dibimbing.id - 5 Elemen UX untuk Ciptakan Produk Digital yang Disukai Pengguna

5 Elemen UX untuk Ciptakan Produk Digital yang Disukai Pengguna

Nadia L Kamila

•

21 December 2023

•

1394

Image Banner

Salah satu tugas utama dari seorang UX designer adalah memastikan business goal bertemu dengan user needs. Untuk memenuhi hal tersebut, maka seluruh elemen UX yang ada haruslah dirancang dengan matang dan maksimal. 


Mengenal User Experience


User Experience yang disingkat sebagai UX adalah istilah yang menggambarkan keseluruhan pengalaman dan kesan yang diperoleh pengguna ketika menggunakan produk.  Terutama dalam konteks digital seperti aplikasi, website, atau perangkat lunak. 

Sehingga tugas seorang desainer UX adalah bagaimana menciptakan desain produk digital yang dapat digunakan oleh pengguna untuk menyelesaikan masalahnya dengan mudah.

Misalnya, dulu Sobat MinDi harus pergi ke agen travel atau kantor cabang untuk memesan tiket pesawat. Proses ini tentu tidak efisien karena menghabiskan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Belum lagi jika sedang high season dan kehabisan tiket.

Maka dibuatlah aplikasi pemesanan tiket, dimana kamu bisa memesan tiket dari rumah dengan satu aplikasi saja. Tak hanya itu, ada pula fitur yang bisa membandingkan harga tiket antar maskapai sehingga kamu bisa mencari tiket dengan harga terbaik. 

Jika kamu berhasil memesan tiket pesawat dengan mudah, mendapatkan harga dan fasilitas terbaik, bahkan mendapatkan diskon maka itu adalah pengalaman pengguna yang menyenangkan.

Tapi jika kamu kesal karena aplikasinya membingungkan, pilihan pembayarannya sedikit dan ribet, atau aplikasinya sering error, maka inilah pengalaman pengguna yang tidak menyenangkan.

Di kasus pertama, kamu merasa puas dan akan menggunakan kembali aplikasi tersebut jika butuh membeli tiket. Namun di kasus kedua, tentu kamu akan merasa kesal dan tidak mau lagi memanfaatkan aplikasi tersebut untuk membeli tiket di kemudian hari. 

Itulah UX, kamu harus memberikan apa yang dibutuhkan pengguna dan memastikan mereka nyaman dan senang saat menggunakan produk yang kamu buat. Dibutuhkan riset menyeluruh dan pengalaman supaya bisa menciptakan produk digital dengan UX yang menyenangkan.

Tapi jangan khawatir, Sobat MinDi bisa belajar bareng para UX desainer dari berbagai top tech di Indonesia secara intensif dengan mengikuti Bootcamp UIUX/Product Designer dari Dibimbing.id!

Selain diajari teori desain UX secara intensif, kamu juga bisa mendapatkan ilmu berharga dari pengalaman mereka saat membangun UX dari berbagai produk digital yang telah rilis di luar sana


5 Elemen UX


Jesse James Garrett, seorang UX desainer senior menulis dalam bukunya bahwa untuk menciptakan desain UX yang baik, haruslah memenuhi kelima elemen UX. Lima elemen tersebut adalah:


1. Strategi


Elemen strategi mencakup pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan keinginan pengguna serta apa tujuan bisnis yang ingin dicapai melalui produk tersebut. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai pentingnya elemen strategi dalam UX:

  1. Menentukan Tujuan dan Sasaran

Strategi UX membantu menentukan tujuan utama dari produk yang sedang dikembangkan. Desainer UX harus memahami aspek apa yang ingin dicapai dan bagaimana produk yang ia kembangkan bisa membantu mencapai tujuan tersebut.

  1. Pemahaman Kebutuhan Pengguna

Tim desain UX juga wajib memahami kebutuhan dan keinginan pengguna. Mereka harus memiliki gagasan tentang apa yang benar-benar diinginkan dan dibutuhkan oleh target audiens.

  1. Pengambilan Keputusan Berbasis Data

Dengan strategi yang jelas, keputusan desain harus dibuat berdasarkan data dan wawasan yang konkret mengenai tujuan bisnis dan penggunanya. , 

  1. Menyelaraskan Visi Tim

Seluruh tim internal harus memiliki kesatuan pemahaman tentang visi misi dalam project yang sedang berjalan. Mulai dari tim desainer, developer, hingga marketing. 

