Software Testing Automation: Manfaat, Cara Kerja, & Tools

Farijihan Putri
•
27 March 2025
•
101

Software testing automation semakin menjadi pilihan utama bagi perusahaan yang ingin meningkatkan efisiensi dalam proses pengujian. Menurut laporan GitLab (2023), 32% organisasi melaporkan adopsi DevOps membantu mengurangi pengujian manual, yang berdampak pada kecepatan rilis yang lebih tinggi.
Artinya, perusahaan yang menerapkan otomatisasi testing bisa lebih cepat mendeteksi bug dan memastikan kualitas software sebelum sampai ke pengguna.
Warga Bimbingan yang tertarik mendalami QA, bisa belajar lebih lanjut di Bootcamp Quality Assurance dibimbing.id. Nah, MinDi akan mengajakmu belajar soal manfaat, cara kerja, dan tools yang bisa kamu gunakan untuk menguasai software testing automation!
Apa Itu Software Testing Automation?
Software testing automation adalah proses menguji perangkat lunak secara otomatis menggunakan skrip dan tools khusus untuk menggantikan pengujian manual.
Melalui otomatisasi, tim QA bisa menjalankan tes berulang kali dengan lebih cepat, akurat, dan efisien. Kondisi tersebut sangat berguna untuk menguji fitur baru, memastikan tidak ada bug yang terlewat, dan mempercepat rilis produk.
Bayangkan kalau setiap update software harus diuji satu per satu secara manual, pasti lama dan rentan kesalahan kan? Nah, dengan automation testing, semuanya bisa berjalan lebih praktis dan scalable.
Manfaat Software Testing Automation
Sumber: Freepik
Dalam dunia teknologi yang serba cepat, otomatisasi pengujian menjadi kunci untuk memastikan software tetap andal tanpa membuang banyak waktu. Warga Bimbingan, berikut MinDi jelasin 7 manfaatnya!
1. Mengurangi Kesalahan Manusia
Kesalahan manual dalam pengujian bisa berdampak besar, terutama saat bekerja dengan sistem kompleks. Dengan otomatisasi, proses testing menjadi lebih akurat dan konsisten. Selain itu, penguji bisa fokus pada analisis hasil daripada melakukan tes berulang secara manual.
2. Meningkatkan Efisiensi
Software testing automation memungkinkan pengujian dilakukan lebih cepat dan lebih banyak dalam satu waktu. Skrip otomatis bisa kamu jalankan kapan saja tanpa perlu intervensi manusia. Hal ini memastikan tim QA bisa bekerja lebih efektif dan produktif.
3. Mempercepat Waktu Pemasaran
Dalam persaingan bisnis, kecepatan rilis software sangat menentukan keberhasilan produk. Automasi membantu mempercepat siklus pengujian tanpa mengorbankan kualitas. Dengan begitu, produk bisa lebih cepat sampai ke pengguna tanpa risiko bug yang mengganggu.
4. Meningkatkan Kualitas Perangkat Lunak
Software yang diuji secara otomatis lebih mudah mendeteksi bug lebih awal dalam proses pengembangan. Kondisi tersebut memungkinkan tim untuk memperbaiki masalah sebelum produk sampai ke tangan pengguna. Hasilnya, aplikasi lebih stabil, aman, dan memiliki performa yang lebih baik.
5. Mengurangi Biaya
Meski investasi awal dalam software testing automation bisa terasa besar, manfaat jangka panjangnya sangat signifikan. Pengurangan waktu pengujian dan minimnya kesalahan manusia berujung pada efisiensi biaya yang lebih tinggi. Selain itu, software yang lebih andal berarti lebih sedikit pengeluaran untuk perbaikan setelah rilis.
6. Membantu Mempercepat Pengujian Regression, Beban, dan Kinerja
Setiap ada pembaruan fitur, software harus diuji ulang agar tidak terjadi regresi. Automasi memungkinkan pengujian ini berjalan lebih cepat dan lebih luas. Selain itu, performa aplikasi dapat diuji dalam berbagai skenario tanpa memakan waktu lama.
7. Mensimulasikan Ribuan Pengguna Berinteraksi Secara Bersamaan
Dalam lingkungan real time, aplikasi harus bisa menangani banyak pengguna sekaligus. Dengan pengujian otomatis, ribuan interaksi pengguna bisa disimulasikan dalam berbagai kondisi. Ini membantu memastikan aplikasi tetap berjalan optimal bahkan dalam situasi dengan trafik tinggi.
