dibimbing.id - Rapid Prototyping: Definisi, Manfaat, Tipe, & Caranya

Rapid Prototyping: Definisi, Manfaat, Tipe, & Caranya

Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi

•

04 June 2024

•

3573

Image Banner

Mau tahu cara mengembangkan produk atau layanan online dengan cepat tanpa mengorbankan kualitas? Rapid prototyping dalah jawabannya! Teknik ini memungkinkanmu membuat prototipe cepat dan iteratif. 


Dengan ini, kamu bisa menguji dan menyempurnakan ide desain sebelum meluncurkannya ke pasar. Ingin tahu lebih banyak soal rapid prototyping? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!



Apa yang Dimaksud dengan Rapid Prototyping?



Rapid prototyping adalah teknik penting dalam proses desain UX yang memungkinkan desainer untuk membuat, menguji, dan memvalidasi konsep produk dengan cepat.


Mengutip dari Lyssna, rapid prototyping adalah metode di mana desainer UX dan UI membuat prototipe dalam waktu singkat. Ini bertujuan untuk menguji dan iterasi ide desain produk.


Teknik ini berasal dari industri manufaktur ketika produsen memulai pembuatan prototipe produk menggunakan printer 3D. Akan tetapi, seiring perkembangan teknologi, industri UX mengadopsi konsep ini dan menerapkannya dalam desain digital.


Dengan adanya alat-alat desain modern seperti Figma, desainer tidak perlu lagi mengorbankan kualitas demi kecepatan. 


Alat ini memungkinkan pembuatan prototipe dengan cepat tanpa mengurangi detail dan interaktivitas yang diperlukan agar pengujian efektif.


Secara keseluruhan, rapid prototyping adalah metode yang esensial dalam desain UX untuk menciptakan produk yang intuitif dan ramah pengguna. 


Dengan kemampuan mendeteksi masalah sejak dini serta menghemat waktu dan biaya, rapid prototyping membantu desainer menciptakan produk lebih baik dan kompetitif di pasar. 


Jadi, jika kamu mau memastikan desainmu siap untuk diluncurkan, rapid prototyping adalah teknik yang harus kamu coba!



Tipe-Tipe Rapid Prototyping


Rapid prototyping mencakup berbagai jenis prototipe. Masing-masing melayani tujuan yang berbeda dan cock untuk fase validasi serta pengujian produk yang berbeda.


Dengan pemahaman tipenya, kamu bisa memilih pendekatan paling efektif untuk proyekmu. Mengutip dari Techni Waterjet, rapid prototyping dibagi menjadi enam macam. 


Ini mencakup proof-of concept, low-fidelity prototype, high-fidelity prototype, looks-like prototype, works-like prototype, atau engineering prototype.


Supaya kamu bisa menentukan mana yang paling pas dengan proyekmu, berikut MinDi rangkum masing-masing penjelasan tiap tipe:


Proof-of-Concept (PoC)


Bertujuan untuk memvalidasi ide dasar atau konsep sebelum berinvestasi dalam pengembangan yang lebih rinci. PoC digunakan di tahap awal desain produk untuk menilai kelayakan ide baru atau mengumpulkan umpan balik awal dari pengguna.


Biasanya, teknik ini dibuat menggunakan metode yang lebih murah dan cepat seperti pencetakan 3D atau mesin CNC dasar.



Low-Fidelity Prototypes


Tipe ini bertujuan untuk menyempurnakan ukuran, desain, dan ergonomi dasar produk. Ini digunakan dalam sesi brainstorming desain atau untuk pengujian awal tata letak antarmuka pengguna.


Biasanya, dapat dibuat menggunakan bahan sederhana seperti karton, busa, atau teknik pencetakan 3D dasar. 


Untuk aplikasi online, ini dibuat dengan menggunakan alat seperti sketsa tangan, wireframes. Ini juga bisa dibuat dengan alat desain digital dasar seperti Balsamiq atau Figma. 


Low-fidelity prototypes biasanya hanya menunjukkan struktur dasar dan aliran navigasi.



