6 Langkah Design Workflow untuk Membangun UI/UX yang Solid

Nadia L Kamila

•

04 December 2023

•

2435

Image Banner

Design workflow adalah suatu hal yang harus kamu kuasai jika bekerja sebagai desainer produk. Memahami bagaimana langkah demi langkah yang dilakukan supaya bisa mewujudkan suatu desain yang solid cukup penting agar tidak terjadi kesalahan dalam desain.

Kali ini MinDi akan spill bagaimana proses kerja tim UI dan UX di balik layar untuk menghasilkan produk digital yang nantinya bermanfaat.


Pentingnya Design Workflow Adalah


Sebuah desain yang efektif dapat membuat perbedaan signifikan dalam cara pengguna berinteraksi dengan produk digital. Dibalik setiap desain yang menarik dan fungsional, terdapat sebuah proses yang terstruktur dan dikenal sebagai 'design workflow'.

Design workflow adalah kerangka kerja yang mengatur bagaimana desainer dan tim mengkonseptualisasikan, merancang, dan mengimplementasikan solusi ke dalam desain produk. 

Adanya workflow ini akan memastikan bahwa setiap aspek desain dibuat dengan pendekatan yang efektif dan berorientasi pada kenyamanan penggunanya.


Karir sebagai UI maupun UX desainer saat ini banyak diminati anak muda yang ingin terjun ke dunia teknologi tanpa harus memiliki keahlian coding. 

Jika Sobat MinDi tertarik, ada Bootcamp UIUX/Product Design dari Dibimbing.id yang bisa diikuti supaya siap berkarir di bidang desain produk. 

Apa manfaat join bootcamp ini? Kamu akan diajari dari dasar mengenai cara mendesain aplikasi yang interaktif dan user friendly langsung dari para praktisi yang sudah berpengalaman dari berbagai top tech company di Indonesia. 

Nah, kamu bisa kunjungi link di atas untuk mendapatkan informasinya lebih lanjut!


6 Langkah Design Workflow UI/UX


Bagaimana proses design workflow dari tim desain untuk menciptakan produk digital yang dapat diterima oleh masyarakat?


1. Riset UX dan Meeting Internal


Riset UX bertujuan untuk memahami kebutuhan, perilaku, dan motivasi pengguna dalam menggunakan produk yang akan dibuat. 

Misalnya saat merancang aplikasi e-commerce, peneliti UX mengamati bagaimana pengguna berbelanja online, preferensi pembayaran mereka, dan kesulitan yang mereka hadapi saat belanja online. 

Hasil riset ini kemudian digunakan untuk merancang solusi dari permasalahan dan kebutuhan pengguna sehingga produk akhir sesuai dengan kebutuhan dan harapan pengguna.

Setelah pengumpulan dan analisis data, tahap selanjutnya adalah meeting internal. Dalam meeting ini, tim internal yang terdiri dari UX Designers, UI Designers, dan developer berkumpul untuk memastikan semua anggota tim memiliki pemahaman yang sama tentang pengguna dan tujuan produk. 

Selama meeting, tim akan membahas pain points pengguna, kebutuhan mereka dan bagaimana insight ini dapat diterjemahkan ke dalam desain.

Meeting internal juga berguna untuk memastikan bahwa semua elemen desain dan pengembangan selaras. Misalnya, UI Designer perlu memahami kebutuhan pengguna untuk membuat antarmuka yang intuitif, sedangkan pengembang perlu mengetahui aspek teknis apa saja yang harus diintegrasikan. 

Komunikasi yang efektif antara tim desain dan pengembang sangat penting untuk memastikan supaya produk akhir tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga fungsional dan memenuhi kebutuhan pengguna. 


2. Pembuatan Information Architecture dan Wireframe


Information Architecture adalah peta atau kerangka kerja yang mengatur konten dan data dalam sebuah website atau aplikasi sehingga sebuah desain bisa memudahkan navigasi bagi penggunanya. 

Proses ini dimulai dengan memahami tujuan dan kebutuhan pengguna serta klien. Tim desain mengumpulkan dan mengatur informasi mengenai konten yang akan disajikan. 

Kemudian, mereka mengembangkan sebuah hierarki yang menunjukkan bagaimana informasi tersebut akan disusun dan diakses dalam produk. Ini termasuk pembuatan kategori, label, dan sistem navigasi yang intuitif. 

Tujuannya adalah untuk memastikan pengguna dapat menemukan informasi yang mereka butuhkan dengan mudah dan efisien, sehingga meningkatkan kegunaan dan pengalaman pengguna secara keseluruhan.

Setelah IA dikembangkan, langkah berikutnya adalah Wireframing. Wireframe adalah representasi visual dasar dari antarmuka pengguna. Representasi ini berupa sketsa kasar atau blueprint digital yang menunjukkan elemen-elemen kunci dari halaman, seperti header, footer, tombol, dan widget. 

Wireframe berfokus pada layout, fungsi, dan alur informasi. Proses wireframing ini membantu desainer untuk merancang tata letak dasar sebelum masuk ke detail desain yang lebih kompleks. 

Wireframe juga menjadi alat komunikasi yang penting antara desainer, pengembang, dan stakeholder supaya memastikan semua pihak memiliki pemahaman yang sama tentang struktur dasar produk sebelum pengembangan lebih lanjut.


3. Mengatur UX Flows dan Mockup Design


UX Flow merujuk pada alur penggunaan produk digital yang menunjukkan bagaimana pengguna berinteraksi dengan antarmuka dari satu titik ke titik lainnya. 

