Apa itu MVP (Minimum Viable Project) & Contohnya
Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi
•
29 January 2024
•
1266
Perusahaan startup atau rintisan banyak yang meluncurkan produk inovatif.
Sebagai perusahaan rintisan, startup umumnya mengandalkan dana investasi, memiliki sumber daya yang terbatas, dan pendapatan yang belum konsisten.
Untuk terus berkembang, startup perlu meluncurkan produk yang dibutuhkan pasar, dengan memanfaatkan modal yang dimiliki secara efisien.
Minimum Viable Product hadir untuk mengatasi masalah ini. Seorang product management atau product developer wajib memahaminya saat meluncurkan produk perusahaan.
Apa itu MVP? Bagaimana Contoh Minimum Viable Product? Mari simak penjelasan MinDi berikut ini.mvp adalah
Apa itu Minimum Viable Product?
Minimum Viable Product atau (MVP) adalah konsep dalam product development pada awal peluncuran produk disertai fitur-fitur dasar untuk memuaskan pengguna awal dan memberikan feedback untuk pengembangan produk.
Tujuan MVP adalah untuk memasuki pasar dengan cepat menggunakan sumber daya yang minimal, agar product developer belajar tentang preferensi pelanggan dan kebutuhan pelanggan untuk mengembangkan product.
Minimum Viable Product mengidentifikasi fitur yang paling penting bagi pelanggan dan cara mengembangkan produk berdasarkan feedback yang diterima.
Dengan demikian, MVP menjadi strategi efektif dalam mengurangi risiko dan mempercepat proses pembelajaran dalam pengembangan produk.
Sudah banyak startup di Indonesia yang menggunakan metode MVP saat meluncurkan produk mereka, salah satunya adalah Gojek, Grab dan Shopee.
Setelah memahami tentang pengertian Minimum Viable Product, yuk simak penjelasan MinDi selanjutnya tentang tujuan MVP dalam hal product development. Mari Simak!
Tujuan Minimum Viable Product
Minimum Viable Product (MVP) memiliki beberapa tujuan kunci dalam proses pengembangan produk. Berikut ini.
1. Validasi Pasar dan Konsep
Tujuan Minimum Viable Product untuk menguji dan memvalidasi apakah ada permintaan pasar yang cukup untuk produk tersebut.
Dengan meluncurkan versi dasar dari produk, perusahaan dapat memahami apakah konsep product user friendly atau tidak.
Ini membantu perusahaan dalam memvalidasi hipotesis tentang produk dengan investasi minim, sebelum mengalokasikan lebih banyak sumber daya ke dalam product development.
2. Mengumpulkan Feedback User
Tujuan MVP lainnya adalah untuk mengumpulkan feedback dari user awal. Umpan balik ini sangat penting dalam menentukan arah pengembangan produk selanjutnya.
Berdasarkan feedback ini, perusahaan dapat membuat iterasi pada produk, dengan menambahkan fitur baru, memperbaiki masalah, atau bahkan mengubah arah jika diperlukan.
Proses ini memungkinkan perusahaan untuk secara terus-menerus meningkatkan produk berdasarkan kebutuhan pengguna yang sebenarnya.
Baca Juga: Mempelajari Product Life Cycle: Keuntungan Beserta Contohnya
3. Mengurangi Risiko dan Efektivitas Sumber Daya
Minimum Valuable Product membantu mengurangi risiko yang terkait dengan peluncuran produk baru.
Dengan fokus pada fitur-fitur inti, perusahaan dapat menghindari investasi berlebih pada fitur yang mungkin tidak diinginkan oleh pasar.
Hal ini menjadikan pengelolaan sumber daya yang lebih efisien, karena perusahaan dapat menghindari pengeluaran besar pada pengembangan fitur yang belum terbukti dibutuhkan oleh pengguna.