Baca Juga: Apa Itu QA Tester? Jenis, Skill, dan Cara Memulai Karier
Cara Kerja Software Testing Automation
Sumber: Freepik
Warga Bimbingan penasaran dengan cara kerja software testing automation? Berikut adalah langkah-langkah cara kerjanya.
1. Menentukan Scope dan Tujuan Pengujian
Langkah pertama adalah menentukan bagian software mana yang perlu diuji secara otomatis. Pengujian bisa mencakup fungsionalitas utama, performa, keamanan, atau kompatibilitas dengan berbagai perangkat. Semakin jelas scope-nya, semakin efektif proses testing.
2. Memilih Tools yang Tepat
Setiap jenis pengujian membutuhkan tools yang sesuai, seperti Selenium, JUnit, atau Appium. Pemilihan tools bergantung pada bahasa pemrograman, jenis aplikasi (web atau mobile), dan kebutuhan pengujian spesifik. Tools yang tepat akan meningkatkan efisiensi dan akurasi pengujian.
3. Membuat dan Menjalankan Skrip Pengujian
Setelah tools dipilih, tim QA mulai menulis skrip otomatis untuk menjalankan pengujian. Skrip ini berisi instruksi yang meniru tindakan pengguna di aplikasi. Begitu skrip dijalankan, sistem akan menguji software sesuai skenario yang telah dibuat.
4. Menganalisis Hasil dan Melakukan Debugging
Setelah pengujian selesai, hasilnya dievaluasi untuk melihat apakah ada bug atau error. Jika ditemukan masalah, tim developer akan memperbaikinya, lalu pengujian diulang untuk memastikan perbaikannya berhasil. Proses ini membantu menjaga stabilitas software sebelum rilis ke pengguna.
5. Integrasi dengan CI/CD untuk Pengujian Berkelanjutan
Agar pengujian selalu berjalan otomatis setiap ada perubahan kode, testing automation sering dikombinasikan dengan CI/CD (Continuous Integration/Continuous Deployment). Dengan cara ini, setiap update software langsung diuji, sehingga kualitas aplikasi tetap terjaga tanpa memperlambat proses pengembangan.
Tools Software Testing Automation
Supaya Warga Bimbingan menjalankan pengujian otomatis dengan efektif, pemilihan tools yang tepat sangat penting. Berikut 4 tools populer yang sering digunakan dalam software testing automation.
1. Ranorex
Ranorex adalah salah satu tools testing yang mendukung pengujian desktop, web, dan mobile. Dengan fitur codeless automation, bahkan QA tester tanpa pengalaman coding bisa menjalankan pengujian dengan mudah. Selain itu, Ranorex juga mendukung integrasi dengan CI/CD tools untuk pengujian berkelanjutan.
2. Apache JMeter
Apache JMeter sering digunakan dalam software testing automation untuk menguji performa aplikasi. Tools ini mampu mensimulasikan ribuan pengguna secara bersamaan, sehingga sangat berguna dalam pengujian beban dan kinerja. Selain itu, JMeter mendukung berbagai protokol seperti HTTP, FTP, dan WebSockets.
3. Selenium IDE
Selenium IDE adalah tools open-source yang cocok untuk pengujian berbasis browser. Dengan fitur record and playback, tester bisa merekam interaksi di website tanpa perlu menulis kode dari awal. Selenium juga bisa digunakan bersama framework lain seperti WebDriver untuk pengujian yang lebih kompleks.
4. ACCELQ
ACCEL Q adalah tools berbasis cloud yang memungkinkan pengujian otomatis tanpa kode (codeless automation). Tools ini mendukung pengujian API, UI, dan end-to-end dengan integrasi ke berbagai platform pengembangan. Dengan AI-driven automation, ACCELQ membantu mempercepat proses testing dengan hasil yang lebih akurat.
Baca Juga: Panduan Memilih Bootcamp Quality Assurance Terbaik
Optimalkan Pengujian dengan Software Testing Automation!
Software testing automation memungkinkan pengujian lebih cepat, akurat, dan efisien, sehingga produk berkualitas tinggi bisa dirilis tanpa hambatan. Jika kamu ingin menguasai skill ini secara mendalam, yuk gabung di Bootcamp Quality Assurance dibimbing.id!
Belajar langsung bareng mentor berpengalaman, silabus terlengkap, praktek nyata buat portofolio, gratis mengulang kelas, dan kesempatan kerja di 840+ hiring partner.
Penasaran apakah automation testing bisa digunakan di semua jenis software atau lebih cocok untuk pengujian tertentu? Atau ingin tahu tools mana yang paling efektif buat pemula? Konsultasi gratis di sini. dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi
Referensi
Tags