dibimbing.id - Perbedaan Low Fidelity dan High Fidelity dalam UI/UX Design

Perbedaan Low Fidelity dan High Fidelity dalam UI/UX Design

Farijihan Putri

•

06 September 2024

•

250

Image Banner

Pernah gak sih Warga Bimbingan bikin wireframe atau prototipe, tapi bingung harus mulai dari mana? Atau malah terlalu detail di awal dan ujung-ujungnya pusing sendiri? 

Nah, itu karena kamu belum paham betul perbedaan Low Fidelity dan High Fidelity dalam UI/UX Design! Banyak yang masih kebalik-balik, padahal ngerti bedanya bisa bikin kerjaan kamu lebih efektif, lho. 

Jadi, biar gak salah langkah lagi, MinDi bakal bahas detail tentang apa aja bedanya low dan high fidelity!


Apa Itu Low Fidelity (Lo-Fi)?


Sumber: Freepik

Low Fidelity (Lo-Fi) adalah versi awal dari desain yang masih sangat sederhana, biasanya hanya berbentuk sketsa kasar atau wireframe tanpa detail yang mendalam. 

Tujuannya untuk memberikan gambaran besar tentang tata letak dan alur pengguna tanpa fokus pada visual atau interaksi yang rumit. 

Dengan Lo-Fi, kamu bisa cepat menguji ide atau konsep desain tanpa perlu buang waktu bikin detail yang belum tentu dibutuhkan.

Bayangin aja, Lo-Fi itu kayak peta garis besar perjalanan. Kamu tahu tujuannya, tapi belum tahu detailnya. Ini cocok banget buat brainstorming awal atau buat dapet feedback cepat dari tim atau pengguna. 

Lo-Fi memungkinkan kamu fleksibel dalam merubah desain tanpa terlalu banyak effort!


Apa Itu High Fidelity (Hi-Fi)?


Sumber: Freepik

Warga Bimbingan udah tau pengertian Lo-Fi, sekarang giliran Hi-Fi. Nah, kalau High Fidelity (Hi-Fi) itu kebalikannya Lo-Fi, ini adalah versi desain yang sudah mendekati tampilan akhir produk. 

Di tahap ini, desainmu udah penuh warna, lengkap dengan elemen interaktif seperti tombol, animasi, dan detail visual lainnya.

Intinya, Hi-Fi itu desain yang udah siap banget buat diuji coba ke pengguna karena tampilannya hampir sama dengan produk final.

Bayangin Hi-Fi itu kayak rencana liburan yang udah lengkap dengan itinerary super detail, mulai dari jam berangkat sampai tempat makan. 

Desain Hi-Fi gak cuma ngasih gambaran alur, tapi juga menunjukkan interaksi yang terjadi di setiap titik. 

Cocok buat dapetin feedback yang lebih akurat dari pengguna, karena mereka bisa merasakan pengalaman produk yang hampir real.

Baca Juga: 7 Contoh Wireframe Aplikasi Mobile & Cara Membuatnya


7 Perbedaan Low Fidelity dan High Fidelity

Sumber: Freepik

Warga Bimbingan, udah paham kan masing-masing pengertian Lo-Fi dan Hi-Fi? Nah, biar makin jelas, yuk bahas perbedaan Low Fidelity dan High Fidelity lebih detail lagi. 

Dengan tau bedanya, kamu bakal lebih mudah milih kapan harus pakai Lo-Fi atau Hi-Fi dalam proyek desainmu!


1. Penggunaan

Lo-Fi sering dipakai di tahap awal desain, ketika kamu masih brainstorming ide dan pengen dapet feedback cepat tanpa ribet. 

Sementara itu, Hi-Fi lebih cocok dipakai di tahap akhir ketika kamu udah siap uji coba dengan pengguna.


2. Tingkat Detail

Kalau ngomongin perbedaan Low Fidelity dan High Fidelity, tingkat detail adalah salah satu yang paling mencolok. 

Lo-Fi lebih fokus pada kerangka dan alur dasar. Sementara Hi-Fi, lebih detail dan mendekati produk final, lengkap dengan visual dan elemen interaktif.


3. Kecepatan Feedback

Karena Lo-Fi lebih sederhana, kamu bisa dapet feedback lebih cepat dari tim atau klien. 

Hi-Fi, di sisi lain, butuh waktu lebih lama karena detailnya yang lengkap, tapi feedback yang kamu dapet biasanya lebih spesifik.