Dengan demikian, MVP memberikan wawasan awal tentang viabilitas pasar produk, berfungsi sebagai dasar untuk iterasi yang berkelanjutan dan pengembangan produk yang berorientasi pada pengguna.
Jenis Minimum Viable Product
Dalam konteks pengembangan produk fisik, pendekatan Minimum Viable Product (MVP) berperan penting untuk menguji pasar dan memvalidasi ide sebelum meluncurkan versi akhir.
Berikut adalah empat jenis MVP yang sering digunakan dalam produk fisik.
1. Product Design Minimum Viable Product
MVP ini berfokus pada desain dan estetika produk. Ide utamanya adalah untuk membuat prototipe atau model produk yang menunjukkan desain dan tampilan akhirnya.
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan umpan balik tentang desain, kenyamanan, dan daya tarik visual produk sebelum memulai produksi massal.
Contoh: Model 3D atau mockup produk yang menunjukkan bentuk dan fitur desain.
2. Piecemeal MVP
Dalam MVP Piecemeal, produk dibuat dengan menggabungkan berbagai komponen yang sudah ada. Pendekatan ini mengurangi biaya dan waktu yang diperlukan untuk membuat prototipe dari awal.
Tujuannya adalah untuk menunjukkan fungsionalitas dasar produk dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Contoh: Merakit produk elektronik prototipe dengan menggunakan komponen elektronik standar yang sudah tersedia di pasaran.
3. Concierge MVP
Concierge MVP digunakan untuk menyimulasikan pengalaman pengguna produk fisik. Dalam model ini, layanan atau fungsi produk disediakan secara manual oleh tim pengembang.
Tujuan dari Concierge MVP adalah untuk memahami bagaimana pelanggan berinteraksi dengan produk dan apa kebutuhan mereka.
Contohnya adalah Layanan pengiriman pribadi dimana setiap pesanan diatur dan dipenuhi secara manual oleh tim, sebelum mengembangkan sistem otomatis.
4. Physical Services
Ini melibatkan menciptakan versi dasar dari layanan yang akan dilakukan oleh produk. MVP ini sering digunakan untuk produk yang menyediakan layanan tertentu.
Tujuannya adalah untuk menguji aspek layanan dari produk dan melihat bagaimana pelanggan merespons.
Contoh: Layanan cuci mobil manual sebagai MVP untuk mesin cuci mobil otomatis.
Setiap jenis MVP ini memiliki keunikan dalam menguji berbagai aspek produk fisik, dari desain hingga fungsionalitas dan pengalaman pengguna.
Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk memvalidasi ide mereka dengan biaya dan risiko yang lebih rendah sebelum berkomitmen pada pengembangan dan produksi skala penuh.
Gimana Sobat MinDi sudah lebih paham tentang minimum viable product untuk product development?
Agar pemahaman semakin kuat, yuk simak gambaran contoh Minimum Viable Product berikut ini.
Karakteristik Utama MVP
Karakteristik berikut ini membantu MVP untuk menjadi alat yang efektif dalam mengembangkan produk yang sukses dan meminimalkan risiko pembangunan produk yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.
1. Minimalisasi Biaya dan Sumber Daya
Pengembangan MVP harus dilakukan dengan biaya dan sumber daya minimum. Fokus pada fitur minimum dan proses pengembangan yang efisien membantu mengurangi biaya dan waktu pengembangan.
2. Focus on Core Value
MVP difokuskan pada memberikan nilai inti kepada pengguna. Ini berarti fokus pada solusi yang akan memberikan manfaat terbesar bagi pengguna tanpa fitur tambahan yang tidak penting.
3. Fokus pada Solusi
MVP harus difokuskan pada menyediakan solusi yang efektif untuk masalah yang dihadapi pengguna, bukan hanya menawarkan fitur-fitur tambahan yang tidak relevan.
4. Skalabilitas
Meskipun MVP hanya mencakup fitur minimum, itu harus dirancang dengan fleksibilitas untuk dapat ditingkatkan dan diperluas seiring dengan pertumbuhan produk dan kebutuhan pengguna yang berkembang.