High-Fidelity Prototypes


Kategori ini mensimulasikan produk akhir dengan lebih akurat untuk pengujian dan umpan balik pengguna yang lebih rinci. Ini ideal untuk pengujian pasar, presentasi investor, dan finalisasi spesifikasi desain.


Sering kali, ini melibatkan teknik prototipe yang lebih canggih seperti pencetakan 3D lanjutan, mesin CNC, atau bahkan cetakan injeksi untuk volume yang lebih tinggi.



Looks-Like Prototypes


Bertujuan untuk mewakili penampilan akhir produk. Ini termasuk warna, tekstur, dan daya tarik visual keseluruhan. Kategori ini cenderung digunakan untuk evaluasi estetika, tujuan pemasaran, dan pengujian kemasan.


Biasanya, dibuat menggunakan bahan dan proses yang mencapai hasil akhir permukaan dan warna yang diinginkan. Contohnya adalah pencetakan 3D lanjutan dan pengecatan.


Dalam UI/UX desain web atau aplikasi,  ini ideal untuk pengujian pengguna yang lebih mendalam, presentasi kepada pemangku kepentingan, dan finalisasi spesifikasi desain.


Prototipe ini bisa membantu mengevaluasi pengalaman pengguna secara lebih menyeluruh. Sering kali, ini dibuat menggunakan alat desain canggih seperti Adobe XD, Sketch, atau Figma. 


Dalam desain UI/UX, high-fidelity prototypes biasanya mencakup elemen interaktif seperti klik, transisi, dan animasi, serta detail visual yang lengkap.



Works-Like Prototypes


Bertujuan untuk menguji dan menyempurnakan aspek fungsional produk. Misalnya, mekanik, elektronik, atau perangkat lunak.


Prototipe ini ideal untuk pengujian internal terhadap fungsionalitas dan kinerja produk. Sering kali, ini dibuat dengan bahan dan komponen yang secara fungsional setara. Pembuatannya biasanya berfokus lebih sedikit pada kualitas estetika.



Engineering Prototypes


Bertujuan untuk memastikan produk dapat diproduksi secara andal dalam skala besar dan memenuhi semua persyaratan teknik. Ini biasanya digunakan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan tantangan teknis dalam proses desain produk.


Umumnya, pembuatannya melibatkan bahan dan proses yang akan digunakan dalam produk akhir. Maka dari itu, pengerjaannya memerlukan metode prototipe yang lebih canggih.


Baca Juga: 9 Best Practices dalam Membuat Prototype UI/UX, Yuk Simak!



Apa Manfaat dari Penggunaan Rapid Prototyping?



Rapid prototyping memiliki banyak manfaat yang membuatnya menjadi pilihan utama dalam mengembangkan produk. Hal ini terutama penting untuk aplikasi dan situs web. 


Berikut adalah beberapa manfaat utama yang bisa kamu dapatkan dari penggunaan rapid prototyping:


  • Mengidentifikasi Kekurangan Desain dengan Cepat: Menemukan dan memperbaiki masalah lebih awal.

  • Mengurangi Biaya dan Risiko: Menghindari biaya tinggi di tahap akhir pengembangan.

  • Kolaborasi Tim yang Lebih Sering: Meningkatkan komunikasi dan hasil desain.

  • Mengkonfirmasi Langkah dalam Perjalanan Pengguna: Memastikan setiap langkah dalam pengalaman pengguna sudah tepat.

  • Mengurangi Upaya Peserta Uji: Prototipe high-fidelity membuat peserta uji lebih mudah memahami fitur desain.

  • Peningkatan Keterlibatan Pengguna: Memberikan wawasan lebih baik tentang perilaku pengguna.

  • Validasi Pasar Lebih Awal: Mengidentifikasi kelayakan pasar produk sejak dini.



Kapan Rapid Prototyping Dilakukan?



Mengutip dari Lyssna, rapid prototyping sebaiknya dilakukan seawal mungkin dalam proses pengembangan produk. Ini memungkinkan tim untuk menguji dan memvalidasi ide desain sejak dini. Sehingga, ini bisa mengurangi risiko dan biaya di kemudian hari. 