Tahapan ini fokus pada penciptaan alur navigasi yang logis dan intuitif, dimana desainer UX mengidentifikasi berbagai skenario penggunaan dan memetakan langkah-langkah pengguna dalam berinteraksi dengan produk. 

Tujuan dari pengaturan UX flows ini untuk menciptakan pengalaman pengguna yang lancar dan mengurangi hambatan navigasi, meningkatkan kepuasan pengguna.

Nah, langkah selanjutnya setelah UX flows adalah pembuatan Mockup Design. Mockup adalah representasi lebih detail dari produk yang menunjukkan bagaimana desain akan terlihat dan terasa. 

Berbeda dengan wireframe, mockup biasanya lebih berwarna dan mendekati desain akhir, termasuk elemen-elemen seperti tipografi, palet warna, ikon, dan gambar. 

Mockup membantu tim dan stakeholder memvisualisasikan produk akhir dan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang tampilan dan nuansa produk. Mockup juga digunakan untuk mengumpulkan feedback awal dari pengguna atau stakeholder sebelum bergerak ke tahap prototyping.


4. Prototyping dan Design Handoff


Setelah mockup selesai, tim desain beralih ke pembuatan prototipe. Prototipe adalah versi interaktif dari desain yang memungkinkan pengguna untuk merasakan bagaimana produk akan bekerja. 

Berbeda dengan mockup, prototipe mampu mengintegrasikan interaksi pengguna, seperti klik, geser, dan transisi antar halaman sehingga membantu dalam mengetes alur penggunaan, kegunaan, dan fungsi produk secara keseluruhan. 

Prototipe inilah yang kemudian akan diuji untuk mendapatkan feedback, supaya memastikan bahwa produk akhir akan memenuhi kebutuhan pengguna dengan baik.

Setelah prototipe disetujui, proses berikutnya adalah design handoff, yaitu serah terima desain dari tim desain ke tim pengembangan. 

Di tahap ini, desainer menyediakan semua aset desain mulai dari spesifikasi, asset grafis, dan guidelines kepada developer untuk kemudian diimplementasikan dengan efektif oleh tim developer.


5. Pengembangan User Interface dan Pengujian Desain


Pada tahap ini, desain yang telah disetujui dan prototipe diubah menjadi antarmuka. Developer menggunakan spesifikasi dari desainer untuk menciptakan tampilan dan nuansa yang sesuai dengan desain aslinya.

Setelah UI dikembangkan, tahap selanjutnya adalah pengujian desain. Tujuannya adalah untuk memverifikasi bahwa UI tidak sekedar tampak bagus, tetapi juga fungsional dan mudah digunakan. 

Serangkaian pengujian usability ini melibatkan pengguna, dimana pengguna diberikan serangkaian tugas untuk diselesaikan menggunakan antarmuka. Adapun tim pengujian mengamati dan mencatat masalah yang dihadapi pengguna selama proses pengujian ini. 

Dari hasil pengujian inilah yang nantinya tim internal bisa menemukan hal-hal yan sebelumnya belum terpikirkan atau menemukan kendala yang hanya bisa dilihat oleh pengguna.


6. Evaluasi dan Iterasi Desain


Setelah pengujian desain, tim mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh. Analisis data ini mencakup review terhadap masalah usability, feedback pengguna, dan metrik performa lainnya. 

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengidentifikasi area-area yang membutuhkan perbaikan. Desainer dan tim pengembangan mempertimbangkan masukan ini untuk memahami aspek mana dari produk yang berfungsi dengan baik dan mana yang perlu ditingkatkan.


Berdasarkan hasil evaluasi, maka produk memasuki fase iterasi dimana terdapat perubahan dan penyesuaian pada desain berdasarkan feedback yang diterima. 

Iterasi ini bisa berupa perubahan kecil seperti penyesuaian warna atau font, hingga revisi besar pada struktur navigasi atau fungsionalitas. Setiap iterasi diikuti dengan serangkaian pengujian dan evaluasi tambahan untuk memastikan bahwa perubahan yang dilakukan benar-benar meningkatkan pengalaman pengguna.

Keseluruhan proses ini mencerminkan bahwa design workflow adalah bidang yang  sangat dinamis dan adaptif karena produk selalu dan akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan penggunanya.


Nah, Sobat MinDi yang memiliki keinginan untuk berkarir sebagai desainer produk, baik sebagai UI desainer maupun UX desainer harus selalu mengasah skill terutama berkaitan dengan kebutuhan pasar supaya hasil desain yang dibuat bisa memenuhi kebutuhan penggunanya.

Dibimbing.id bekerjasama dengan para desainer handal dari berbagai perusahaan teknologi ternama untuk menyelenggarakan Bootcamp UIUX/Product Design bagi para desainer pemula.

Sobat MinDi juga akan terjun langsung mempelajari dan mengaplikasikan design workflow ini selama proses pembelajaran. Hasil desain yang kamu buat akan menjadi portofolio berharga untuk melamar pekerjaan impianmu ini!

So, yuk join bootcamp dan dapatkan kesempatan karir impianmu bersama Dibimbing! 






Share

Author Image

Nadia L Kamila

Nadia adalah seorang penulis yang berfokus pada pengembangan dan peningkatan keterampilan di tempat kerja. Ia punya passion yang tinggi dalam memberikan konten-konten edukatif terutama di topik-topik seperti carreer preparation dan digital marketing.

Hi!👋

Kalau kamu butuh bantuan,

hubungi kami via WhatsApp ya!