5. Perkembangan Cepat
Proses pengembangan MVP harus cepat dan efisien. Ini membantu perusahaan untuk mendapatkan umpan balik dari pengguna lebih awal dan mengambil keputusan yang lebih baik tentang arah produk.
Manfaat Minimum Viable Product
Minimum Viable Product (MVP) memiliki beberapa manfaat yang signifikan bagi perusahaan dan tim pengembangan produk. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari MVP:
1. Validasi Konsep
MVP memungkinkan perusahaan untuk menguji konsep produk atau ide bisnis dengan cepat di pasar sebenarnya.
Dengan meluncurkan versi produk yang memiliki fitur minimum yang diperlukan, perusahaan dapat mengumpulkan umpan balik langsung dari pengguna tentang apakah konsep produk tersebut sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.
2. Penghematan Biaya
Dengan fokus pada fitur minimum yang diperlukan, pengembangan MVP sering kali lebih hemat biaya dibandingkan dengan pengembangan produk penuh.
Ini membantu perusahaan menghindari pengeluaran besar untuk pengembangan produk yang mungkin belum teruji di pasar.
3. Pengurangan Risiko
Dengan menguji konsep produk secara langsung di pasar, perusahaan dapat mengurangi risiko kegagalan produk yang dihasilkan.
Pengumpulan umpan balik dari pengguna sejak awal membantu mengidentifikasi kekurangan dan memungkinkan perusahaan untuk membuat perbaikan atau perubahan yang diperlukan.
Cara Menentukan Minimum Viable Product
Untuk mengembangkan MVP, ada beberapa langkah strategis yang perlu dilibatkan. Langkah-langkah ini bertujuan untuk memastikan produk sesuai dengan tujuan bisnis dan siap diluncurkan.
Berikut adalah langkah-langkah utamanya:
1. Pastikan MVP Sesuai dengan Tujuan Bisnis
Cara pertama adalah memastikan MVP sesuai dengan tujuan bisnis. Lakukan pengecekan ini sebelum memutuskan fitur apa yang akan dibangun. Pengecekannya termasuk mengevaluasi tujuan seperti target pendapatan atau keterbatasan sumber daya.
Lalu, kamu juga harus pastikan bahwa tujuan produk MVP sesuai dengan prioritas bisnis saat ini. Beberapa tujuan yang mungkin bisa dipertimbangkan adalah harapan untuk menarik pengguna atau menawarkan fungsionalitas baru.
2. Identifikasi Masalah Spesifik atau Peningkatan untuk Persona Pengguna
Kedua adalah menentukan solusi spesifik yang ingin ditawarkan produk. Ini melibatkan penelitian pengguna, analisis kompetitif, dan pertimbangan biaya relatif untuk mengimplementasikan berbagai solusi.
Lalu, fokuskan pada fungsionalitas terbatas yang akan disertakan dalam MVP berdasarkan faktor-faktor tersebut.
3. Terjemahkan Fungsionalitas MVP Menjadi Rencana Pengembangan
Setelah menentukan fungsionalitas terbatas untuk MVP, terjemahkan ini menjadi rencana pengembangan.
Ingatlah bahwa produk harus layak. Artian layak ini produk mampu membuat pelanggan untuk menyelesaikan tugas atau proyek secara utuh. Selain itu, produk juga harus bisa menawarkan pengalaman pengguna yang berkualitas.
Contoh Minimum Viable Product
Berikut adalah contoh minimum viable product dalam beberapa platform:
1. Shopee
Shopee, sebagai platform e-commerce terkemuka, memulai meluncurkan produk dengan Minimum Viable Product (MVP) yang sederhana.
Shopee berfokus pada fitur-fitur inti seperti daftar produk, keranjang belanja, dan sistem pembayaran dasar. Tujuan awalnya adalah untuk memvalidasi konsep e-commerce yang berorientasi pada mobile di pasar Asia Tenggara dan mengumpulkan feedback pengguna.
