dibimbing.id - Apa Itu Affinity Diagram UX, Cara Kerja, dan Manfaatnya

Apa Itu Affinity Diagram UX, Cara Kerja, dan Manfaatnya

Nadia L Kamila

04 January 2024

1716

Image Banner

Menghandle tim untuk menciptakan sebuah UX membutuhkan kemampuan untuk mengorganisir seluruh usul dan pendapat dari anggota tim yang ada. Salah satu hal yang bisa kamu lakukan adalah menggunakan teknik affinity diagram UX.

Apa itu affinity diagram UX dan bagaimana teknik ini bisa membantu pekerjaan seorang UX designer? Yuk kita bahas!


Definisi Affinity Diagram UX


Affinity diagram adalah sebuah cara untuk mengelola banyak ide atau informasi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan atau hubungan antara satu dengan yang lain. Cara atau teknik ini biasanya digunakan untuk mengumpulkan dan mengorganisir ide-ide dari brainstorming atau data dari penelitian.

Proses ini biasanya digunakan oleh desainer UX ketika berada dalam tahap tahap riset dan analisis. Selama tahap riset, ada banyak ide dan wawasan dari data kualitatif, seperti hasil wawancara pengguna, survei, atau catatan observasi. 

Data yang cukup banyak ini akan membuat bingung jika tidak dirapikan dan dikelola dengan baik. Bahkan bisa jadi ada data yang hilang atau terlewatkan pada tahap ini. Oleh karena itu, menggunakan affinity diagram akan sangat membantu para desainer untuk merapikan seluruh data yang telah didapat dari tahap riset ini. 


Cara Kerja Affinity Diagram UX


Sebagai seorang UX desainer yang tengah melakukan riset untuk produk digital, menghadapi berbagai data kualitatif dan kuantitatif adalah sebuah tantangan yang umum. 

Berikut adalah langkah-langkah untuk mengorganisir data tersebut menggunakan affinity diagram bersama tim desainer:


1. Kumpulkan Data


Mulai dengan mengumpulkan semua data yang telah diperoleh. Data ini bisa termasuk wawancara pengguna, survei, data penggunaan produk, dan catatan lapangan.


2. Siapkan Ruang Kerja


Pilih ruang yang cukup besar untuk tim dan siapkan papan tulis besar atau dinding yang bisa ditempeli dengan catatan. 


3. Buat Catatan


Tuliskan poin-poin data penting pada lembaran kecil atau sticky notes. Pastikan semua data yang diperoleh telah ditulis dan ditempelkan ke papan tulis besar.


4. Sesi Brainstorming dan Kategorisasi


Lakukan pertemuan dengan tim dan mulailah mengelompokkan catatan yang memiliki tema atau kategori yang sama. Proses ini akan membantu mengidentifikasi pola dan hubungan dari setiap data yang ada. 


5. Beri Nama Kelompok


Setelah catatan dikelompokkan, beri nama pada setiap kelompok yang ada. Misalnya data untuk user persona, data untuk laporan industri, ataupun data untuk analisis kompetitor. 


6. Analisis dan Interpretasi


Diskusikan setiap kelompok dengan tim untuk menginterpretasi data. Gunakan ini untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna, masalah, dan peluang yang bisa dijadikan dasar untuk desain produk.


7. Prioritas dan Tindak Lanjut


Tentukan langkah selanjutnya berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Langkah ini bisa berupa membuat prototipe, melakukan pengujian lebih lanjut, atau mengembangkan fitur baru sesuai dengan tingkat prioritas. 


8. Dokumentasi


Jangan sampai lupa untuk mendokumentasikan hasil affinity diagram ini. Dokumentasi ini penting sebagai referensi di masa mendatang dan untuk membagikan temuan dengan stakeholder lainnya.

Perlu untuk diingat bahwa proses dan cara kerja dari affinity diagram ini sebaiknya kolaboratif dan fleksibel. Maksudnya adalah selalu terbuka dengan perspektif dan ide baru dari anggota tim agar mendapatkan hasil yang komprehensif dan berharga.


Manfaat Affinity Diagram UX


Setelah memahami apa itu affinity diagram dan cara kerjanya, mungkin akan muncul pertanyaan seperti kenapa harus pakai affinity diagram? Apa manfaatnya? 

Nah, ternyata memanfaatkan teknik affinity diagram sangat berguna bagi UX desainer dalam beberapa hal di bawah ini: 


1. Analisis Data dari Riset Pengguna


Affinity diagram digunakan untuk mengorganisir dan menganalisis data yang diperoleh dari riset pengguna. Mulai dari feedback, komentar, hingga pengamatan. 

Dengan mengelompokkan data ini ke dalam tema atau kategori yang relevan, maka desainer dapat mengidentifikasi pola dan wawasan yang berguna untuk pengembangan produk.


