Memahami Risiko Keuangan hingga Cara Mengatasinya, Lengkap!

Farijihan Putri
•
06 May 2025
•
497

Risiko keuangan adalah hal yang pasti dihadapi oleh setiap individu, baik itu dalam kehidupan pribadi atau bisnis. Apalagi, buat Warga Bimbingan yang tertarik untuk berkarier di bidang finance & accounting, memahami risiko keuangan sangat penting.
Tapi, apa sebenarnya risiko keuangan itu? Dalam artikel ini, MinDi akan bahas secara lengkap mulai dari pengertian risiko keuangan, jenis-jenisnya, hingga cara-cara praktis buat menghadapinya.
Dapatkan pengetahuan yang penting agar kamu bisa mengambil langkah cerdas di dunia finance & accounting tanpa khawatir dengan risiko keuangan yang datang. Let’s dive in, Warga Bimbingan!
Baca Juga: Rekomendasi Bootcamp Finance Accounting Online Bersertifikat
Apa itu Risiko Keuangan?
Risiko keuangan adalah potensi terjadinya kerugian finansial yang bisa mempengaruhi kestabilan keuangan seseorang atau suatu organisasi. Risiko ini bisa muncul akibat berbagai faktor, seperti fluktuasi pasar, perubahan suku bunga, atau ketidakpastian ekonomi.
Dalam dunia bisnis, risiko keuangan juga meliputi kegagalan dalam perencanaan anggaran, masalah likuiditas, atau gagal bayar utang.
Bagi individu, risiko keuangan bisa muncul dari ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran, investasi yang buruk, atau kehilangan sumber penghasilan utama.
Mengetahui dan memahami risiko keuangan sangat penting agar kamu bisa mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat.
Jenis-Jenis Risiko Keuangan
Sumber: Pexels
Memahami jenis-jenis risiko keuangan sangat penting untuk mengelola keuangan dengan lebih baik. Yuk Warga Bimbingan, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini!
1. Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko pasar muncul karena perubahan harga aset atau pasar secara keseluruhan. Misalnya, saat harga saham atau komoditas turun drastis, investor bisa mengalami kerugian besar.
Bagi perusahaan, fluktuasi nilai tukar mata uang juga bisa menjadi tantangan besar, terutama jika berhubungan dengan transaksi internasional. Demi mengurangi dampaknya, banyak perusahaan menggunakan strategi lindung nilai atau hedging.
2. Risiko Kredit (Credit Risk)
Risiko kredit berhubungan dengan kemungkinan kegagalan pihak lain untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Contohnya, ketika seorang peminjam gagal melunasi pinjaman atau kredit, bank atau lembaga keuangan akan mengalami kerugian.
Biasanya, risiko ini muncul dalam transaksi utang piutang atau pemberian kredit. Untuk memitigasinya, lembaga keuangan sering melakukan analisis kelayakan kredit sebelum memberikan pinjaman.
3. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko likuiditas adalah potensi kesulitan untuk menjual aset atau mendapatkan dana dengan harga wajar dalam waktu singkat. Misalnya, perusahaan yang kesulitan menjual aset untuk memenuhi kewajiban keuangan dapat terjebak dalam masalah cash flow.
Risiko keuangan adalah tantangan besar bagi bisnis yang beroperasi dengan margin tipis atau dalam kondisi pasar yang tidak stabil. Mengelola arus kas dan memiliki cadangan likuiditas menjadi cara penting untuk menghadapi risiko ini.
4. Risiko Operasional (Operational Risk)
Risiko operasional berhubungan dengan kegagalan dalam proses internal atau sistem yang mengakibatkan kerugian finansial. Misalnya, gangguan teknologi atau kesalahan manusia dalam menjalankan prosedur bisnis.
Perusahaan yang tidak memiliki prosedur yang jelas dan sistem yang handal rentan terhadap risiko ini. Melakukan audit secara berkala dan mengembangkan infrastruktur yang kuat bisa membantu meminimalisirnya.
5. Risiko Hukum dan Regulasi (Legal and Regulatory Risk)
Risiko ini timbul akibat perubahan hukum atau peraturan yang mempengaruhi operasi bisnis. Contohnya, kebijakan pajak baru atau peraturan lingkungan yang lebih ketat bisa menambah biaya operasional perusahaan.