Bagaimana Cara Melakukan Rapid Prototyping?


Sumber: Freepik


Langkah-langkah dalam rapid prototyping sebenarnya sederhana. Kamu hanya perlu membuat, uji, sesuaikan, ulangi. Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk membantu kamu melalui siklus rapid prototyping:


Buat Prototipe


Mulailah dengan membuat prototipe low-fidelity, seperti wireframe atau sketsa sederhana. Pada tahap awal ini, cukup gunakan sketsa internal dalam tim.


Saat desain berkembang, kamu bisa mulai membuat prototipe high-fidelity. Kamu bisa menggunakan alat seperti Figma untuk memberikan tampilan dan interaktivitas yang lebih realistis.



Uji dengan Pengguna, Pemangku Kepentingan, dan Rekan Kerja


Untuk prototipe low-fidelity, uji coba hanya dilakukan secara internal dalam tim. Ini membantu mengidentifikasi masalah besar sebelum melibatkan pengguna eksternal.


Setelah beralih ke prototipe high-fidelity, kamu bisa mulai menguji dengan pengguna potensial. Gunakan metode seperti wawancara satu-satu, kelompok fokus, atau kuesioner untuk mengumpulkan umpan balik.



Sesuaikan Prototipe dengan Iterasi Baru


Setelah menguji prototipe, gunakan umpan balik yang diperoleh untuk memperbaiki desain. Mungkin ada fitur yang tidak cocok dengan audiens target atau alur pengguna. 


Jika ada, kamu perlu sesuaikannya berdasarkan kebingungan yang dialami pengguna selama pengujian.



Ulangi Hingga Mendapatkan Desain Akhir


Ulangi langkah-langkah ini hingga kamu mendapatkan prototipe final yang siap untuk dipasarkan. Setelah beberapa iterasi, kamu akan memiliki prototipe yang mendekati produk akhir dan siap untuk tahap komersialisasi dalam proses pengembangan produk.


Baca Juga: Prototype Design Thinking: Definisi, Jenis, & Keuntungan



Belajar Desain UI/UX Bersama Dibimbing.id



Itu dia pembahasan lengkap mengenai rapid prototyping. Bisa dilihat bahwa metode ini tidak hanya membantu dalam menguji ide desain dengan cepat, tetapi juga memberikan informasi tentang kebutuhan dan preferensi pengguna. 


Dengan rapid prototyping, kamu bisa menciptakan desain yang lebih intuitif dan ramah pengguna.Berbicara tentang desain UX, MinDi punya rekomendasi untuk kamu yang tertarik mendalaminya. 


Sobat MinDi bisa ikut Bootcamp UI/UX/Product Design untuk mempelajari semua hal berkaitan dengan aspek desain produk. Bootcamp ini juga dirancang dengan silabus yang cocok untuk pemula. 


Kamu bisa belajar dari teori desain UI/UX, penggunaan alat-alat desain, hingga praktik dengan proyek nyata. Bukan hanya itu, program ini juga menawarkan jaminan kerja setelah menyelesaikan pembelajarannya. 


Ini sudah dibuktikan oleh 94% lulusan Dibimbing yang sukses mendapatkan pekerjaan seusai program selesai.


Gimana, tertarik untuk jadi salah satunya? Segera daftar dan mulai karirmu di UI/UX dengan Dibimbing.id!



Referensi



  1. UX Rapid Prototyping [Buka]

  2. Rapid Prototyping in UX and UI Design [Buka]

  3. What is Rapid Prototyping: Process, Stages, Types, and Tools [Buka]


Share

Author Image

Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi

Khadijah adalah SEO Content Writer di Dibimbing dengan pengalaman menulis konten selama kurang lebih setahun. Sebagai lulusan Bahasa dan Sastra Inggris yang berminat tinggi di digital marketing, Khadijah aktif berbagi pandangan tentang industri ini. Berbagai topik yang dieksplorasinya mencakup digital marketing, project management, data science, web development, dan career preparation.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!