2. Pengembangan Ide dan Solusi


Selama proses brainstorming, affinity diagram membantu tim desain UX mengelompokkan ide-ide kreatif dan solusi potensial. Dengan melihat ide-ide yang dikelompokkan, tim akan lebih mudah mengidentifikasi area yang memerlukan fokus lebih lanjut atau pengembangan ide.


3. Membuat Prioritas dan Strategi


Setelah mengidentifikasi berbagai tema dan kategori, affinity diagram membantu tim desain UX menetapkan prioritas. Misalnya membantu dalam menentukan aspek mana dari pengalaman pengguna yang paling penting untuk diperbaiki atau dikembangkan lebih lanjut.


4. Memfasilitasi Komunikasi dan Kolaborasi Tim


Affinity diagram memungkinkan berbagai anggota tim, termasuk mereka yang bukan dari latar belakang desain, untuk berkontribusi dan memahami hasil riset pengguna. 

Sehingga dengan teknik ini bisa menciptakan lingkungan kerja kolaboratif di mana semua anggota tim dapat berpartisipasi dalam proses desain.


Aplikasi Affinity Diagram dalam Desain UX


Kali ini, MinDi akan memberi contoh bagaimana proses perbaikan sebuah aplikasi e-commerce yang seringkali mendapatkan komplain dari pelanggannya. 

Komplain yang diterima biasanya mencakup isu seperti lag pada aplikasi, keterlambatan bonus poin, layanan pelanggan yang lamban dan terkesan seperti robot, serta iklan pop-up yang mengganggu. 

Dari data diatas, maka seorang desainer UX dapat menggunakan affinity diagram untuk mengorganisir dan menganalisis data komplain tersebut. Berikut adalah cara penerapannya:


1. Pengumpulan Data Komplain


Menyusun semua komplain yang diterima ke dalam catatan terpisah. Misalnya, satu catatan untuk 'app sering ngelag', satu lainnya untuk 'bonus poin kadang telat muncul', dan seterusnya.


2. Sesi Brainstorming dengan Tim Desain


Setelah semua catatan lengkap, tempelkan semua catatan tersebut di dinding atau papan tulis besar. Hal ini akan memudahkan brainstorming dengan tim desain dan stakeholder terkait untuk melihat setiap komplain secara detail.


3. Kategorisasi


Mengelompokkan catatan yang memiliki kesamaan atau kaitan. Misalnya, kelompokkan masalah teknis seperti 'lag pada aplikasi' dan masalah pengalaman pengguna seperti 'iklan pop-up mengganggu'. Lalu membuat kelompok terpisah untuk masalah layanan pelanggan.


4. Penamaan dan Prioritas Kelompok


Berikan judul yang sesuai untuk nama dari setiap kelompok, seperti 'Masalah Teknis', 'Masalah Layanan Pelanggan', 'Masalah Iklan', dan lainnya. Tentukan kelompok mana yang paling banyak mendapat komplain atau paling urgen untuk segera ditangani. 


5. Analisis dan Diskusi


Di tahap ini, seorang ux desainer akan menganalisis setiap kelompok untuk menemukan akar masalah dan seperti apa dampaknya terhadap pengalaman pengguna.

Setelah mendapatkan jawabannya, maka adakan diskusi untuk menemukan solusi terbaik dengan tim. Apakah akan dilakukan peningkatan performa aplikasi, perbaikan sistem pemberian poin, peningkatan layanan pelanggan, atau pengaturan iklan yang lebih baik.


6. Dokumentasi dan Tindak Lanjut


Langkah terakhir, jangan lupa untuk mendokumentasikan hasil affinity diagram dan rencana tindakan yang akan diambil. Dokumentasi ini bisa dijadikan sebagai dasar untuk perbaikan desain dan pengembangan produk lebih lanjut jika ditemukan masalah atau komplain yang sama.


Dengan memanfaatkan teknik affinity diagram UX ini, maka desainer bisa memposisikan berbagai data atau masalah yang ada sesuai kelompok dan prioritas masing-masing. Tentunya hal ini akan sangat membantu proses pengembangan yang ada. 

Jika Sobat MinDi pernah mengalami hal yang sama, yuk belajar dan konsultasi pada ahlinya dengan mengikuti Bootcamp UIUX/Product Development bersama praktisi UI/UX yang sudah malang melintang di berbagai perusahaan top nasional. 

Daftar sekarang dan mulai awal tahunmu dengan upgrade skill bareng dibimbing.id yuk!



Share

Author Image

Nadia L Kamila

Nadia adalah seorang penulis yang berfokus pada pengembangan dan peningkatan keterampilan di tempat kerja. Ia punya passion yang tinggi dalam memberikan konten-konten edukatif terutama di topik-topik seperti carreer preparation dan digital marketing.

Hi!👋
Kalau kamu butuh bantuan,
hubungi kami via WhatsApp ya!