4. Penerapan pada Design Thinking Framework

Dalam framework Design Thinking, perbedaan Low Fidelity dan High Fidelity terletak pada tahapan penggunaannya. 

Lo-Fi biasanya muncul di tahap ideation dan prototyping awal. Sedangkan Hi-Fi ada di fase testing, di mana kamu butuh desain yang lebih matang untuk uji coba.


5. Fleksibilitas Perubahan

Lo-Fi lebih mudah diubah karena bentuknya masih sederhana dan belum menghabiskan banyak waktu untuk detail. Hi-Fi, karena sudah detail, perubahan butuh effort lebih besar dan tentunya lebih banyak revisi.


6. Waktu dan Tenaga

Perbedaan Low Fidelity dan High Fidelity lainnya adalah soal investasi waktu dan tenaga. 

Lo-Fi bisa dibuat dalam hitungan jam bahkan menit, sementara Hi-Fi bisa memakan waktu berhari-hari karena detailnya yang kompleks.


7. Presentasi ke Stakeholders

Lo-Fi sering dipakai untuk diskusi internal atau uji coba ide cepat. Kalau kamu mau presentasi ke stakeholders atau klien yang pengen lihat produk lebih realistis, Hi-Fi jadi pilihan yang tepat.

Hal ini karena tampilannya lebih meyakinkan dan mudah dipahami oleh mereka.


Kapan Memakai Lo-Fi dan Hi-Fi?

Warga Bimbingan udah tau nih perbedaan Low Fidelity dan High Fidelity, tapi masih bingung kapan sih waktu terbaik buat pake masing-masing? Tenang, MinDi jelasin biar gak salah langkah! 

Lo-Fi paling cocok dipakai di awal proses desain, khususnya di fase brainstorming atau ideation. 

Kalau kamu lagi mau uji konsep, ngecek flow, atau dapet feedback cepat tanpa buang waktu untuk detail, Lo-Fi adalah jagoannya. 

Desain ini lebih fleksibel dan gampang diubah kalau ada revisi, jadi gak akan buang banyak waktu.

Nah, kalau Hi-Fi dipakai ketika desainmu udah masuk ke tahap pengujian yang lebih serius. 

Pas kamu udah yakin sama alur dan strukturnya, dan siap buat nunjukin tampilan final ke stakeholders atau pengguna, di sinilah Hi-Fi berperan. 

Hi-Fi juga bagus buat usability testing, karena pengguna bisa "merasakan" produk seolah-olah itu versi final. Jadi, Lo-Fi buat eksplorasi awal, Hi-Fi buat kesempurnaan akhir!

Baca Juga: 5 Contoh Prototype dalam UI/UX Design & Tips Membuat


Mau Tau Lebih Lanjut Soal Lo-Fi & Hi-Fi?

Warga Bimbingan, kalau kamu pengen belajar lebih dalam soal Lo-Fi dan Hi-Fi serta kapan waktu terbaik untuk menggunakannya, yuk ikut Bootcamp UI/UX Design dibimbing.id

Di program ini, kamu bakal diajarin langsung sama mentor berpengalaman, dan gak cuma teori aja, kamu juga bisa praktek langsung buat nambah portofolio keren. 

Apalagi, 91% alumni bootcamp ini kita berhasil dapet kerja! Plus, kamu dapet gratis pengulangan kelas sampai paham, dan kesempatan penyaluran kerja ke 700+ hiring partners.

Kalo kamu punya pertanyaan kayak, "Gimana caranya mulai bikin wireframe Lo-Fi?" atau "Kapan waktunya buat masuk ke Hi-Fi?", langsung aja konsultasi gratis di sini

dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi karir kamu sebagai UI/UX Designer yang andal. Mulai ambil langkah pertamamu bersama dibimbing.id sekarang, yuk!


Referensi

  1. The Differences Between Low Fidelity vs. High Fidelity Prototyping [Buka]
  2. High Fidelity and Low Fidelity Prototypes Difference [Buka]
  3. What Is High Fidelity and Low Fidelity? [Buka]


Share

Author Image

Farijihan Putri

Farijihan is a passionate Content Writer with two years of experience in crafting compelling content, optimizing for SEO, and developing creative strategies for various brands and industries. As an SEO Content Writer Officer at dibimbing.id, she writes articles on topics such as Digital Marketing, Data Science, Golang, UI/UX Design, and English for Professionals.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!