Elemen strategi ini merupakan elemen abstrak namun sangat fundamental dan berpengaruh terhadap hasil akhir dari sebuah produk digital yang sedang dikerjakan.


2. Scope


Elemen UX yang kedua memiliki peran untuk menentukan fungsi dan batas-batas dari produk yang sedang dikembangkan. Mulai dari fitur-fitur utama hingga konten yang akan disertakan. Berikut adalah penjelasan lebih detail tentang peranan scope dalam UX:


  1. Menetapkan Fitur dan Konten

Scope menentukan fitur-fitur apa saja yang akan diintegrasikan dalam produk. Termasuk apa fitur utama yang akan membedakan produk dari pesaing dan fitur tambahan yang akan meningkatkan pengalaman pengguna.

  1. Prioritas Fitur

Dalam menentukan scope, prioritas diberikan pada fitur yang paling penting bagi pengguna dan yang paling berdampak pada pencapaian tujuan bisnis. Dengan adanya prioritas, akan membantu tim fokus pada aspek dan fitur utama.

  1. Mencegah Creep Scope

Creep scope adalah perluasan ruang lingkup proyek yang tidak terkendali. Dengan menetapkan scope yang jelas sejak awal, tim dapat menghindari penambahan fitur yang tidak diperlukan dan bisa memperlambat proses pengembangan dan meningkatkan biaya.

  1. Memastikan Kesesuaian dengan Target Pasar

Tim dapat memastikan bahwa fitur dan konten yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan target pasar. 

  1. Menyediakan Kerangka Kerja untuk Pengembangan

Kerangka kerja yang jelas sangat diperlukan untuk memudahkan perencanaan dan pembagian tugas. Kerangka ini juga memungkinkan penjadwalan dan perencanaan sumber daya dengan lebih efektif.

Secara keseluruhan, scope adalah elemen kunci dalam proses UX yang membantu menentukan arah dan batas-batas pengembangan produk. 


3. Structure


Membangun structure UX yang efektif merupakan langkah penting dalam proses desain User Experience. Structure berkaitan dengan bagaimana informasi diatur dan bagaimana pengguna berinteraksi dengan produk. Berikut adalah beberapa langkah untuk membangun structure UX yang efektif:


  1. Pemahaman Pengguna

Sebelum merancang structure, penting bagi tim untuk memahami kebutuhan, kebiasaan, dan perilaku dari pengguna. Biasanya tim akan menggunakan user persona untuk membantu pemahaman pengguna. 

  1. Information Architecture

Tim merancang struktur informasi yang logis dan mudah dipahami. Mulai dari pengorganisasian konten, kategorisasi, hingga labeling yang membantu pengguna menemukan informasi yang dibutuhkan dengan mudah.

  1. Desain Interaksi

Dari struktur informasi yang telah dibuat, tim juga menentukan bagaimana bagaimana pengguna akan berinteraksi dengan produk. Caranya dengan menentukan user flow, skenario penggunaan, hingga reaksi sistem terhadap tindakan pengguna.

  1. Konsistensi dan Navigasi

Wajib untuk menjaga konsistensi dalam tata letak dan elemen navigasi agar familiar dan tidak membuat pengguna menjadi bingung. 

  1. Prototyping dan Wireframing

Membuat prototipe dan wireframe untuk menguji dan memvisualisasikan struktur yang telah dirancang. Adanya visualisasi ini akan membantu dalam mengevaluasi dan merevisi struktur sebelum dilakukan pengembangan lebih lanjut.

  1. Pengujian Pengguna

Melakukan pengujian dengan pengguna nyata untuk mendapatkan feedback. Pengujian ini bisa berupa pengujian kegunaan untuk melihat seberapa efektif struktur yang telah dirancang.

  1. Iterasi Berdasarkan Feedback

Berdasarkan feedback yang diterima, dilakukan iterasi pada desain struktur. Proses ini mungkin memerlukan beberapa siklus pengujian dan perbaikan.


  1. Aksesibilitas

Tim harus memastikan bahwa struktur desain mendukung aksesibilitas bagi pengguna dengan segala keterbatasannya. 

  1. Responsive Design:

Struktur dan desain produk harus dirancang agar berfungsi dengan baik di berbagai perangkat dan ukuran layar. 

Membangun structure UX yang efektif membutuhkan pemahaman yang baik tentang pengguna dan tujuan bisnis, serta penggunaan teknik desain dan pengujian yang tepat untuk menciptakan pengalaman pengguna yang intuitif dan memuaskan.


