9 Best Practices dalam Membuat Prototype UI/UX, Yuk Simak!
Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi
•
26 March 2024
•
401
Memastikan bahwa prototype UI/UX memenuhi seluruh kebutuhan pengguna adalah prioritas utama. Oleh sebab itu, seorang desainer atau pengembangan produk digital wajib memahami best practices dalam membuat prototype UI/UX.
Apa itu Prototype dalam UI/UX?
Dalam konteks UI/UX, prototype adalah representasi kerja atau simulasi dari produk akhir yang sedang dirancang. Ini adalah alat eksplorasi dan komunikasi yang untuk memvisualisasikan dan menguji konsep desain sebelum pengembangan penuh.
Dengan menggunakan prototype, tim dapat mengidentifikasi dan mengatasi masalah desain, interaksi pengguna, dan alur kerja lebih awal dalam proses desain. Hal ini mengurangi waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk membuat perubahan pada tahap pengembangan lebih lanjut.
9 Best Practices dalam Membuat Prototype UI/UX
Seperti yang disebutkan sebelumnya, membuat prototype UI/UX adalah langkah krusial dalam proses desain produk. Ini memungkinkan tim untuk menguji dan menyempurnakan ide sebelum pengembangan penuh.
Berikut adalah 9 best practices dalam membuat prototype UI/UX yang bisa membantu tim menciptakan desain user-friendly dan efisien:
1. Mulai Dengan Riset Pengguna
Langkah pertama di best practices dalam membuat prototype UI/UX adalah memulai dengan riset pengguna. Hal ini adalah fondasi dari desain yang berorientasi pengguna.
Tim desain dapat mengumpulkan insight tentang kebutuhan, keinginan, dan perilaku pengguna melalui beberapa metode. Tekniknya mencakup survei, wawancara, dan pengujian kegunaan.
Data ini membantu dalam membuat keputusan desain secara akurat. Ini juga memastikan bahwa solusi yang dikembangkan relevan dengan target pengguna.
2. Definisikan Tujuan Prototyping Secara Jelas
Sebelum memulai proses prototyping, penting untuk menetapkan tujuan yang jelas. Dengan tujuan jelas, tim dapat fokus pada penciptaan prototype yang dirancang untuk menguji aspek spesifik dari UI/UX.
Hal tersebut memastikan penggunaan sumber daya efisien dan pengumpulan feedback yang relevan.
3. Pilih Tingkat Fidelity yang Tepat
Langkah berikutnya di best practices dalam membuat prototype UI/UX adalah memilih tingkat fidelity yang tepat. Fidelity dalam prototype merujuk pada seberapa detail dan mirip dengan produk akhir.
Sketsa tangan low-fidelity cocok untuk eksplorasi konsep awal. Sementara itu, mockups digital high-fidelity lebih baik untuk pengujian interaksi yang kompleks dan desain visual.
4. Lalukan Iterasi Berdasarkan Feedback
Prototyping adalah proses iteratif. Setelah pengujian prototype, penting untuk mengumpulkan dan menganalisis feedback.
Kemudian, kamu bisa menggunakannya untuk memperbaiki dan meningkatkan desain. Iterasi ini memungkinkan tim untuk secara bertahap menyempurnakan UI/UX. Lalu, ini harus mengarah pada solusi yang lebih matang dan user-friendly.
Baca Juga: 6 Tahapan Desain dalam Menciptakan UI yang Ramah Pengguna
5. Fokus Pada Usability
Usability atau kegunaan adalah kunci dari desain UI/UX yang sukses. Prototyping harus digunakan untuk menguji dan meningkatkan aspek kegunaan produk. Contohnya adalah kemudahan navigasi, intuitifnya interaksi, dan kejelasan informasi.
Fokus pada usability membantu memastikan bahwa produk akhir nyaman dan efisien untuk digunakan oleh pengguna.
6. Sederhanakan Alur Pengguna
Langkah berikutnya di best practices dalam membuat prototype UI/UX adalah menyederhanakan alur pengguna. Alur pengguna yang efektif harus intuitif dan bebas hambatan.
Dalam prototyping, kamu perlu identifikasi langkah-langkah yang tidak perlu atau rumit. Lalu, kamu harus usahakan untuk menyederhanakan langkah-langkah tersebut.
7. Gunakan Data Nyata
Menggunakan data nyata dalam prototyping dapat meningkatkan realisme dan relevansi pengujian. Ini terutama penting untuk aplikasi yang bergantung pada konten dinamis atau data pengguna.
Data nyata membantu tim desain memahami bagaimana konten akan ditampilkan dan diinteraksikan oleh pengguna dalam skenario dunia nyata.
8. Libatkan Stakeholder
Pelibatan stakeholder di semua tahap prototyping memastikan bahwa semua perspektif dan kebutuhan diakomodasi. Ini termasuk tim desain, pengembangan, pemasaran, dan terutama pengguna akhir.
Komunikasi dan kolaborasi yang efektif dengan stakeholder membantu memvalidasi asumsi desain dan mengambil keputusan secara akurat.
9. Simulasikan Interaksi Sebenarnya
Prototype yang sukses meniru interaksi nyata yang akan dialami pengguna. Ini termasuk transisi, animasi, dan respon sistem.
Simulasi ini memungkinkan tim untuk menguji dan menyempurnakan cara pengguna berinteraksi dengan produk. Hal ini memastikan pengalaman yang mulus dan intuitif.
Itulah 9 best practices dalam membuat prototype UI/UX yang bisa kamu terapkan. Setelah mempelajari best practices ini, apakah kamu tertarik untuk menggali bidang ini lebih dalam.
Bagi yang tertarik, MinDi sarankan kamu untuk ikut Bootcamp UI/UX Design Dibimbing.id. Lewat program ini, kamu bisa belajar semua hal tentang UI/UX design.
Mulai dari teori dasar, tools penunjang, hingga praktik dengan real-case project. Di samping itu, pembelajarannya dilengkapi dengan kurikulum beginner-friendly.
Jadi, siapapun yang mau belajar, termasuk career-switcher atau pemula, tidak akan kesulitan mengikuti kelasnya. Nggak perlu tunggu lama lagi! Segera gabung dan kembangkan skills-mu di UI/UX bareng Dibimbing.id!
Tags
Siti Khadijah Azzukhruf Firdausi
Khadijah adalah SEO Content Writer di Dibimbing dengan pengalaman menulis konten selama kurang lebih setahun. Sebagai lulusan Bahasa dan Sastra Inggris yang berminat tinggi di digital marketing, Khadijah aktif berbagi pandangan tentang industri ini. Berbagai topik yang dieksplorasinya mencakup digital marketing, project management, data science, web development, dan career preparation.