Berdasarkan feedback ini, Shopee kemudian membuat iterasi, menambahkan fitur seperti sistem chat, review produk, dan promosi.
Proses ini menjadikan Shopee berkembang secara bertahap dari platform dasar menjadi e-commerce yang komprehensif, dengan mengintegrasikan lebih banyak fungsi dan layanan sesuai kebutuhan pasar.
Pendekatan MVP dalam platform shopee memastikan pengembangan produk yang efisien dan minim risiko. Sehingga membuat Shopee untuk tumbuh dan beradaptasi dengan permintaan pengguna.
Baca Juga: Bagaimana Sejarah Product Management Membentuk Industri Teknologi?
2. Airbnb
Berikutnya adalah Airbnb. Aplikasi ini merupakan solusi bagi traveler yang mencari penginapan murah. Airbnb meluncurkan produk dengan MVP sederhana yang dimulai pada tahun 2007.
Pada tahun itu, founder Airbnb mengidentifikasi masalah ketika hotel-hotel di San Francisco penuh terisi selama Konferensi Industrial Design Society of America (IDSA).
Lalu, mereka meluncurkan produk pertama dengan membuat situs web sederhana untuk menyewakan rumah mereka selama sepekan. Kemudian, mereka berhasil mendapatkan tiga tamu berbayar.
Hal ini menunjukkan bahwa validasi terbaik produk adalah ketika pelanggan bersedia membayar atau membeli, bukan hanya menyukainya.
3. Dropbox
Contoh MVP terakhir adalah Dropbox. Ini merupakan aplikasi yang menawarkan solusi penyimpanan lewat cloud. Pada awalnya, tentu Dropbox tidak meluncurkan produk fisik sebagai MVP mereka.
Mereka membuat video pendek yang menunjukkan cara kerja produk dan kemudahakan berbagi file antar perangkat. Kemudian, video itu dirilis melalui Digg. Pada akhirnya, ini menarik perhatian komunitas pengguna dan meningkatkan jumlah pendaftar beta mereka.
Dari 5000 pengguna jadi 75.000 pengguna dalam semalam. Fenomena tersebut membuktikan bahwa sinkronisasi file merupakan masalah yang tidak disadari banyak orang.
Setelah peluncuran, Dropbox mendapatkan 1 juta pengguna dalam 7 bulan. Saat ini, Dropbox sudah memiliki lebih dari 500 juta pengguna.
Sobat MinDi, itulah pemahaman mengenai Minimum Viable Product, contoh MVP, dan tujuannya yang bisa diaplikasikan seorang product developer saat mengembangkan produk perusahaan.
Tertarik mempelajari MVP lebih lanjut? Atau ingin memulai karir sebagai seorang project developer? Sebelum itu, Sobat MinDi harus mengikuti bootcamp atau pelatihan agar pemahaman tentang produk perusahaan dapat bertambah.
MinDi ada rekomendasi, Yuk ikutan bootcamp product and project management dibimbing.id. Dengan pembelajaran yang inovatif dan silabus terbaik serta jaminan job connect ke ratusan perusahaan ternama, dibimbing.id siap membantu wujudkan karirmu sebagai seorang product developer sukses.
Tunggu apalagi? Yuk segera daftar di sini! Nikmati potongan harga menarik khusus hari ini! Apapun tujuan karirmu, dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi karir impianmu.
Tags
Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi
Khadijah adalah SEO Content Writer di Dibimbing dengan pengalaman menulis konten selama kurang lebih setahun. Sebagai lulusan Bahasa dan Sastra Inggris yang berminat tinggi di digital marketing, Khadijah aktif berbagi pandangan tentang industri ini. Berbagai topik yang dieksplorasinya mencakup digital marketing, project management, data science, web development, dan career preparation.