Bisnis yang tidak mematuhi regulasi yang ada juga bisa menghadapi denda atau sanksi hukum. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk selalu memperbarui pengetahuan mereka tentang peraturan yang berlaku di industri mereka.
6. Risiko Strategis (Strategic Risk)
Risiko strategis terkait dengan keputusan dan perencanaan yang tidak tepat, yang dapat merugikan perusahaan dalam jangka panjang. Misalnya, memilih pasar yang salah atau meluncurkan produk yang tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Perusahaan harus memiliki strategi yang fleksibel dan selalu siap beradaptasi dengan perubahan pasar. Mengantisipasi perubahan tren dan memahami pesaing menjadi kunci dalam mengelola risiko ini.
7. Risiko Reputasi (Reputational Risk)
Risiko reputasi berhubungan dengan kerusakan citra perusahaan yang dapat mempengaruhi kepercayaan pelanggan dan mitra bisnis. Contohnya, jika perusahaan terlibat dalam skandal atau kasus yang merugikan masyarakat, pelanggan bisa meninggalkan mereka.
Risiko keuangan adalah ancaman nyata bagi perusahaan yang tidak menjaga citra mereka dengan baik. Menjaga kualitas produk dan berkomunikasi transparan dengan publik adalah cara terbaik untuk melindungi reputasi.
8. Risiko Sistemik (Systemic Risk)
Risiko sistemik adalah ancaman yang terjadi ketika satu peristiwa atau kegagalan dalam sistem keuangan dapat menyebabkan dampak luas pada seluruh ekonomi atau pasar.
Misalnya, krisis keuangan global yang dimulai dari kebangkrutan bank besar dan menyebar ke seluruh dunia. Untuk mengurangi dampak risiko sistemik, pemerintah dan lembaga keuangan sering melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
Baca Juga: Cara Efektif Belajar Finance dan Accounting, Panduan Lengkap
Bagaimana Manajemen Risiko Keuangan?
Manajemen risiko keuangan itu penting banget buat jaga kestabilan keuangan. Berikut 4 cara yang bisa Warga Bimbingan coba untuk kelola risiko keuangan dengan lebih efektif.
1. Diversifikasi Investasi
Diversifikasi investasi itu kunci buat ngurangi risiko. Kalau semua investasi cuma di satu tempat, kerugian di satu sektor bisa bikin kamu terpuruk.
Coba deh sebar investasi kamu di beberapa sektor, kayak saham, obligasi, atau properti. Cara ini bakal bikin portofolio kamu lebih aman kalau ada pasar yang lagi nggak stabil.
2. Memperkuat Likuiditas
Penting banget punya cash flow yang lancar. Kalau bisnis atau keuangan pribadi kamu punya dana cadangan, nggak bakal kaget kalau ada kebutuhan mendesak.
Misalnya, kalau ada tagihan mendadak, kamu nggak perlu jual aset buru-buru. Hal ini juga bikin kamu tetap tenang meski ada perubahan tak terduga.
3. Memantau dan Mengevaluasi Risiko Secara Berkala
Risiko keuangan bisa berubah seiring waktu, makanya penting untuk terus dipantau. Cek secara rutin apakah strategi kamu masih oke atau perlu disesuaikan.
Kalau misalnya pasar saham lagi turun, kamu bisa langsung evaluasi portofolio. Ini bikin kamu selalu siap menghadapi hal-hal yang nggak terduga.
4. Menggunakan Software Akuntansi
Pakai software akuntansi itu ngebantu banget buat kelola keuangan lebih rapi. Dengan software, kamu bisa tahu keadaan arus kas dan laporan keuangan secara real-time.
Kalau ada yang perlu dibenahi, kamu bisa langsung ambil tindakan cepat. Software juga bikin pencatatan transaksi lebih akurat dan minim kesalahan.
Cara Mengatasi Risiko Keuangan
Sumber: Pexels
Untuk mengatasi risiko keuangan, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan agar kamu bisa menghadapinya dengan lebih siap. Berikut beberapa cara yang bisa dicoba:
1. Identifikasi Risiko
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenali potensi risiko yang ada. Coba deh teliti semua aspek keuangan kamu atau perusahaan, mulai dari investasi, arus kas, hingga utang.
Dengan mengetahui jenis risiko apa yang mungkin muncul, kamu bisa mulai merencanakan langkah untuk mengurangi dampaknya. Semakin cepat kamu identifikasi, semakin besar peluang untuk mengelola risiko dengan baik.
