dibimbing.id - 5 Kesalahan yang Umum dalam Membuat Newsletter - dibimbing.id

5 Kesalahan yang Umum dalam Membuat Newsletter - dibimbing.id

Kezia Margaretha

05 December 2022

573

Image Banner

Newsletter atau buletin merupakan sebuah email yang berisi informasi terbaru atau update dari sebuah perusahaan yang ditujukan kepada para pelanggannya. Dalam dunia pemasaran, newsletter seringkali dinilai sebagai teknik marketing yang efektif dan tepat sasaran. 


Namun, akhir-akhir ini, newsletter dikemas dengan sangat umum dan membosankan. Alih-alih dibaca oleh pelanggan, newsletter malah berakhir di bagian folder pembuangan. Nah, terus gimana sih cara menghindari hal tersebut? Yuk, ketahui kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi ketika membuat newsletter dan cara memperbaikinya di artikel berikut ini!


Apa itu Newsletter


Apa itu Buletin?

Apa itu Buletin?/Sumber: Grupa Tense


Secara sederhana, newsletter merupakan sebuah media informasi dan berita terbaru singkat melalui email yang ditujukkan kepada pembaca yang tidak memiliki waktu yang banyak untuk membaca berita rinci. 


Penggunaan newsletter dalam sebuah perusahaan sangat beragam mulai dari promosi suatu acara, produk, pemberitahuan khusus untuk para pelanggannya. 


Dalam newsletter biasanya tertera sebuah update fitur terbaru dari atau artikel-artikel blog milik perusahaan. 


Biasanya newsletter juga dibagikan secara eksklusif kepada para pelanggan yang terdaftar di data perusahaan atau memang telah berlangganan. 


Kesalahan-Kesalahan Pada Newsletter 


Kesalahan dalam pembuatan buletin

Kesalahan dalam pembuatan buletin/Sumber: Rencanamu.id


Setelah mengetahui definisi dari newsletter, kamu mungkin telah memahami esensi dan inti daripada hal tersebut. Nah, untuk itu sebaiknya kamu juga mempelajari kesalahan-kesalahan yang sering muncul agar bisa membuat newsletter yang baik. 


  1. Terlalu Berfokus Pada Perusahaanmu

Dengan membaca definisi diatas, kamu mungkin menangkap bahwa newsletter bertujuan untuk membaca bisnis milikmu. Sebenarnya hal itu tidaklah salah, namun juga tidak sepenuhnya benar.


Pikirkan ketika kamu membaca sebuah newsletter, apakah kamu akan menyukai newsletter yang hanya berfokus pada perusahaan dan tidak memiliki arti bagimu? 


Jawabannya tentu tidak, kamu pastinya tidak ingin menyia-nyiakan waktumu untuk membaca informasi-informasi seperti makan siang perusahaan. 


Apabila kamu bisa memilih, tentunya kamu akan memilih sebuah buletin yang membicarakan konten-konten bermanfaat. 


Nah, untuk itu kamu perlu menerapkan hal tersebut ketika membuat buletin milik perusahaanmu. Terapkan aturan 90/10 dimana 90% dari buletin tersebut diisi dengan konten bermanfaat dan sisa 10% nya digunakan untuk membahas perusahaanmu. 


  1. Terlalu Memaksakan Pelanggan 

Tujuan menulis buletin memanglah untuk mengembangkan bisnis perusahaan-mu dan meningkatkan penjualan produk. Namun, bukan berarti kamu harus memaksakan pelanggan dan bertindak agresif terhadap penjualan. 


Dengan memaksakan pelanggan untuk membeli produk, kamu sama saja sedang meningkatkan keinginan pelanggan untuk berhenti berlangganan buletin dengan cepat. 


Melalui buletin, kamu seharusnya bisa membangun sebuah suasana untuk meyakinkan pelanggan bahwa perusahaanmu merupakan sumber daya yang menarik dan bermanfaat. 


Dengan demikian, nantinya kamu bisa mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari pelanggan. Setelah itu, kamu baru bisa mempromosikan produk-mu dengan lancar dan tanpa hambatan. 


Ketika membuat sebuah buletin, kamu perlu menganggapnya sebagai games jangka panjang. Kamu tidak menyelesaikannya secara cepat, melainkan dibutuhkan kesabaran agar bisa memperoleh hasil yang terbaik. 


  1. Newsletter Tanpa CTA (Call to Action)

Pernahkah kamu melihat kata-kata seperti ini “Yuk, segera beli produk berikut di bawah ini!” di bagian akhir buletin? Jika ya, buletin yang kamu baca mungkin telah berhasil menghindari kesalahan yang satu ini. 


Ketika membuat sebuah buletin, kamu harus menentukan masing-masing tujuan dari pengiriman email tersebut. Setiap dari tujuan tersebut pun harus diterjemahkan sebagai tindakan jelas yang ingin kamu lakukan. Nah, tindakan tersebut biasanya dituangkan di akhir buletin yang dikenal juga dengan CTA. 


