sails.js
Sails.js adalah framework MVC (Model-View-Controller) yang dirancang untuk membangun aplikasi web dan API dengan cepat.
Framework ini sangat cocok untuk aplikasi yang berbasis data dan memerlukan banyak operasi CRUD.
Sails.js memungkinkan pengembang untuk dengan cepat membuat API dengan fitur-fitur lengkap, seperti autentikasi dan pengelolaan sesi pengguna.
Kelebihan:
- Mendukung WebSockets untuk aplikasi real-time.
- Framework berbasis MVC yang mempermudah pengelolaan kode aplikasi.
- Sangat cocok untuk aplikasi berbasis data dan API RESTful.
Kekurangan:
- Memiliki banyak boilerplate kode yang bisa membuat aplikasi lebih kompleks.
- Terkadang lebih berat untuk aplikasi kecil atau prototipe.
7. Meteor.js
Meteor.js adalah framework full-stack yang memungkinkan kamu untuk membuat aplikasi real-time menggunakan JavaScript di server dan client.
Dengan Meteor, pengembang dapat mengembangkan aplikasi web secara cepat karena framework ini memberikan banyak fitur otomatis seperti autentikasi, pengelolaan database, dan pengelolaan sesi.
Kelebihan:
- Full-stack framework, memungkinkan kamu membangun aplikasi frontend dan backend dengan satu bahasa.
- Fitur real-time yang mudah diintegrasikan.
- Menyediakan banyak alat built-in, seperti database dan sistem autentikasi.
Kekurangan:
- Tidak sefleksibel framework lain untuk pengembangan aplikasi besar.
- Aplikasi dapat menjadi lebih berat karena banyak fitur built-in.
8. Fastify
Fastify adalah framework web yang dirancang untuk Node.js dengan fokus pada performa tinggi.
Framework ini mengutamakan kecepatan dan memberikan fitur yang cukup fleksibel untuk membangun aplikasi web dan API.
Fastify juga menyediakan dukungan untuk JSON Schema, yang memungkinkan pengembangan aplikasi yang lebih aman dan terstruktur.
Kelebihan:
- Sangat cepat dalam hal performa dan response time.
- Mendukung JSON Schema untuk validasi data yang lebih baik.
- Ekosistem plugin yang luas dan mudah diintegrasikan.
Kekurangan:
- Masih baru dibandingkan framework seperti Express, sehingga komunitas dan dokumentasinya lebih kecil.
- Kurang fleksibel untuk beberapa kasus penggunaan yang lebih kompleks.
9. LoopBack
LoopBack adalah framework untuk membangun aplikasi API berbasis data dengan cepat. Dengan LoopBack, kamu bisa langsung menghasilkan API RESTful dan menghubungkannya ke berbagai database dengan mudah.
Framework ini sangat cocok untuk aplikasi berbasis data dengan kebutuhan integrasi yang kompleks.
Kelebihan:
- Otomatis menghasilkan API RESTful yang siap pakai.
- Mendukung berbagai database seperti MongoDB, MySQL, dan PostgreSQL.
- Menyediakan fitur built-in untuk mengelola autentikasi dan keamanan API.
Kekurangan:
- Lebih fokus pada API dan kurang cocok untuk aplikasi frontend yang kompleks.
- Dokumentasi dan komunitas lebih kecil dibandingkan framework besar lainnya.
10. AdonisJS
AdonisJS adalah framework yang terinspirasi oleh Laravel (PHP) dan dibangun di atas Node.js.
Dengan arsitektur yang rapi dan kaya fitur, AdonisJS memudahkan pengembang untuk membangun aplikasi web dengan cepat dan efisien.
Framework ini menyediakan banyak alat built-in untuk otentikasi, ORM, dan pengelolaan database.
Kelebihan:
- Menyediakan banyak fitur bawaannya, sehingga pengembangan lebih cepat.
- Mendukung struktur aplikasi yang jelas dan terorganisir.
- Sangat cocok untuk pengembang yang sudah familiar dengan Laravel.
Kekurangan:
- Komunitas dan ekosistem yang lebih kecil dibandingkan framework lain seperti Express.
- Dokumentasi dapat terasa terbatas jika dibandingkan dengan framework yang lebih populer.
Baca juga: Panduan Memilih Bootcamp Back-End Development Terbaik 2025
Tips Memilih Framework Backend JavaScript
Sumber: Canva
Memilih framework yang tepat sangat mempengaruhi pengembangan aplikasi backend yang efisien. Berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu pertimbangkan dalam memilih framework yang sesuai!
1. Pertimbangkan Kebutuhan Aplikasi
Langkah pertama adalah mengetahui jenis aplikasi yang akan kamu bangun. Jika aplikasi memerlukan real-time communication, seperti aplikasi chatting atau streaming, maka framework seperti Meteor.js atau Socket.io lebih cocok.
Untuk aplikasi yang lebih berfokus pada pembuatan RESTful API atau pengelolaan data, framework seperti Sails.js atau LoopBack akan lebih sesuai karena menawarkan fitur built-in untuk pengelolaan API.
2. Pilih Berdasarkan Skalabilitas dan Performa
Pastikan framework yang dipilih mendukung scalability dan high performance. Framework seperti Fastify sangat cocok untuk aplikasi yang memerlukan performa tinggi.
Sedangkan NestJS lebih tepat untuk aplikasi besar yang membutuhkan microservices atau GraphQL.
3. Perhatikan Dokumentasi dan Komunitas
Dokumentasi yang lengkap dan komunitas yang aktif sangat penting dalam memilih framework.
Framework seperti Express.js memiliki dokumentasi yang sangat jelas dan komunitas yang besar, membuatnya lebih mudah untuk menemukan solusi dan tutorial ketika kamu menemui masalah selama pengembangan aplikasi.
Baca juga: Apa Itu Golang Clean Code Architecture dan Manfaatnya
Ingin Menjadi Back-End Developer Profesional?
Setelah membaca tentang 10 pilihan framework backend JavaScript terbaik di 2025, sekarang saatnya memperdalam pengetahuanmu dan memulai perjalanan di dunia pengembangan backend!
Yuk, ikuti Bootcamp Back-End Developer di dibimbing.id! Di sini, kamu akan mempelajari framework JavaScript seperti Node.js, Express.js, dan NestJS, serta teknik-teknik pengembangan backend lainnya yang sangat dibutuhkan di industri IT.
Belajar langsung dari mentor berpengalaman dengan kurikulum aplikatif dan praktis yang membantu kamu membangun aplikasi web yang scalable dan efisien.
Dengan lebih dari 840+ hiring partner dan tingkat keberhasilan alumni 96%, peluang kariermu sebagai Back-End Developer semakin terbuka lebar!
Jadi, tunggu apa lagi? Daftar sekarang disini dan mulai perjalananmu menjadi seorang Back-End Developer profesional. #BimbingSampeJadi!
Referensi
- 10 Best Backend JavaScript Frameworks in 2025 [Buka]
Tags

Irhan Hisyam Dwi Nugroho
Irhan Hisyam Dwi Nugroho is an SEO Specialist and Content Writer with 4 years of experience in optimizing websites and writing relevant content for various brands and industries. Currently, I also work as a Content Writer at Dibimbing.id and actively share content about technology, SEO, and digital marketing through various platforms.