2. Tentukan Prioritas
Setelah mengetahui risiko, langkah selanjutnya adalah menentukan mana yang harus diutamakan. Ada risiko yang bisa langsung diatasi, dan ada yang memerlukan waktu atau sumber daya lebih.
Misalnya, risiko likuiditas yang mempengaruhi cash flow perlu segera ditangani, sementara risiko pasar mungkin bisa dihadapi dengan jangka panjang. Fokus pada yang paling mendesak, agar nggak kewalahan.
3. Terapkan Strategi Mitigasi
Setelah itu, kamu bisa menerapkan strategi untuk mengurangi atau menghindari risiko. Misalnya, menggunakan diversifikasi untuk mengurangi risiko investasi atau menyiapkan dana darurat untuk mengatasi masalah likuiditas.
Strategi mitigasi ini akan membantu kamu menjaga keuangan tetap stabil meski ada risiko yang datang. Intinya, cari solusi yang paling efektif sesuai dengan jenis risikonya.
4. Lakukan Pemantauan Terus-Menerus
Risiko keuangan bisa berkembang seiring waktu. Makanya, penting untuk terus memantau. Cek secara berkala apakah strategi yang diterapkan sudah efektif atau perlu disesuaikan.
Misalnya, kondisi pasar yang berubah atau perubahan dalam arus kas harus dievaluasi secara rutin. Dengan pemantauan yang konsisten, kamu bisa lebih cepat mengambil langkah yang tepat jika terjadi perubahan.
Contoh Kasus Risiko Keuangan
Berikut adalah 3 contoh kasus risiko keuangan yang bisa terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam dunia bisnis. Simak deh!
1. Krisis Likuiditas pada Perusahaan
Misalnya, sebuah perusahaan besar mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban utangnya karena penurunan pendapatan yang tidak terduga. Perusahaan ini tidak memiliki cadangan kas yang cukup dan kesulitan untuk menjual aset dalam waktu cepat.
Akibatnya, mereka terpaksa harus menunda pembayaran gaji karyawan atau bahkan gagal bayar utang. Ini menunjukkan risiko keuangan dalam bentuk krisis likuiditas yang bisa merugikan kelangsungan operasional perusahaan.
2. Kerugian Investasi di Pasar Saham
Seorang investor muda membeli saham di perusahaan teknologi yang sedang naik daun. Namun, tiba-tiba terjadi penurunan besar di pasar saham, dan saham yang dibeli mengalami penurunan nilai yang drastis.
Investor tersebut tidak diversifikasi portofolionya, sehingga kerugian yang dialami sangat besar. Ini adalah contoh risiko pasar yang dapat mempengaruhi individu jika mereka tidak berhati-hati dalam memilih investasi.
3. Gagal Bayar Kredit oleh Peminjam
Seorang individu mengajukan kredit ke bank untuk membeli mobil, namun beberapa bulan kemudian, ia kehilangan pekerjaan dan tidak dapat membayar cicilan. Akibatnya, bank harus menanggung kerugian karena tidak mendapatkan kembali dana yang dipinjamkan.
Hal ini adalah contoh risiko kredit yang sering terjadi dalam dunia keuangan, di mana pihak pemberi pinjaman tidak mendapatkan kembali dana yang telah dipinjamkan.
Baca Juga: Contoh Laporan Keuangan Perusahaan hingga Cara Membuatnya
Siap Mengatasi Risiko Keuangan?
Sekarang Warga Bimbingan sudah lebih paham, kan, kalau risiko keuangan adalah tantangan yang harus dihadapi setiap individu atau perusahaan untuk menjaga stabilitas finansial?
Kalau kamu ingin belajar lebih dalam dan siap berkarier finance & accounting dengan bimbingan langsung dari mentor berpengalaman, join Bootcamp Finance & Accounting dibimbing.id.
Di bootcamp ini, kamu akan mendapatkan silabus terlengkap, praktek nyata untuk portofolio, dan kesempatan untuk mengulang kelas secara gratis. Sudah ada 96% alumni berhasil dapat kerja, dan kami juga punya lebih dari 840+ hiring partners untuk penyaluran kerja.
Kamu masih bingung, “Apa saja materi yang diajarkan dalam bootcamp?” atau “Bagaimana peluang kerja setelah mengikuti program ini?”, konsultasi gratis di sini! dibimbing.id siap #BimbingSampeJadi.
Tags