Setelah berhasil memberikan edukasi kepada pelanggan, kamu harus mengarahkan mereka secara jelas dan terstruktur langkah berikutnya yang perlu mereka lakukan. 


Misalnya, apabila kamu ingin pelanggan membaca tulisan di blog perusahaan, kamu harus meletakkan sebuah tombol yang memudahkan mereka untuk menuju ke arah selanjutnya. Contoh lainnya, ketika kamu ingin pelanggan membeli produk-mu, kamu harus memberikan mereka cara mudah dan jelas cara untuk membeli produk tersebut. 


Namun, ketika membicarakan CTA, sebenarnya terdapat dua kesalahan lainnya yang sering terjadi. 


Pertama, di dalam buletin sebuah perusahaan yang tidak memiliki CTA. Tanpa CTA, kamu hanya akan memberikan mereka sebuah konten dengan alasan yang tidak jelas. Pelanggan menjadi tidak tahu langkah berikutnya yang perlu mereka ambil dan pergi begitu saja. 


Kedua, terlalu banyak CTA dalam sebuah buletin. Ketika kamu meletakkan terlalu banyak CTA, pelanggan bukannya menjadi terarah melainkan menjadi kebingungan arah mana  yang harus mereka tuju. Hal ini akan diperburuk apabila pelanggan mengklik sebuah CTA yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Kemungkinan besar, mereka akan merasa malas dan ingin segera menutup buletin tersebut. 


Untuk itu, ketika membuat buletin kamu harus memiliki tujuan yang perlu dituangkan dalam CTA. Namun ingat, sesuatu yang berlebihan tentunya bukanlah sesuatu yang baik. Kamu harus menyempitkan tujuan tersebut dan memberikan arahan yang jelas. 


  1. Menulis Seperti Robot 

Di zaman sekarang, robot dapat dikatakan bisa menggantikan hampir semua dari tugas manusia. Tapi, tau ga sih kenapa manusia masih unggul dan tidak tergantikan? Manusia merupakan sebuah makhluk yang memiliki kehangatan dan bisa menciptakan rasa keterikatan. 


Nah, dalam penulisan buletin, masih banyak orang yang menulis dengan bermain aman, sehingga rasa hangat dan keterikatan dengan pelanggan pun sulit untuk timbul. 


Padahal banyak pelanggan merasa timbul keterikatan dan loyal terhadap suatu perusahaan dikarenakan adanya hubungan yang dalam dengan tulisan-tulisan dari sebuah perusahaan. 


Untuk itu, ketika kamu menulis buletin, sebaiknya kamu membuatnya terlihat jujur dan hangat. Biarkan para pelanggan melihat dan mengenal akan kehadiran orang dalam tulisan tersebut. 


  1. Tidak Memantau Hasil dari Newsletter

Kesalahan yang terakhir ini seharusnya menjadi langkah terakhir yang perlu dilakukan ketika kamu menggunakan teknik marketing buletin. 


Setelah berhasil mengirimkan sebuah buletin, perusahaan seringkali membuat satu kesalahan besar dengan tidak memantau hasil dari buletin tersebut. 


Kamu perlu meninjau semua metrik dalam kampanye-kampanye agar nantinya kamu dapat memahami selera dan jenis konten yang ditanggapi oleh para pelanggan. 


Dengan berhasil memahami, kamu nantinya bisa menyesuaikan buletin selanjutnya dengan preferensi para pelanggan. Misalnya, kamu bisa menambahkan gambar bagi mereka yang kurang menyukai teks atau sebaliknya. 


Berikut beberapa kesalahan yang umum terjadi dalam pembuatan newsletter. Setelah mempelajarinya, MinDi yakin mulai sekarang kamu bisa menghindari hal tersebut dan melakukannya dengan benar. 


Dengan demikian, semoga newsletter milikmu dapat berhasil menumbuhkan loyalitas pelanggan serta menciptakan citra yang baik bagi perusahaan, ya!


Nah, untuk menjadi lebih expert di bidang marketing, kamu bisa mengikuti bootcamp Digital Marketing di Dibimbing.id, lho!


Di Bootcamp Dibimbing, terdapat pembelajaran mengenai teknik marketing yang akan dibagikan secara eksklusif dan lengkap oleh mentor-mentor berpengalaman. 


Selain itu, kamu juga akan diberikan proyek-proyek nyata mulai dari latihan sampai dengan final project. Di akhir bootcamp, kamu juga memiliki kesempatan untuk penyaluran pekerjaan. 


Tunggu apa lagi? Yuk, segera daftarkan dirimu di Dibimbing.id!

Share

Author Image

Kezia Margaretha

Content writer yang (masih) banyak pengen tau ini itu.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!