4. Skeleton


Skeleton adalah tahap di mana struktur dasar dari interface pengguna dibangun, mulai dari penataan layout, elemen navigasi, dan komponen antarmuka lainnya. Berikut adalah beberapa cara bagaimana skeleton dapat membuat desain yang fokus pada pengguna:

  1. Membangun Kerangka Kerja Intuitif

Untuk membangun kerangka kerja yang intuitif bagi pengguna, maka dibutuhkan penempatan elemen-elemen seperti tombol, menu, dan konten lainnya secara strategis. Tujuannya supaya pengguna mudah mengakses dan menggunakannya. 

  1. Meningkatkan Keterbacaan dan Navigasi

Dengan merancang layout yang jelas dan mudah dipahami, maka pengguna akan mudah menavigasi dan mencari informasi. Oleh karena itu, penggunaan whitespace, ukuran font, dan kontras warna yang tepat harus diperhatikan. 

  1. Menyederhanakan Interaksi Pengguna

Skeleton dirancang untuk menyederhanakan interaksi pengguna dengan produk. Salah satunya dengan meminimalisir jumlah langkah yang diperlukan pengguna untuk melakukan tugas.


Di tahap skeleton inilah bentuk dari produk yang akan dikembangkan mulai terlihat. Skeleton akan memperlihatkan tombol apa akan berada dimana, di layar mana konten akan ditampilkan, seberapa besar ukuran konten yang ditampilkan, dan lain sebagainya.


5. Surface


Surface berkaitan dengan aspek visual dari desain, seperti warna, tipografi, gambar, dan elemen grafis lainnya. Berikut adalah beberapa cara mengintegrasikan surface dalam desain UX:

  1. Konsistensi Visual

Pastikan bahwa tampilan visual produk konsisten di seluruh halaman dan fitur. Mulai dari penggunaan palet warna yang seragam, gaya tipografi yang konsisten, hingga elemen grafis yang seragam.

  1. Tipografi

Pilih font yang mudah dibaca dan sesuai dengan karakter produk. Ukuran huruf, spasi, dan penggunaan tebal atau miring harus dipertimbangkan untuk memastikan keterbacaan dan hierarki informasi yang jelas.

  1. Warna

Gunakan warna untuk menarik perhatian pengguna ke elemen penting, seperti tombolcall-to-action dan pemberitahuan. Warna juga dapat digunakan untuk menyampaikan emosi dan memperkuat identitas merek.

  1. Gambar dan Ikonografi

Gunakan gambar dan ikon berkualitas tinggi yang sesuai dengan konten. Gambar dapat membantu memecah teks dan membuat halaman lebih menarik, sedangkan ikon dapat digunakan untuk membantu navigasi dan mengkomunikasikan fungsi dengan cepat.

  1. Interaksi Pengguna

Integrasikan efek visual seperti hover atau animasi untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Efek ini dapat membantu menunjukkan interaktivitas elemen dan memberikan umpan balik visual atas tindakan pengguna.

  1. Uji dan Iterasi

Selalu melakukan pengujian pengguna untuk melihat bagaimana elemen visual diterima oleh pengguna. Gunakan feedback ini untuk melakukan iterasi dan menyempurnakan aspek visual produk.

Dalam elemen surface ini, aspek visual dari desain UX telah terlihat dan bisa diuji secara langsung untuk melihat apakah telah memenuhi tujuan fungsional dan memudahkan penggunanya.


Itulah kelima elemen UX yang wajib ada dan dilakukan untuk mendapatkan user experience yang memuaskan. Seluruh proses ini membutuhkan kerja sama dari berbagai tim internal mulai dari UI desainer, UX desainer, developer, hingga tim marketing yang akan memasarkannya pada pengguna.

Untuk Sobat MinDi yang ingin belajar lebih mendalam terkait bagaimana membuat user experience, Dibimbing.id memiliki Bootcamp UIUX/Product Design yang bisa kamu ikuti. 

Bootcamp ini berlangsung setiap akhir pekan dimana kamu akan belajar bersama praktisi UX profesional. Salah satu benefit yang akan kamu dapatkan adalah layanan career preparation yang akan membantu kamu mendapatkan karir di perusahaan impian!

Yuk segera daftar sebelum kehabisan kuota untuk batch selanjutnya!



Share

Author Image

Nadia L Kamila

Nadia adalah seorang penulis yang berfokus pada pengembangan dan peningkatan keterampilan di tempat kerja. Ia punya passion yang tinggi dalam memberikan konten-konten edukatif terutama di topik-topik seperti carreer preparation dan digital marketing.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!